When someone told me Nasi Goreng Mas Yono is the best Nasi Goreng in Bandung, mereka ga boong. Setelah 2 kali datang ke tempat dan tutup, akhirnya baru di kunjungan yang ke-3 mereka buka. Tempatnya kecil, tapi memungkinkan buat dine-in.
Gue pesen Nasi Goreng Rempah Istimewa, yaitu bakso, sosis, ayam, ati ampela. Dengan harga 24 ribu, gue ga expect banyak. Begitu datang, porsinya banyak juga, menyaingi Aeps (dengan harga yang lebih murah dari Aeps). Di suapan pertama, gue yakin kenapa nasi goreng ini layak dijuluki nasi goreng yang paling lezat di Bandung. Rempahnya menari-nari di lidah. Dan tekstur nasinya pun pas, rasio topping dan nasinya seimbang. Worth the 24k!
Kalau gue kesini lagi, gue pasti akan mencoba nasgor lainnya, karena Mas Yono punya total 22 jenis nasi goreng + nasgor dendeng lemak. Wow.
Burgertard ini lokasinya ada di Jalan Kalimantan, dekat sama Co. Choc. Begitu masuk ya tempatnya kecil tapi artsy gitu. Kalau dibandingin Guzzbun (gue benchmarknya pake Guzzbun karena nanti gue sebutin di bawah), Burgertard itu kaya versi yang lebih dark dan lebih nampolnya gitu.
Gue pesen Liberty 2.0, yang dimana presentasinya emang top sih unexpected. Patty ditambah ribs dan onion yang digoreng garing dengan saus yang lain dari yang lain. Mantap. Gigitan pertama pun gue kaget teksturnya kok ngingetin gue ke Guzzbun! Ya, Burgertard pake Potato Bun jadi rasa dan teksturnya pun mirip, namun Burgertard menawarkan isian yang lebih banyak (and it also comes with a higher price hoho) dan pengalaman yang beda.
Toko Sidodadi
[ Otto Iskandardinata, Toko Roti dan Kue ]
Murah, Lezat, Apalagi Ya?
Toko Sidodadi ini ada di Otista. Agak tricky karena sering kehalangan mobil dan gerobak dagang, tapi patokannya Kepatihan.
Karena protokol kesehatan, jadi take awaynya pake antrian di luar gitu. Gue pesen roti mocha, keju, sama susu buat dimakan sore. Dan rasanya pun bener-bener roti jadul gitu, manis. Murah lagi gue semuanya beli cuman habis 14.5 rb.
Menu yang dipesan: Roti Keju, roti mocha, Roti Susu
Blue Doors. Secara harafiah artinya pintu biru, ya karena pintu masuknya warna biru. Lokasinya di Alkateri (ya ga jauh dari Warung Kopi Purnama yang tenar itu), seberang Golden Flower, tapi ini jauh lebih tricky dari Sidodadi karena di sekelilingnya ada tukang jualan lukisan.
Pas masuk bakal disambut dengan interior jadul bekas toko, industrial style. Ada pintu samping yang mengarah ke tangga yang dimana lu bisa minum ditemani pemandangan Alun-Alun.
Gue pesen Cold White Latte, dan first impression gue, perfect! Aftertaste manisnya ada, campuran susu dan kopinya pas, sampe croissant yang gue makan pun jadi teman yang cocok untuk sang kopi!
Menu yang dipesan: Cold White Latte, Red velvet croissant
Tjiang ini berlokasi di Kebonjati, sebelum lampu merah perempatan Gardujati. Menunya ada bakmi sama nasi campur, but this time gue pesen nasi campur aja deh.
Isiannya memang beda sama nasi campur di Jakarta, disini ga ada gravy dan ada tambahan sate. Kuahnya pun beda ini mah sayur asin bukan sop biasa. Kalau rasa sih udah ga ada lawan, ga berubah dari dulu gue pernah makan disini. Apalagi chasio garing madunya yang crunchy dan manis.
Cwie Mie 87. Gue biasanya ke cabangnya yg di Lombok tapi karena di saat seperti ini gue lebih prefer indoor jadinya ke yg di Jalan Sunda.
Menunya ga jauh dari cwie mie, cuman variasi topping aja. Gue pesen Cwie Mie Spesial (which is the only menu remaining of that day). Begitu gue hap, rasa merica dan gurihnya menyatu pas banget. Begitu juga kriuk kulit ayam sebagai pengganti pangsitnya. Sungguh mie yang ga bisa dilupakan kalau gue lagi di Bandung!
Dan setelah gue makan sore, tempatnya mau beres-beres tutup. Padahal tutup sebenernya jam 7. Ternyata sold out dong! Jadi disarankan untuk dateng early karena sering sold out duluan sebelum tutup.
Justus disini beda dengan cabangnya yang lain. Kalau di PVJ kan minimalistic gitu, kalau disini lebih pake bangunan rumah tua yang disulap jadi resto, jadi serasa homy banget.
Gue dan bokap pesen Aussie Tenderloin Grain Fed, gue pesennya medium dan it turns out as expected. Kematangannya pas dan sangat edible!
Menu yang dipesan: Aussie Tenderloin Grain Fed 150g
As the title said, gue seneng ada cereal cafe kaya gini di Bandung. Bahkan di Jakarta aja ga ada. Disini lu bisa pilih cereal mulai dari lokal sampe impor punya. Harganya pun buat gue affordable dan pilihannya banyak. Dirotasi lagi per bulan.
Gue cuman pesen Koko Krunch Duo dan Pop Tarts buat take away. Rasanya ya gitu aja sereal tapi variasinya itu yg bikin seneng, tapi konsepnya asik aja.
Kalau ke Bandung, rasanya ga pas kalau ga ke Si Jangkung. Lokasinya di Cipaganti deket Baso Malang Cipaganti (saat gue review tempat lamanya lagi direnov jadi agak minggir sedikit nyatu sama Martabak Liana).
Gue pesen Iga Bakar Sapi, dan rasanya ga berubah. Masih dapet rasa butterynya, dagingnya halus kayak wagyu padahal bukan wagyu, harganya ga mahal untuk sebuah iga bakar. 35 ribu doang.
Lab Coffee ini ada di Diponegoro, tepatnya di Kimia Farma. Sejauh ini baru ada di Diponegoro. Mungkin punyanya KF kali ya?
Gue kesini buat nungguin swab test, jadi ga pesen banyak. Cuman cold white dan nyokap pesen donat.
Cold whitenya sebenernya lebih mirip ke Latte sih (maksud gue jangan disamain sama Cold Whitenya-Red Soil ya, harganya juga cuman setengahnya), creamy dan ada manis dikit dari susunya.
