Sepertinya malam ini berburu kuliner saya masih di seputaran Kelapa Dua. Selain masih ada beberapa tempat yang belum sempet saya coba, juga aksesnya mudah dan engga jauh dari rumah. Target kali ini adalah Dessert Cafe, yaitu sebuah kafe baru yang posisinya engga jauh dari jembatan yang mengarah ke Margonda Raya, tepat di seberang Kampus Managemen Bisnis Indonesia.
Bangunan berupa ruko dua lantai yang tampil begitu masa kini. Lantai bawah disekat menjadi tiga bagian, dimana pada bagian paling depan dijadikan sebagai ruang smoking semi outdoor, bagian tengah seating area indoor dan bagian belakang dijadikan sebagai dapur tertutup. Lantai atas sepenuhnya dijadikan sebagai seating area yang cukup luas.
Nasi Goreng Keju (Rp.18.000,-) nasi ini sepertinya digoreng dengan menggunakan bumbu racik, jadi saya kehilangan sensasi kearifan cita rasa nusantaranya. Ditemani irisan sosis, kacang polong dan taburan keju yang tidak terlalu banyak, paling tidak bisa menambah sentuhan gurih bernuansa modern. Sayang beberapa kerupuknya tidak termasak dengan baik, jadi masih ada yang bantet, mungkin kurang dijemur kali sebelum digoreng.
Karena namanya Dessert Cafe tapi pilihan menu manisnya hanya tiga, yaitu roti bakar, pancake dan waffle (engga ada pisang bakar atau pisang goreng dong huhuhuhu). Akhirnya saya cobain Waffle Red Velvet (Rp.25.000,-) teksturnya cukup lembut, toppingnya ada es krim vanilla, marshmallow, sprinkle dan diberi siraman kental manis cokelat. But overall, rasanya engga terlalu memanjakan lidah, just so so.
Brown Sugar Coffee Latte (Rp.20.000,-) es kopi susu versi Dessert Cafe yang terbilang memiliki harga diatas rata-rata. Bicara rasa, saya engga menemukan suatu sensasi yang bikin nagih. Perpaduan unsur kopi, susu dan gula arennya kurang mampu memberikan rasa creamy dilidah, padahal ada minuman sejenis di tempat lain yang harganya masih lebih murah tapi rasanya bisa lebih baik dari ini.
Red Velvet Latte (Rp.17.000,-) seruputan pertama yang saya rasain hanyalah sensasi milky dan manis. Kesan red velvet nya masih jauh dari apa yang saya bayangin sebelumnya. Mungkin bubuk red velvet yang dipilih bukan kelas sultan, jadi engga mampu menciptakan rasa yang aduhai...