Emily Listening Space

Dari dulu ni tempat yang super syahdu @emilylisteningspace udeh gw incer, setelah semua temen2 cafe hopper dan bahkan temen2 foodies gw juga udah pada ke sini.
.
Yupps seperti yang gue bilang tadi, ni tempat sangat2 syahdu. Kalau biasanya gw bilang tempat2 akan bagus pas sore, tapi untuk tempat ini gue bilang bagusnya sepanjang hari, even siang bolong.
.
@Emilylisteningspace ini memiliki bagunan semi modern tradisional. Cukup menarik sih, karena jarang banget ada coffeeshop yang punya perpaduan kayak gini. Dan vibesnya buat gue cukup nyaman baik outdoor maupun indoor. Cuma indoornya sedikit terlalu rapat spacenya.
.
Coffeeshop ini punya fasilitas yang lengkap, seperti wifi, stop kontak, mushollah, toilet bersih, area parkir, smoking outdoor dan indoor berAC. Areanya lumayan luas, bisa menampung sekitar 70 customer lebih.
.
Bicara soal menu, sesuai dengan namanya, coffeeshop ini menyediakan aneka kopi sebagai menu speciality mereka. Untuk biji kopinya kemaren sih dari import semua, dari peru & Ethiopia. Selain kopi di sini ada aneka mocktails, mojito, aneka tea, dll.
.
Nahh untuk menu makanannya gue rada lupa😂, tp makanan speciality mereka di sini ada waffle, selain waffle mereka juga ada aneka croissants.
.
Range harga makanan dan minuman di sini berkisar antara 33k hingga 40k
.
Iced Coconut Latte (IDR 45k)

Minuman ini semacam es kopsus signaturenya mereka yang terdiri dari campuran kopi, susu dan coconut syrup. Dari segi rasa sih buat gue masih aman. Rasa kopinya sedikit kurang kuat buat gue, mungkin harusnya tdi gue request kopinya dibanyakin. Tapi dari segi kemanisan dan rasa coconutnya cukup terasa enak. Overall untuk minuman ini, GOOD!

Japanese brew (IDR 40k)

Di sini gue juga mencoba kopi tubruknya. Rasanya buat gue juga kurang kuat kopinya. Karena mereka pakai biji kopi yang import. Yahh memang cuma available kopi import di sini, dan gak ada biji kopi lokal. Jadi ya rasa kopinya emang sesuai dengan bijinya. Overall untuk kopi ini, NOT BAD.

Overall gue masih cukup puas dengan coffeeshop ini. Dari segi rasa sih masih aman. Vibesnya buat gue oke dan chill banget. Servicenya juga cukup ramah dan informative. Next time gue akan dateng lagi untuk nyoba moctailsny.

Ada seorang teman yang menyarankan tempat ini, hingga awal liburan ini aku mencoba main ke sana ... Tempatnya bisa dibilang cukup tersembunyi. Lumayan jauh dari jalan raya dan lokasi sekitarnya pun bukanlah lokasi rame banyak toko/restoran. Lumayan sepi.

Tapi di dalam kafenya tidaklah sepi. Saatku ke sana kafenya terdiri dari 2 bagian, luar dan dalam. Aku pilih yang dalam. AC nya dingin banget bro. Dingin banget. Aku keluar dan pulang ke rumah bukan karena bosan atau disuruh pulang ortu, tapi karena ngga kuat ama suhu dinginnya

Oiya, secara dekorasi tempat ini bagus. Ada beberapa hiasan khas musik lama, musik-musiknya juga menurutku nyatu banget dengan dekorasi tempatnya, yaitu musik santai bin kalem begitu. I like it.

Lanjut ke makanan, aku lagi pengen minuman khas dari sebuah kafe, kala itu, makannya aku pesan Desert Clouds. Minuman ini adalah campuran dari kopi dengan beberapa bahan tertentu sehingga rasanya cenderung sedikit pahit bin asam, namun dilapisi foam manis yang manisnya enak banget. Katanya cara minumnya sih diminum sedikit foamnya lalu minum bagian bawah. Anggap aja rasa manisnya jadi penetralisir gitu. Well, but I fail to do that Akhirnya aku mencampur foamnya ke minumannya dan rasa manisnya pun malah menghilang

Overall, tapi tak masalah. Aku menyukai penjelasan yang diberikan oleh baristanya. Aku juga menyukai minumannya. Di tambah aku menyukai juga listening spacenya. Salah satu yang paling direkomendasikan di Depok sini. Bisa untuk mendengarkan curhatan teman, curhatan diri, penjelasan barista, musik sendiri, hingga musik dari kafenya. Everything. Untuk pembaca, selamat mencoba!

Dari luar, listening space yang satu ini terlihat seperti rumah yang terbuat dari kayu. Namun ternyata tempat ini merupakan listening space yang menjual minuman coffee, coffee based maupun non kopi.

Seating areanya terdiri dari indoor maupun outdoor. Sekarang nggak ada aturan wajib bertiga lagi kalau mau dining indoor.

TBH ini oke banget mengingat nggak semua orang bisa berpergian bertiga. Aku sendiri menunda ke sini sejak berbulan-bulan lalu karena nggak ada 2 temen yang bisa diajak. Begitu tau aturannya berubah, aku langsung ke sini bardua temen.

Di area outdoornya cukup rindang dan estetik. Meskipun menjelang jam 12 siang, nggak terasa panas nyang menyengat banget.

Satu hal yang beneran unexpected, pelayanan di sini oke banget. Barista sekaligus waitressnya super ramah & sungguhan paham soal menu yang dijual. Tanpa diminta, bahkan langsung menjelaskan menu dengan detail. Bahkan pesanan kami juga diantar ke meja, jadi nggak harus keluar masuk ngambil sendiri.

