@teddyzelig

Resto Singgalang Jaya menjadi salah satu restoran Padang yang ada di dalam area keberangkatan SHIA. Tempatnya di dalam food court, jadi area makan sharing dengan outlet lainnya. Tentunya menjadi keuntungan buat customer untuk bisa memilih makanan apa saja yang diingini.

Kali ini ak mencoba Nasi Padang dengan lauk terong dan sambal (Rp 25k). Nasi dengan kuah santan saja sudah terasa gurih dan nikmat. Terong-nya dimasak dengan tekstur yabg tidak terlalu matang, dengan sambal yang tidak terlalu pedas.

Salah satu opsi bagi pencari masakan Padang sebelum boarding.

Starbucks Coffee, coffee shop asal Amerika ini udah jadi 'destinasi wajib' bagi banyak calon penumpang sebelum melakukan keberangkatan. Di Terminal 2F pun juga jadi tempat tujuan, walaupun tempatnya buatku agak kurang nyaman, karena berada di food court dan bergabung dengan tenant lainnya.

Kali ini ak mencoba Triple Mocha Frappuccino (Rp 75k) Grande, dibuat dari cold brew whipped cream, mocha blended dan topped with another whipped and chocolate sauce. Rasa mocha-nya sangat kental berasa dan sedikit terlalu manis buatku. Tapi overall I like it.

Minum segelas grande, sudah cukup sebagai 'fuel' untuk penerbangan.

Linjani, restoran All Day Dining dari Bandara International Hotel. Tempatnya cukup luas dan nyaman, dengan outdoor area yang berada dekat dengan kolam renang, memberikan ambience yang lebih memuaskan.

Kunjungan kali ak mencoba breakfast buffetnya. Pilihannya cukup beraneka ragam, mulai tropical fruit and salad, di sini customer bisa memilih sendiri campuran buah dan sayur yang ingin digunakan. Aneka pilihan roti, serta Indonesian dan Asian breakfast.

Untuk egg station juga ada pilihan menu egg benedict, yang biasanya memang hanya tersaji di hoteng bintang 5 dan luxury.
Croissant, salah satu menu sarapan dari Prancis, sudah menjadi bagian dari budaya kita. Disajikan dengan tekstur yang sangat fluffy dan buttery. Love it.

Maxx Coffee, coffee shop milik Lippo Group ini semakin mengembangkan sayap dan sekarang sudah memiliki outlet di bandara besar ini. Tempatnya dari terasa cukup luas dan nyaman.

Kali ini ak order Americano (Rp 35k) dan Srikaya Butter Cruffin (Rp 30k). Ini salah satu kombinasi yang pas menurutku, karena Srikaya Butter Cruffin-nya memiliki filling yang manis banget.
Tekstur cruffin-nya seperti croissant, jadi agak berongga dan ada selai diantaranya.

Rasa Americano di sini memiliki tingkat acidity yang cukup tinggi, dan body yang mild.

One of the option for meal before flight.

Maxis, salah satu outlet F&B dari Bandara International Hotel, Managed by Accor Hotel. Outlet ini berupa lounge, dengan bar table dan sofa serta pemandangan langsung ke kolam hotel. Suasananya sangat cozy dan comfort, pas buat hang out and chill.

Kali ini ak mencoba menu dari section Chef Inspiration. Nasi Goreng Linjani (Rp 150k) dan Mie Jawa (Rp 145k).
Nasi Goreng ala Indonesia banget, yang menjadi signature hotel ini. Disajikan dengan beef satay, telur goreng dan beberapa condiment. Rasa nasi goreng quite well seasoning, namun tekstur nasi goreng menurutku terlalu basah. Tekstur beef satay terlalu alot buatku.

Mie Jawa very well executed. Disajikan dengan ayam goreng, tapi menurutku ayamnya digoreng terlalu kering hingga jadi dry dan agak keras teksturnya.

Tempat ini juga cocok banget buat menikmati minuman seperti whiskey, beer and many more.

The Lounge Bar, letaknya di lantai PL hotel Novotel Tangerang ini boleh dikatakan agak hidden, karena agak tertutup dan di samping The Square restaurant. Namun karena itu, tempatnya jadi nyaman untuk chill and relax.

Kali ini ak cuma memesan segelas red wine dengan sedikit kudapan. Carbenet Sauvignon memiliki rasa yang sedikit manis dan sedikit dry. Bisa dinikmati di sore hari ataupun sebagai teman makan malam.

Holdak Crispy Chicken, restoran cepat saji dengan menu utama Korean Spicy Chicken ini memiliki tempat yang cukup luas. Walaupun terletak di area food court, namun Holdak memiliki area sendiri, sehingga customernya tidak perlu berebut tempat dengan customer outlet lain.

Kali ini ak memesan Pake Hemat 3 (Rp 49k). Di sini ada Mini Chicken Large, rice and ice tea. Di sini ayam yang digunakan sudah berupa potongan, yang digoreng tepung dan diberikan saus. Pilihan rasanya ada yang manis, pedas manis atau pedas. Ak pilih yang pedas manis, dan rasanya sudah cukup buatku. Seimbang antara pedas dan manisnya.

Su Bu Kan, restoran yang hadir dengan konsep Bulgogi Buffet. Sedikit berbeda dengan restoran All You Can Eat lain yang biasanya menyajikan Korean BBQ atau Japanese style. Tempatnya cukup luas dengan meja kebanyakan untuk ber-4.

Di sini hanya ada 1 menu, yaitu Bulgogi. Jadi semua orang dalam 1 meja pasti memesan menu yang sama. Untuk dewasa (Rp 159k++) ada pilihan rasa original atau pedas. Selain bulgogi, juga tersedia banyak makanan di buffet table, mulai dari Korean Salad, Korean side dish seperti kimchi, pajeon, spicy fried chicken etc.

Bulgogi disajikan dalam plate dengan berat daging 100gram per porsinya. Waktu makan maksimal di sini 90 menit.
Dari segi tekstur dagingnya cukup empuk, tapi rasanya buatku terlalu manis. Mungkin dari marinated sauce di dagingnya. Bahkan yang varian spicy juga terasa manis.
Untuk bisa menikmatinya harus dicelupkan terlebih dahulu ke saus kecap pedas, atau dimakan bersamaan dengan kimchi, yang rasanya jauh lebih pedas.

Ternyata rasa manis tidak hanya di daging, tapi bahkan fried chicken dan beberapa side dish, yang harusnya savory, terasa terlalu manis.

Actually harga dan kualitas makanan di sini cukup bagus, hanya seasoning yang perlu diperbaiki.

Solaria, salah satu restoran Indonesia Chinese food dengan konsep comfort dan cepat saji. Tempatnya cukup luas dan cukup oke, hanya saja di sini pelayanan semi self service, di mana customer pesan dan bayar terlebih dahulu baru kemudian makanan diantarkan ke meja pelanggan.

Kali ini ak memesan Bihun Goreng Ayam (Rp 35k) & French Fries (Rp 20k).
Ak cukup suka dengan bihun-nya. Dimasak dengan seasoning gurih asin dengan potongan ayam, baso dan sebagainya, cocok untuk makan siang yang cepat dan mengenyangkan.

Sedangkan untuk French Fries-nya menurutku terlalu berminyak, jadi agak kurang enak saat dimakan.