Logo Ringkasan PergiKuliner Logo Ringkasan PergiKuliner

Sejarah Urap yang Jadi Hidangan Sakral sejak Abad ke-10 Masehi

List Artikel
5 November 2023 | 0 Komentar

Urap dikenal sebagai salah satu kuliner khas Indonesia yang menyehatkan. Pasalnya, urap dibuat dari berbagai macam jenis sayuran yang direbus seperti kacang panjang, bayam, kangkung, tauge, kubis, hingga wortel yang nantinya akan dicampurkan dengan kelapa parut kukus yang sebelumnya sudah dibumbui dengan bawang putih, terasi, kencur, daun jeruk, garam, dan gula. Setelah semuanya dicampurkan, barulah urap disajikan bersama dengan nasi putih hangat serta ayam goreng atau tempe dan tahu goreng. Menjadi kuliner yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Jawa, tahukah kamu bahwa urap ternyata memiliki sejarah yang cukup menarik untuk ditelusuri. Yuk, coba kita lihat bersama-sama napak tilasnya di bawah ini!

 


Sumber: resepkoki.id


Sudah Ada sejak Abad ke-10 Masehi

Urap diketahui oleh masyarakat Jawa sudah ada sejak abad ke-10 Masehi. Hal ini diperkuat dari sebuah buku yang berjudul Makanan Tradisional dalam Kajian Pustaka Jawa pada tahun 1997. Buku yang ditulis oleh Profesor Timbul Haryono dari Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut menjelaskan tentang keberadaan urap yang diduga sudah ada sejak sekitar abad ke-10 Masehi. Profesor Timbul Haryono bukan tanpa alasan mengemukakan hal tersebut, karena ada bukti sejarah yang disertakan, yakni sebuah prasasti. Prasasti tersebut bernama Prasasti Linggasuntan yang berasal dari Kerajaan Medang. Pada prasasti tersebut, tercatat tahun pembuatannya, yakni tahun 929 Masehi, dan tertulis pula kata-kata "wrak-wrak" yang diartikan sebagai urap.

 

Sayuran yang Digunakan Punya Filosofi Tersendiri

Urap yang dibuat dari bahan dasar sayuran ternyata memiliki filosofi tersendiri. Jadi, setiap sayuran mengandung makna penting yang bisa membuat sajian ini berarti. Sayuran kangkung memiliki makna yang melambangkan adaptabilitas, bayam yang melambangkan kehidupan yang damai, tauge yang melambangkan kreativitas tinggi, kacang panjang yang memiliki arti panjang umur, dan sebagainya. Jadi, beragam sayuran yang digunakan ini memang sengaja dicampurkan dalam urap karena makna yang dimilikinya. Inilah yang membuat tiap-tiap daerah kerap kali menyajikan sayuran yang berbeda pada urap tergantung dari makna yang diinginkan.


Salah Satu Lauk Hidangan Sakral Masyarakat Jawa

Urap  yang terbuat dari berbagai macam sayuran ini ternyata selalu menjadi lauk hidangan sakral masyarakat Jawa. Misalkan saja, saat sedang mengadakan upacara adat sepasaran yang dikenal sebagai upacara saat anak berusia lima hari. Jadi, sang ibu dan keluarga bayi biasanya membuat nasi tumpeng yang disebut dengan nama tumpeng gudangan. Di dalam hidangan ini, terdapat nasi dengan lauk-pauk, termasuk urap di dalamnya. Urapnya harus menggunakan sayur sebanyak tujuh jenis untuk melambangkan panjang umur, banyak rezeki, kesabaran, kebijaksanaan, dan sebagainya.



Sumber: cookpad.com/anadiani

 

Bisa Dijumpai di Daerah Lain dengan Nama Berbeda

Urap merupakan nama yang paling umum dikenal oleh masyarakat. Sebenarnya, kuliner sejenis urap juga bisa dijumpai di daerah lainnya yang ada di Indonesia. Tentu saja dengan nama yang berbeda. Di pulau Bali, urap disebut dengan nama lawar. Di pulau Sumatera, urap disebut sebagai anyang. Bahkan di pulau Jawa sendiri, urap memiliki variasi nama yang berbeda di setiap daerah, seperti kulub, kuluban, atau gudangan. Jadi, jangan heran kalau ada menu kuliner yang mirip urap tetapi memiliki nama yang berbeda.

 

Itulah sejarah urap yang konon menjadi kuliner sakral sejak abad ke-10 Masehi. Buat kamu yang suka kuliner khas Indonesia lainnya, di bawah ini ada beberapa rekomendasi tempat yang cocok untuk didatangi!

Dapur Solo

Foto Dapur Solo
Foto Dapur Solo
Foto Dapur Solo

Pecel Pincuk Ibu Ida

Foto Pecel Pincuk Ibu Ida
Foto Pecel Pincuk Ibu Ida
Foto Pecel Pincuk Ibu Ida

Remboelan

Foto Remboelan
Foto Remboelan
Foto Remboelan

Pecel Madiun

Foto Pecel Madiun
Foto Pecel Madiun
Foto Pecel Madiun

Iga Ndut

Foto Iga Ndut
Foto Iga Ndut
Foto Iga Ndut

Topik artikel ini:
0 Komentar
[ ... ]

Bagaimana ringkasan ini menurut pendapatmu?