Darsehsri

Di tengah kerjaan dan kebetulan jam makan siang cuma sebentar, mampir kesini dan untungnya lagi ngga ramai.

Pesan nasi pakai ayam gulai dan sambelan ati ampela, lumayan enak bumbu ayam gulainya, ati ampelanya juga pedas manis. Sambal ijonya juga cukup pedas, bukan tipe sambal ijo pahit. Ngga lupa order kerupuk kulit disiram kuah gulai, sejujurnya saya bukan pecinta hidangan ini tapi kalau lagi ngidam ya order dan biasanya beli karena kuah gulainya enak hehe.

Tempat imut tapi cukup instagenic, menjual aneka minuman segar spesialis macchiato yang lagi difavoritkan banyak orang
.
Seating area ada yang indoor dan semi outdoor, berhias tanaman hijau, nama kolato terpampang jelas dengan warna kuning mentereng di dinding kaca.

Saya pesan Berry Macchiato, katanya pakai buah asli, emang seger banget, asam strawberry-nya terasa, saya request less sugar, macchiato-nya tebal.
Sebagian orang lebih suka menikmatinya dengan cara di kocok dulu sebelum diminum supaya rasanya balance, tapi saya sendiri lebih suka aduk sedikit sedikit.

Posisi Hungry Dimsum cukup strategis, di jalan raya pandu yang ramai, bangunannya kecil, yang saya suka letak tempat duduk ada di bagian belakang, jadi terhalang bangunan, ngga langsung menghadap jalan. Tulisan besar " Anti Hungry Hungry Club" terbaca jelas dari pinggir jalan.

Pilihan menu ada shiumai dan lumpia udang.
Untuk shiumai ada yang original, mentai dan wintai. Biar ngga penasaran saya cobain ketiganya, ngga menyesal, emang enak semua.
Dari ke empat shiumai yang saya coba, paling suka yang jamur dan beef, lebih lembut dan terasa beda aja sama shiumai kebanyakan.

Mentainya cukup pedas dan creamy, bertabur potongan nori dan wijen. Sementara Wintai rasanya lebih manis dan gurih.

Lumpia udang juga enak, padat dan udangnya terasa banget, di cocol ke chilli oil-nya yang pedas gurih jadi makin mantap.

Belum sempat bertandang ke cabang pertamanya, saya malah menyempatkan diri mampir sebentar ke cabang cibubur ini. Outdoor luas sekali, selain kursi meja, juga tersedia tempat duduk lesehan dan bean bag buat leyeh leyeh.

Pemesanan makanan di area dalam sebuah bangunan joglo yang full kayu, terkesan artsy di beberapa bagiannya, selain itu pendingin ruangannya mantap bikin betah pas udara di luar panas sekali.

Niatnya hanya takeaway aja, tapi ternyata jadi duduk hampir satu jam dan terpaksa es kopi susu bernama Kosucu (29k)
saya seruput juga, antara menikmati kopi susu kentalnya yang creamy dan kesal sama service disini.

Croissant Truffle Cheese Mushroom (26.5k) datang setelah 50 menit dari saat pemesanan, ditanyain 3x ke staffnya yang malah ngerasa keganggu saat saya nanya pesanan dan croissant datang dalam kondisi DINGIN, kirain hampir sejam buat manasin satu croissant aja, ternyata ngebungkus doang.
Saya perhatikan meja lain lebih kacau, dua keluarga datang sama anak kecil dan pesanan baru datang setelah sejam lebih menunggu.
Dengan alasan bagian kitchen cuma satu orang jadi pesanan datang terlambat, ya dibantuin dong mas temennya jangan sibuk ngobrol.

Taman budaya sekarang ini udah jadi salah satu tujuan destinasi kuliner di bogor, asik memang pemandangan di sekitarnya, akses dari tol juga mudah di jangkau.

Yang terbaru di taman budaya, ada resto Itali bernama Fizza, satu grup dengan Finch yang lebih dulu hits di kawasan ini. Bangunan berlantai dua ini bersebelahan sama Finch, decor sedikit berbeda, kanopi dan list berwarna hijau pada setiap jendela dan pintu, juga berhias tanaman bougenville warna warni di area balkonnya jadi daya tarik tersendiri.

Menu yang ditawarkan seputar pizza dan pasta, tapi ternyata pizza-nya bukan seperti dough pizza yang saya bayangkan, ini lebih mirip roti ciabatta tebal, jadi teksturnya agak keras.

Memiliki enam varian topping, ada Queen Margherita (35k/slice), Cheese Burger (45k), Truffle Mushroom (40k), Hellboy (45k), Carnivore (45k), Carbonara (45k). Masing masing varian dijual satuan, berbentuk segi empat dengan ukuran personal.

Paling enak yang cheese burger, trufflle dan carbonara, cukup creamy sementara tiga lainnya memakai banyak pasta tomat jadi kurang cocok di lidah. Mengenyangkan tapi dari sisi rasa kurang memuaskan, mungkin karena saya udah mikir pizza-nya bakal kaya versi pizza ala new york yang di jual per slice tapi rasanya puas banget.

Ketika ditawari satu loyang (255k) sama staffnya, saya mengiyakan karena sekalian buat takeaway kalau ngga habis, tapi ternyata makan satu slice aja ngga sanggup karena padat rotinya.

Makanan lainnya yang di pesan, Mozzarella Fritters (65k), ini cukup enak, potongan kejunya besar dan terasa seasoningnya, jd ngga hambar.

Minumnya pilih Honey Lemon Tea (25k) dan Lychee Tea (23k) ahh lagi lagi mengecewakan, minuman tersaji dalam botol plastik, jadi semua minuman disini dalam kemasan botol, rasanya biasa aja, kurang fresh dan lebih banyak gula.

Di area taman budaya sekarang banyak tenant baru, salah satunya Yamin Qu, berada di dalam gedung taman budaya, persis dekat pintu masuk. Area pantry dan kasir mengisi hampir seluruh ruangan, ada meja dan kursi bagi pengunjung, tersedia juga area outdoor dekat parkiran.

Pesan Yamin Komplit (50k), agak pricey ya kalo di lihat dari standar harga mie yamin, tapi pas datang porsinya cukup besar, padahal ada yang versi jumbonya lho.
Tekstur mie bisa di pilih, saya lebih suka mie keriting, topping ayam kecapnya manis, sementara topping ayam cincangnya berwarna putih dan agak asin, jadi imbang rasanya. Pangsit rebusnya enak, lembut, baksonya agak kenyal dan kuahnya cukup enak. Sambalnya juga cukup pedas, cocok.