Imajinasi kadang lebih menjanjikan kenikmatan, ketimbang kenyataan. Barusan saya menyicipi Coto Makassar di Makassar. Habis itu Gudeg di Yogyakarta. Dan sekarang sedang menyantap Kerak Telor di Bandung. Lho, kok di Bandung? Harusnya Jakarta, dong! Maaf, petualangan kuliner saya barusan hanya dalam imajinasi. Jadi, salah tempat pun tak masalah.
Sumber : Brilio.net
Seperti yang sudah saya tuliskan: imajinasi kadang lebih menjanjikan kenikmatan, ketimbang kenyataan. Dan untuk menyempurnakan perjalanan imajinasi itu, kita bisa memulainya dengan membaca karya fiksi. Berikut beberapa karya fiksi yang mengusung tema kuliner, yang dengan narasi deskriptif mampu membuat kita seakan berada di dalam cerita tersebut, merasakan aroma dari tiap makanan yang disuguhkan, walau hanya lewat tulisan.
1. Aruna dan Lidahnya – Laksmi Pamuntjak
Sumber : Kincir.com
Novel yang satu ini memadukan berbagai unsur untuk menyajikan cerita yang kompleks bin apik. Mulai dari politik, isu flu burung, konflik sosial, korupsi, persahabatan, dan cinta. Semuanya dibalut dengan tema kuliner yang kental. Untuk diketahui, Laksmi Pamuntjak sebelumnya terkenal dengan bukunya “Jakarta Good Food Guide”. Jadi, buku ini ditulis oleh seorang yang paham sekali seluk beluk kuliner.
Aruna dan Lidahnya bercerita tentang Aruna Rai, seorang epidemiologis (ahli wabah) yang dikirim khusus untuk menyelidiki wabah flu burung. Bersama dua sahabatnya, Bono dan Nadezhda, Aruna mengunjungi berbagai daerah di Indonesia. Tak hanya untuk melakukan investigasi terkait pekerjaan, namun juga untuk menjelajahi kekayaan kuliner nusantara. Demi melengkapi cerita petualangan kuliner, ketiga sahabat dalam cerita ini memang memiliki satu kesamaan, obsesi terhadap makanan.
Sumber : Bookmyshow.com
Membaca Aruna dan Lidahnya akan membuat kita berkenalan dengan berbagai masakan khas Indonesia, mulai dari Madura sampai Mataram. Pasalnya sang penulis sudah melakukan riset mendalam terkait kuliner Indonesia. Kita akan menikmati tiap narasi yang dihadirkan. Kita akan merasa menjadi bagian dari persahabatan tokoh di dalam ceritanya. Novel Aruna dan Lidahnya ini juga sudah diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar yang fenomenal. Menonton filmnya setelah membaca bukunya, bagai pengukuhan akan pengalaman dalam berkuliner dalam imajinasi.
2. Madre – Dee Lestari
Sumber : Ebooks.gramedia.com
Dalam kumpulan cerpen Madre, terdapat satu judul yang menampilkan tema kuliner: Madre. Jika sebelumnya kita mengenal Dee memperkenalkan kopi lewat rangkaian kata di Filosofi Kopi, sekarang dia mengajak para pembacanya berkenalan dengan seluk beluk pembuatan roti.
Sumber : Mizanstore.com
Madre, cerpen terpanjang dalam antologi ini bercerita tentang Tansen, seorang pemuda keturunan India yang hidupnya mendadak berubah. Mendadak mengetahui kalau dirinya memiliki darah China, mendadak mewarisi sebuah toko roti jadul, dan mendadak diserahi tanggung jawab atas Madre, biang roti legendaris yang jadi andalan toko roti tersebut di masa lalu. Tentu saja, Madre juga diwarnai romansa yang untungnya tidak sampai mendominasi cerita utama. Jadi fokus cerita tetap terjaga pada tema kuliner. Madre juga sudah diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar, dengan aktor Vino G. Bastian sebagai pemeran utama.
3. Gourmet Rhapsody - Muriel Barbery
Sumber : Amazon.com
Novel yang satu ini tak kalah unik. Novel ini menyajikan seluk beluk dunia kuliner dalam perjalanan hari-hari terakhir seorang kritikus makanan, Pierre Athens seorang kritikus makanan paling ternama dan berpengaruh di dunia kuliner internasional. Dalam cerita digambarkan bahwa Athens tengah menanti kematian. Namun, sebelum ajal benar-benar menjemput, dia ingin mencicipi satu rasa terakhir yang bisa merangkum seluruh kesempurnaan semua masakan di dunia. Demi memenuhi keinginan ini, Athens bertemu dengan banyak orang. Tak semuanya menunjukkan sikap manis kepada Athens, karena pria tua ini, semasa menjadi kritikus makanan kerap menghancurkan hidup banyak orang lewat kritikannya yang tajam.
Itulah tiga di antara banyak karya fiksi yang mengusung tema kuliner, yang menurut saya perlu di baca. Menarik bukan, melakukan perjalanan kuliner di dunia imajinasi, dengan sebuah buku? Tidak hanya sekadar menawarkan romansa, melakukan kulineran dalam imajinasi mengajak kita untuk lebih peka dalam menyicipi rasa, lewat dekripsi dan suasana yang dibangun pengarang. Selain itu, imajinasi kita akan rasa, secara tidak langsung diperkaya. Kita bisa merasakan kelezatan Coto Makassar walau sebelumnya tidak pernah menyicipinya. Seperti saya sekarang sedang menyantap kenikmatan Rendang khas Minang. Yang tentunya dalam imajinasi, hehehe.
Topik artikel ini:
0 Komentar
[ ... ]