Dari segi tempat, Shabugram ini lokasinya strategis, dekat lampu merah simpang tol, letaknya di belakang halte narkoba satu. Agak ngumpet, tapi akses ke tol dekat. Areanya luas, bangunan besar dan bagus, bahkan ada private room yang bisa di pakai untuk acara tertentu, parkiran juga luas. Lantai satu untuk shabugram (shabu-shabu) dan lantai dua untuk shabugram coffee.
Saya agak bingung dengan konsepnya Shabugram, oke pertama kita mengantri buat milih bahan-bahan shabu, daging, ikan, sayuran, bakso-baksoan dan mie dalam satu wadah alias baskom. Lalu ditimbang, harganya Rp. 200/gram karena masih soft opening. Total untuk makan 3 orang, saya habis 300rb, udah termasuk air mineral dan kerupuk kulit 3 biji.
Lalu bahan tadi dimasak sama pelayannya, pilihan kuah ada dua, saya pilih yang original shabugram. Sebagian bahan kita pilih di goreng, juga pilih original fry.
Kalau makanan sudah ready, table locator kita akan bunyi dan bergetar, persis di food court mall. Nah ambil sendiri deh panci panas berisi shabu-shabu, biar pun buat 3 orang, tetap didalam satu panci. Semua condiments, kompor mini sampai minum, ambil sendiri. Jadi capek dulu lah sebelum makan.
Rasa kuahnya biasa banget, cenderung plain, kebantu sama irisan cabe rawit aja. Semua bahan dalam keadaan matang, kuah ngga terlalu panas dan bakso-baksoan, dimsum, udah dalam kondisi di potong potong.
Begitu juga yang digoreng, ternyata meski namanya original, tetap pakai bumbu, asin, mirip saus tiram dengan taburan wijen, enek.
Sama halnya dengan resto, coffee shop di lantai dua juga self service, besar tulisannya di pajang di dekat pintu masuk. Harga minuman standar, rasanya juga demikian, kalau kesini mungkin diniatkan foto-foto aja, jangan berekspektasi terlalu tinggi sama makanannya.