Adakah yang tidak tahu rendang? Adakah yang tahu rendang? Dua pertanyaan itu adalah retoris. Karena akan saya jawab langsung. Secara sederhana dan yang mapan di masyarakat, rendang adalah masakan tradisional dari Sumatera Barat yang dibuat dari olahan daging sapi dengan bumbu yang menggugah. Secara arti kata, rendang adalah proses dari memasak. Kita juga akan menemukan proses merendang pada kopi, yang sering kita sebut dengan sebutan menyangrai. Untuk memperjelas gambaran secara umum, di Sumatera Barat, tidak hanya daging sapi yang diolah menjadi rendang. Bisa ayam, telur, belut, bebek, dan lain-lain. Tapi, berhubung penggunaan Bahasa adalah mengikuti konsensus, rendang yang kita kenal hari ini adalah rendang daging sapi.
Sumber : Pergikuliner.com
Rendang merupakan masakan yang kaya rempah dengan daging sebagai bahan dasarnya. Rendang juga menggunakan karambia (kelapa), santan, dan campuran bumbu khas dapur yang dihaluskan. Seperti cabai, lengkuas, jahe, kunyit, bawang, dan bumbu-bumbu lainnya. Keunikan rendang yang menjadikannya makanan istimewa, hingga menjadi primadona bekal para perantau dan para peserta haji, adalah bumbu alami yang memiliki sifat antiseptik, sehingga bisa berguna sebagai pengawet alami.
Bumbu lain juga diketahui punya aktivitas antimikroba yang kuat, yang menjadikan rendang bisa bertahan berbulan-bulan. Penelusuran tentang sejarah rendang akan membawa kita ke salah satu daerah di Sumatera bagian barat, yaitu Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan kuliner mereka sejak jaman nenek moyang mereka masih belia. Untuk data pasti akan sejarah pertama kali rendang diciptakan, tidak banyak bukti tertulis yang dapat dijadikan rujukan.
Asumsi yang muncul di kalangan para peneliti adalah, makanan ini telah muncul sejak dari orang Minang mengadakan acara adat mereka untuk pertama kalinya. Memasak rendang pada saat itu serupa seni. Tidak semua orang bisa melakukannya. Dan seni ini terus berkembang ke Riau, Mandailing, Jambi, bahkan hingga ke Negeri Sembilan, bagian federasi Malaysia yang banyak didiami perantau Minang. Bagai tak menyerah akan penggalian sejarah, sejarawan dari Universitas Andalas di Padang berasumsi bahwa rendang sudah mulai muncul sejak abad ke-16. Hal ini ia simpulkan dari catatan literatur abad ke-
19.
Di mana tertulis masyarakat Minang darat sering bepergian menuju Selat Malaka hingga Singapura. Perjalanan tersebut mereka lalui dengan jalur air dan memakan waktu kurang lebih sekitar satu bulan. Mengingat tidak adanya perkampungan di sepanjang perjalanan itu, para perantau mempersiapkan perbekalan yang sekiranya bisa bertahan lama. Dan rendang menjadi salah satu pilihan. Selain dari catatan sejarah, sejarah masakan rendang khas Padang juga dapat ditemukan dalam catatan harian Kolonel Stuers yang pada tahun 1827 menulis tentang kuliner dan sastra.
Di dalam catatan tersebut sering kali muncul secara implisit deskripsi kuliner yang diduga mengarah pada rendang dan tertulis istilah makanan yang dihitamkan dan dihanguskan. Hal ini, menurut Gusti, adalah salah satu metode pengawetan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Minang. Kedatangan orang-orang dari Arab dan India di kawasan pantai barat Sumatera juga berkaitan dengan sejarah rendang. Dipercaya bahwa pada abad ke-14, sudah banyak orang-orang India yang tinggal di daerah Minang, dan bumbu serta rempah-rempah yang –mungkin menjadi bumbu andalan masakan
Minang - diperkenalkan oleh orang-orang tersebut.
Sumber : Pergikuliner.com
Ada juga dugaan yang mengatakan bahwa rendang merupakan kari yang dimasak dalam durasi yang lebih lama. Ahli waris tahta kerajaan Paguruyung juga membuka adanya kemungkinan bahwa rendang merupakan kari yang diproses lebih lanjut. Yang membuatnya berbeda adalah rendang memiliki sifat yang lebih kering, sehingga bisa jauh lebih awet jika dibandingkan dengan kari. Terlepas dari rujukan mana yang bisa dipercaya sebagai fakta mengenai asal-usul rendang, nyatanya rendang tetap eksis hingga hari ini.
Selain karena Rumah Makan Padang yang betebaran bagai debu, adalah karena kenikmatannya dan sifat rendang yang cenderung adaptif. Nyatanya kini kian banyak variasi dari rendang, seperti: rendang ayam, bebek, hati, telur, paru, dan ikan tongkol. Selain itu ada juga rendang suir yang khas berasal dari Payakumbuh. Yang membedakan rendang suir dengan rendang biasa adalah daging ayam atau sapi yang digunakan, disuir kecil-kecil.
Berbicara sejarah rendang, kurang lebih tak serupa, seperti berbicara soal peradaban. Banyak bangsa dan entitas yang terlibat di dalamnya. Rendang nyatanya tak sesederhana rumah makan yang betebaran di pelosok kota ini. Baik dari proses memasak, hingga sejarahnya.
Topik artikel ini:
0 Komentar
[ ... ]