Remigius Septian

Sebenarnya, yang menarik perhayian pertama kali gue ke Ramen Ten 10 justru bukan menunya, tapj justru interior desainnya. Dengan suasana warehouse Jepang, tempat ini dipenuhi pernak pernik wadah bumbu dan makanan khas Jepang. But, really sorry gue gak tahu apa nama wadah2 itu.

Yang bikin gue tertarik juga tempat ini nggak terlalu ramai, tapi nggak kosong juga. Jadi nyaman banget buat orang2 yang nggak terlalu suka kebisingan.

Soal varian menu menurut gue ya standar warung ramen sih. Cuma di sini nggak banyak varian sapi dan nggak ada varian babi. Buat gue yang biasanya lebih memilih daging sapi ketimbang ayam, ini jadi satu kekurangan sih. Karena dalam benak gue,makan ramen pakai ayam, alias tori ramen itu beda2 tipis sama makan mie ayam.

Anyways, gue order 2 menu, Ramen ten Original sama Tori tan-tan men yang pakai kuah pedas.

Impresi pertama pas orderan tiba begitu menggoda. Jujur aja, salah satu yang bikin gue nggak nyamam makam ramen itu, buat gue, ada semacam bau apek atau bau yang nggak enak. Ini gue temui di beberapa resto ramen.

Tapi kali ini gue nggak bisa mengendus bau itu - semoga bukan karena gue positif.

Jadi baunya nggak lebay. Rasa kuah tori tan tan ramen juga pekat sama aroma minyak cabainya. Rasanya cenderung manis. Jadi gue kalah di porsi pertama. Padahal Ramen Ten 10 mengizinkan kita buat nambah mie sepuasnya.

Sedangkan, menu Original Ramen punya rasa yang cenderung lebih halus. Nggak terlalu kental, jadi nyaman di perut. Tekstur mie nya juga nggak terlalu lemes kayak orang kena tipes.

Kelebihan lain Ramen Ten 10, dia punya banyak varian nasi. Salah satu menu andalannya itu Sautee. Tadinya gue mau coba. Tapi seperti yang gue bilang sebelumnya, gue udah kalah di porsi pertama.

Overall, it's worth enough to spend your lunch or dinner time here.

Sebenernya gue pengen nulis lebih banyak. Tapi gue harus jemput bini dulu. Jadi segitu aja deh.

Saya belum pernah ke Vietnam jadi nggak tau gimana rasa otentik pho di sana. Tapi resto ini menurut saya, kebanyakan menu punya rasa yang cocok sama lidah orang kita.

Daging sapinya tebal dan empuk, ayamnya juga tebal dan tingkat kematangannya juga pas jadi nggak terlalu keras.

Soal pho nya sendiri menurut saya terlalu matang, jadi kalau nggak langsung di makan jadi lemes.

Selain pho, tempat ini juga nyediain beragam makanan khas Vietnam lainnya, kayak lunpia khas Vietnam yang namanya Gôi Cuőn (rice Paper roll), nasi campur khas Vietnam, sama Bánh Mì (sandwich Vietnam).

Overall rasanya nggak asing sama lidah kita karena masakan Vietnam ini pakai bumbu-bumbu yang mirip sama masakan Indonesia. Bawang bombai, daun bawang, cabai potong, cuka, ada semua.

Cuma, ada 1 daun yang bikin nggak nyaman. Bukan nggak enak sih, tapi lebih kaget aja gitu ada daun yang rasanya wangi banget. Saking wanginya, begitu dikunyah, kita tuh berasa minum parfum gitu soalnya wanginya khas banget sama parfum.

Nama daunnya Rau Què, alias daun basil manis. Entah darimana manisnya, karena sebenernya lebih ke wangi.

Tapi daun-daunan yang ada di Pho Ba Ba ini justru daya tarik tersendiri karena mereka nyediain beragam daun-daun unik. Ya, kalau mereka yang anti sayur sih kayaknya nggak bakal doyan emang. Tapi, you must try the leaves once before you die.

Soal suasana Pho Ba Ba di Aeon BSD juga nggak kalah uniknya. Suasana "kekiri-kirian" memenuhi ruangan dengan dominasi warna merah-cokelat sama ornamen jaring bambu. Lukisan petani dan buruh yang jadi simbol kekuatan "kiri" juga ditorehkan di salah 1 sisi ruangan. Yah, maklum aja soalnya Vietnam kan salah satu negara "kiri".

Sebenernya kesimpulannya simple. Resto ini cocok buat para fans paham "kiri".
*becanda ya*

Kamu harus coba makan di resto ini karena perpaduan rasa dan suasananya bakal ngasih pengalaman yang unik.

Oh iya 1 lagi. Karena nama makanannya masih berbahasa Vietnam yang susah-susah, jangan malu buat tanya ke pelayannya soal menu pilihanmu.

Sore Izakaya baru buka cabang di kawasan Emerald Bintaro. Lokasinya di dalem Funtastico, nyempil di belakang store Wing Stop, memanfaatkan lahan kosong di situ.


Sebelumnya gue pernah nyoba Sore Izakaya yang di BSD. Tempatnya asyik, kayak di warung2 Jepang yang kita sering lihat di Youtube. Tapi Sore Izakaya yang di Bintaro ini lebih mirip Jepang lagi suasananya. Lampion2 khas Jepang, ornamen2 manga dan anime, sampai ornamen dapurnya itu Jepang banget!


Pas mampir kali ini gue pesan lumayan banyak, ada mentai beef cheese, beef cheese, gyu yaki don, ramen, dan 1 lagi kayak cakwe gitu tapi lupa namanya. 


Soal rasa, gue nggak bisa bandingin sama rasa asli di Jepang soalnya nggak pernah ke Jepang. Yang gue bisa bilang, rasanya cocok sama lidah gue yang lokal.


Paduan mayones dan keju di mentai beef cheese pas,nggak bikin eneg. Gitu juga sama gyu yaki udon yang, walau kelihatan berminyak banget, tapi nyaman di perut. 


Katanya, makanan enak itu udah terasa enak tanpa dikasih bumbu tambahan yang ada di meja makan. Nah, makanan di Sore Izakaya ya begitu. Udah bisa dinikmati tanpa tambahan bumbu lagi.


Porsinya juga pas buat manusia pada umumnya, alias common human. Nggak terlalu banyak, tapi nggak dikit juga.


Soal harga juga gitu, masuk akal buat otak gue yang masih mikir "bakal abis berapa nih?" tiap makan di resto. Seingat ingatan gw yang cukup pendek,harga makanan di Sore Izakaya nggak ada yang sampe 50K. 


Oh iya, jangan nyari sushi di tempat ini. Sore bukan resto sushi. Namanya aja Izakaya yang sebenarnya punya arti "stay-drink-place". Gampangnya, kalau di tempat kita ini mah namanya tempat nongkrong gitu.