Dan untuk kesekian kalinya aku mampir buat makan siang ke IGA Ndut. Meskipun secara jarak memerlukan waktu tempuh sekitar 20 - 30 menit lewat tol bekasi. Namun, bukan halangan buat gak mampir ke sini lagi.
Uniknya dari setiap kunjungan aku, resto ini selalu menampilkan ambience yang berbeda. Entah dari warna chat nya, dari sisi penyajiannya, dan menunya.
Di kali ini, aku menemukan suasana yang berbeda dari pintu masuknya. Dahulu, ingat betul untuk resto ini pintunya tidak tertutup. Sekarang untuk masuk ke dalam area resto ada pintu kaca yang tertutup. Secara ambience dan kebersihan, lebih nyaman. Karna jadi jarang wara wiri lalat.
Nah, kali ini aku memesan beberapa menu yaitu :
1. Wedang Uwuh : Penyajiannya menggunakan teko berbahan enamel lengkap dengan 2 buah cangkir. Untuk tingkat manisnya, menggunakan gula batu yang diberi tempat terpisah seperti wadah saus. Kalau dinilai dari sisi penyajiannya oke, gula nya pun terpisah. Namun, satu hal yang mengurangi nilai dari penyajian tersebut adalah menggunakan wadah gula batu yang pinggiran keramiknya pocel2. Agak kurang "Layak" secara penyajian ke customer. Dari sisi rasa wedang uwuh, karna aku penggemar rempah. Minuman ini sangat pas dinikmati. Rempahnya terasa.
2. Oseng Mercon : Berkali-kali datang kesini, selalu memesan menu ini. Jadi, kurang lebih memerhatikan setiap detail rasa dari menu ini. Yang aku apresiasi, rasanya gak ada berubah sama sekali. Selalu pas dinikmati, racikan pedasnya pun gak berlebihan. Gak salah memang, aku pribadi memfavoritkan menu ini. Hanya, di kunjungan kali ini. Aku menyoroti dari daging iganya. Untuk kali ini, komposisi antara tulang dan dagingnya. Terlalu banyak di tulangnya.
3. Sop Buntut : Sudah tak ada koreksi dari menu yang satu ini. Setiap aku datang selalu melabeli, taste sop buntut ini juara. Kelas hotel berbintang. Bumbunya terasa, gurihnya kaldu pas, condimentnya pun lengkap seperti emping yang memang membuat sajian ini makin istimewa.
4. Sate Maranggi : Salah satu menu yang baru aku coba, honestly daging nya agak kurang empuk. Tebalnya daging sudah pas. Penyajiannya oke, saus kecapnya tipe cair dan dipsah dari dagingnya. Namun, mindset aku daging maranggi pada umumnya yang beberapa kali pernah ku coba ditempat lain punya cita rasa manis pada dagingnya. Kecapnya pun biasanya menggunakan sambal kecap kental. Jadi, untuk sate maranggi disini honestly bukan type lidah aku.
5. Iga bakar kecap : Penyajiannya oke, menggunakan hotplate dengan saus sambal kecap yang terpisah. IGA nya empuk, rasanya oke.
6. Ayam taliwang : Penyajiannya menggunakan piring yang diberi alas daun pisang, ayamnya dibakar terlebih dahulu baru setelahnya diberi sambal khas taliwang. Namun, untuk rasa bumbu pada ayamnya kurang meresap sampai ke daging. Lalu, secara penyajian seperti ada yang kurang dari sisi pelengkap yaitu "plecing kangkung pedasnya".