Kebetulan lagi ngidam asin cumi sama jambal. Terus nyari tempat makan Sunda. Ya udahlah mampir ke sini karena belum pernah juga. Konsep tempatnya open kitchen. Kalau dibilang prasmanan enggak juga, karena aku pas sampai sana dipandu sama mbak2 waiters mau pesen makan apa di depan etalasenya. Variasinya banyak banget. Katanya salah satu signaturenya adalah ayam dawegan. Jadi ayamnya diungkep terus dimasukin ke dalam degan utuh gitu.
Aku konsisten memesan asin cumi dan cha tauge jambal. Nah kebetulan temen aku pesan ayam dawegan. Nah untuk sambelnya aku pesen sambel mitoha
Nasinya disediakan dalam satu bakul nasi. Buat bertiga itu porsi nasi melimpah. Ujungnya kenyang bet. Ain cuminya asinnn banget. Hahah yaiyalah namanya asin cumi. Jadi aku kan lidah jawa ya yang sebenarnya sama macem2 asin itu hanya beberapa macem asin yang bisa aku tolerir di lidah, termasuk asin cumi. Tapi asin cumi di sini lebih asin daripada tempat makan sunda lain . Mungkin semakin asin semakin bagus ya. Minyaknya juga banyak. Tapi justru aku suka nih yang berminyak gini. Cha taugenya juga banyak minyaknya.
Untuk sambelnya awalnya nggak terlalu pedes, tapi lama-lama pedes namun masih belum bikin aku kepedesan.
Nah untuk ayam dawegan tadi, aku nggak ngicip sih ayamnya, cuman kuahnya aja. Rasa kuahnya ya kaya degan. Perpaduan asem dan rempah ungkep. Tapi lebih kental asemnya.
Menu yang dipesan: asin cumi, sambal mitoha, ayam dawegan, cha tauge jambal
Tanggal kunjungan: 28 September 2020 Harga per orang: < Rp. 50.000
Siang ini sehabis les mode di Cikamiri, aku cari2 makanan deket sana dan nemu Boemi Mitoha. Udah lama sih denger tempat ini, akhirnya cobain deh ke sana.
Parkirannya penuh dan pengunjungnya ramai, makanannya khas Sunda, aku lihat pilihan makanannya juga beragam.
- Nasi merah ayam goreng kampung ungkep (42k) : Harga setelah pajak sekitar 42k, itu buat aku mahal sih, soalnya beneran nasi sama ayam goreng doang. Dan ternyata kalau ambil lalaban dan sambel (yang aku kira free) itu kena charge 3.5k. Ayam gorengnya sih lembut cuma berminyak sekali, jadi kurang enak ke tenggorokan.
Kalau minumnya dapet teh hangat free dari restonya, suasana di sana lumayan enak dan musiknya sunda gitu. Pelayanannya ramah dan cepat.
Menu yang dipesan: Nasi Merah, Ayam Goreng
Tanggal kunjungan: 18 Januari 2020 Harga per orang: < Rp. 50.000
Sejujurnya saya tidak tahu posisi persis dari restoran ini karena saya memesan makanan dari restoran ini dengan menggunakan jasa pesan-antar ojek Online. Feeling saya (cmiww), makanannya bukan yang dimasak setelah dipesan melainkan disimpan kayak prasmanan gitu karena packaging process dan food delivering benar-benar cepat. Packaging makanannya sih lumayan OK, packagingnya aman dan ready to eat.
- Nasi + Lauk Saya memesan nasi dengan dua jenis lauk yaitu Tumis Sotong (19K) dan Oseng Jamur Merang (13K). Sejujurnya saya tidak expect kalo porsi untuk masing-masing menunya sangat generous—apalagi kalau mengingat harga yang dipatok relatif masih sangat terjangkau. Saya sih suka banget Tumis Sotongnya. Sotongnya empuk dan tidak alot, bumbunya sih pedas cenderung ke manis, personally saya lebih suka kalau bumbunya agak sedikit lebih pedas, but it was totally okay.
Menu yang dipesan: Nasi + Tumis Sotong + Oseng Jamur Merang, Tumis Sotong, Nasi, Oseng Jamur Merang
Tanggal kunjungan: 09 Desember 2019 Harga per orang: < Rp. 50.000
tampilan makanannya prasmanan , byk macemnya . Gepuknya juara , empuk , bumbunya terasa . Semur jengkolnya juga empuk tapi rasanya enak 👍 nasi merahnya juga empuk , biasanya diyg lain suka keras 😁 tahu kriuknya enak banget sampe nambah 2x 😁 diluar garing didalam lembut tahunya 👌
Menu yang dipesan: Iga Bakar, Semur Jengkol, jengkol jos, Gepuk, Ayam Goreng, alpukat kerok, es pepende, Tahu kriuk, usus sapi
Tanggal kunjungan: 05 Januari 2019 Harga per orang: < Rp. 50.000
Belum ke Bandung rasanya kalau belum makan masakan Sunda. Seiring dengan semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Bandung, maka muncullah restoran-restoran baru yang menyajikan makanan khas Sunda. Salah satunya adalah Rumah Makan Boemi Mitoha ini.
Dibuka pada awal tahun 2016, rumah makan ini langsung menarik perhatian karena selain lokasinya yang strategis, nama dan design (interior dan eksterior) nya pun cukup unik.
Boemi Mitoha berasal dari bahasa sunda yang berarti "Rumah Mertua". Untuk saya yang kebetulan orang sunda asli dan memiliki standar yang tinggi untuk makanan sunda, makan disini rasanya seperti makan di rumah mertua (padahal belum punya mertua 😜😜). Enak, tapi belum sampai level nikmat (saya seringkali mengasosiasikan makan nikmat dengan makan makanan sunda). Mungkin kuncinya ada pada sambal nya, I feel like something missing on the taste. Meskipun begitu, rumah makan ini tetap layak dicoba karena menunya sangat variatif dan unik, seperti oseng kiciwis dan tumis daun pepaya (dengan Jagung dan ikan teri) yang sudah agak jarang ditemukan.
Hal lain yang cukup menarik disini adalah metode pemesanan secara langsung dimana kita bisa memilih sendiri makanan yang kita inginkan dan design interiornya dimana terdapat berbagai quotes (nasihat) orang tua yang terpampang di dinding.
Namun sayangnya untuk harga, ada beberapa menu yang menurut saya agak mahal, compared to restoran sunda sejenis. Untuk jenis sayuran, meskipun harganya sangat terjangkau, porsinya juga sebenarnya sangat sedikit. Jika datang kesini, sebaiknya pilih menu ikan, instead of ayam, karena harganya lebih worth it.
Overall, if you visit Bandung and would like to try the sensation of eating Sundanese food at parents-in-law house 😀😀 you should just come here. Recommended 😊😊
IG: rumahmakan_boemimitoha
IG Reviewer: rinnikania
Menu yang dipesan: Ikan Gurame Bakar 500gr, tumis daun pepaya, Oseng Kiciwis, Tahu Sutra Goreng, tempe mendoan, sambal terasi
Tanggal kunjungan: 29 September 2016 Harga per orang: Rp. 50.000 - Rp. 100.000