Mengenal Sejarah Monas yang Jadi Lambang Jakarta, Generasi Milenial Wajib Tahu!
List Artikel 21 September 2018 | 0 KomentarMonumen
Nasional yang disingkat dengan nama Monas adalah monumen yang sangat identik
sebagai simbol atau lambang kota Jakarta. Letaknya yang berada di pusat Ibukota
selalu menjadi perhatian masyarakat dalam dan luar negeri. Tak heran kalau
hingga saat ini, Monas masih saja ramai dipadati oleh para pengunjung
wisatawan. Monas memiliki bentuk yang cukup unik karena pada bagian bawahnya
menyerupai wadah cawan dengan bagian puncak yang memiliki bentuk kobaran api.
Rancangan Tugu Monas ini sebenarnya merupakan simbol dari "alu" dan "lesung" alias
alat penumbuk padi dan wadahnya. Kenapa berbentuk demikian?
Karena "alu" dan "lesung" selalu tersedia dalam setiap rumah para petani Indonesia. Berhubung
masyarakat Indonesia pada masa tersebut banyak yang berprofesi sebagai petani, maka
rancangan bentuk alu dan lesung ini pun dibuat. Pada bagian puncak paling atas
memiliki bentuk obor atau lidah api yang melambangkan simbol semangat
perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Lalu siapa yang
sebenarnya membuat bangunan Monas ini? Pada tahun 1949, Presiden Soekarno sudah
mulai merencakan untuk membuat sebuah monumen yang setara dengan Menara Eiffel,
tepat di depan Istana Merdeka. Lima tahun kemudian, yakni pada tahun 1955, Presiden
Soekarno membuat sebuah sayembara perancangan monumen. Pada saat itu terdapat
51 karya yang masuk dan karya yang dilirik adalah milik Frederich Silaban.
Meski demikian, Presiden Soekarno merasa rancangan bangunan tersebut kurang sempurna dan membutuhkan biaya yang sangat besar sehingga tidak bisa ditanggung oleh negara. Terpaksa pembangunan monumen pun ditunda hingga tanggal 1961 dengan rancangan simbol "alu" dan "lesung" yang dirancang oleh Frederich Silaban dan R.M Soedarsono. Pembangunan keseluruhan Monas mengalami tiga tahapan pembangunan yang diawali oleh penancapan beton dan pasak bumi mulai tahun 1961-1963. Lalu pada tahapan kedua yang berlangsung pada tahun 1966-1968. Kenapa ada jeda pembangunan di sini? Karena pada masa itu sedang terjadi Gerakan 30 September 1965 sehingga pembangunan sempat terhenti. Tahapan terakhir dilakukan pada tahun 1969 hingga 1976 dengan menambahkan diorama pada Museum Sejarah Nasional.
Setelah
selesai dibangun, Monas resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Monas
memiliki tinggi 132 meter (433 kaki) dengan bagian dasar terdapat Museum
Sejarah Nasional seluas 80 x 80 meter persegi yang berisi diorama perjalanan
sejarah Indonesia, mulai dari masa pra-sejarah, kerajaan kuno, penjajahan, hingga
masa kemerdekaan. Lalu pada bagian cawan berisi naskah asli Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis
emas. Sedangkan di bagian pelataran puncaknya yang berukuran 11 x 11 meter,
kamu bisa melihat pemandangan kota Jakarta dari atas ketinggian. Di puncak
Monas, terdapat lampu perunggu berbentuk obor atau lidah api yang dilapisi
dengan emas 35 kg. Tapi pada tahun 1995, emas tersebut dilapis ulang sehingga
beratnya mencapai 50 kg.
Itu dia sejarah Monas yang sudah PergiKuliner rangkum buat kamu. Biasanya kalau kamu pergi-pergi berwisata pastinya akan butuh asupan tenaga dari makanan dong? Untuk itulah kamu membutuhkan aplikasi PergiKuliner untuk mencari tempat makan-tempat makan yang ada di sekitar tempat wisata yang kamu tuju, termasuk Monas. Atau kamu bisa langsung lihat lima rekomendasi tempat makan dekat Monas yang sudah PergiKuliner rangkum buat kamu di bawah ini!