Kebab, siapa yang tak kenal kuliner yang
berasal dari Turki ini. Meski berasal dari Turki, tapi nama kebab berasal dari
bahasa Arab ‘kabab’ yang artinya adalah daging goreng. Pada zaman Kesultanan
Ustmaniyah, istilah kebab kemudian merujuk pada daging yang dipanggang. Kebab
awalnya menggunakan daging domba atau kambing sebelum akhirnya beralih pada
daging sapi dan ayam seperti saat ini. Kuliner yang termasuk dalam kuliner
cepat saji ini sangat popular di kawasan Timur Tengah dan Afrika.
Pada mulanya kebab tidak berupa daging
yang dibungkus dengan roti tortila. Kebab aslinya berupa daging yang ditusuk
seperti sate lalu dibakar diatas bara api yang terbuat dari arang kayu hingga
matang. Proses memasaknya memang cukup lama karena daging kebab yang dipotong-potong
cukup tebal. Setelah matang, kebab disajikan bersama dengan roti pita, yogurt,
dan paprika. Lalu sejak kapan bentuk kebab mulai berubah seperti saat ini?
Sumber: pergikuliner.com
Kebab yang kamu jumpai saat ini adalah kebab yang sudah melalui perubahan. Sekitar abad ke-18, kebab dibawa oleh para pedagang Turki ke benua Eropa, tepatnya ke Berlin, Jerman. Di sinilah kebab mulai mengalami perubahan. Daging yang digunakan untuk kebab dicincang lalu diberi aneka bumbu rempah lalu dipanggang hingga matang dan disajikan bersama dengan roti tortila dan salad serta mayonaise layaknya burger. Kepopuleran kebab sebagai kuliner cepat saji saat itu bahkan bisa menyaingi popularitas burger. Berkat ketenarannya di Jerman, kebab pun bisa merambah dunia internasional hingga ke benua Amerika dan Asia, termasuk Indonesia.
Buat kamu yang ingin makan kebab enak dengan potongan daging tebal, kamu bisa menemui beberapa tempat makan kebab yang ada di Jakarta dan juga Depok seperti rekomendasi PergiKuliner di bawah ini!