Di sini ada beberapa spot foto cantik, baik di indoor maupun outdoor. Baristanya bahkan bersedia memfotokan kami beberapa kali di area outdoor karena backlight.

Aku dan temanku duduk di area indoor dan meski tempatnya nggak terlalu luas, namun sangat nyaman dan cocok buat bersantai. Terlebih, kebetulan aku datang jam 11 siang dan kami satu-satunya customer di indoor.

Aku mencoba :

1. The Alter Ego (IDR 40k)

Menu ini merupakan salah satu dari 3 menu signature di Emily. Alter Ego merupakan minunan yang rasa kopimya paling strong dibanding kedua minuman lainnya.

Sesuai deskripsi si barista, rasa minuman ini cukup kompleks. Rasanya creamy dan manis, namun juga terdapat rasa kopi yang sedikit asam dan pahit.

Di bagian atas, minumannya di-torch sehingga terdapat aroma maupun cita rasa yang berbeda ketimbang srandainya nggak di-torch. Rasa manisnya pun pas, bahkan buat aku yang nggak terlalu suka manis.

2. Waffle (IDR 40k?)

Sayangnya bonnya hilang, namun aku membayar 120k untuk 2 minuman signature dan 1 waffle yang kushare berdua teman.

Wafflenya terdapat 3 rasa, yakni; Choco Crunch, Lotus dan Classic Maple. Aku pilih yang classic maple.

Penampilan wafflenya cantik. Rasanya pun secantik penampilannya. Adonan wafflenya wangi dan gurih. Meski dimakan begitu saja tetap terasa enak.

Sirup maplenya menambah rasa manis pada waffle, namun manisnya juga pas. Porsinya pun cukup besar dan cukup buat share berdua.

Jujur, kunjungan pertamaku ke Emily sungguhan mengesankan. Aku jarang revisit coffee shop di tempat yang jauh dari rumah, namun aku sungguhan pengen re-visit Emily. Bukan cuma tempatnya, namun pelayanan & rasanya sungguhan memuaskan.

Tahu kaaan saya hobi ke kedai kopi tapi gak ngopi? Tapi pas lihat menu & dgr penjelasan baristanya, akhirnya tergerak pesan signature drink mereka.

Saya pesan Chateau Lobby yg basednya dgn cold brew, lalu ada lime, lavender & yellow malt, agar balance rasa asam dan manisnya (penjelasan yang dibela2in saya rekam dari nona barista). Tampilannya cakep, tapi bunganya gak bisa dimakan yaaa. Sementara teman pesan Alter Ego. Untuk snack pagi kami pesan waffle.

Pagi? Iya, karena kami ke sini sebelum jam makan siang. Jadi bisa menikmati suasana tenang dgn alunan musik. Saya sempat menghubungi mereka untuk menanyakan apakah bisa duduk di indoor area berdua sm teman? Syukurlah bisa.

Totally recommended datang ke sini loh. Dan memang sepertinya dtg sekali gak cukup.

Sekedar info: playlist di Emily Coffee Society dapat dicari di Spotify.

Mampir ke Emily Coffee Society part 2 cek! Kali ini akhirnya bisa menikmati suasana dalam ruangan, karena sore ini saya datang bertiga alias sudah memenuhi kriteria minimal kedatangan supaya dapat menduduki meja indoor. Soal suasana dan pelayanan sih masih semenarik pada kunjungan perdana. Tamu-tamu pun masih berdatangan silih berganti. Paling ada dua hal yang menurut saya perlu improvement. Pertama lokasi toilet supaya mudah diakses, sebaiknya diberi lorong melalui ruang indoor dari pada harus berputar melalui teras samping menuju ke halaman belakang. Kedua space untuk ruang sholat, supaya makin lengkap lagi fasilitasnya.

Kunjungan kedua ini saya langsung memilih menu andalan lain dari mereka yang diberi nama The Alter Ego (Rp.40.000,-) masih meracik espresso dengan tambahan komponen lain, The Alter Ego ini terlihat keren menampilkan lapisan krim putih dibagian atas serta lapisan espresso kecokelatan dibagian bawah. Cara menikmatinya jangan diaduk, kata mba sang peracik minuman, supaya kontras saat diseruput antara krim dengan kopinya. Rasanya unik, ada creamy, ada acidity yang bercampur sentuhan manis yang begitu menyenangkan.

Selain itu saya juga nyicipin menu mocktail yang dikasih nama Miss The Misery (Rp.35.000,-) tampil anggun berwarna ungu dengan hiasan seiris jeruk lemon kering dalam cocktail glass. Rasanya manis, perpaduan antara beberapa jenis sirup rasa buah yang menyegarkan dan beraroma. And the last but not the least, saya juga nyobain Charcoal (Rp.40.000,-) dalam tampilan monokrom yang kentel banget kelihatannya. Pas diseruput rasanya tuh langsung lumer dimulut. Kandungan susu memainkan peran yang kuat, baru diikuti nuansa charcoal yang bitter, gurih dan manis.

Triple Cheese Danish (Rp.35.000,-) sepotong pastry berlapis-lapis berbentuk memanjang dengan isian keju. Teksturnya renyah diluar empuk dan lembut didalam. Adonannya buttery, jadi tidak begitu kasar saat dikunyah seperti roti sejenis di tempat lain. Kejunya tidak begitu asin, justru lebih ke manis tapi engga sampe kemanisan. So far saya suka sama konsep yang Emily Coffee Society suguhkan. Kedai-kedai kopi memang sudah cukup menjamur di Depok, tapi Emily mampu menjadi salah satu dari sedikit coffeeshop disini yang tampil memukau dan layak bersaing dengan kafe-kafe di ibukota, baik dari segi rasa, pelayanan maupun penampilan…

Kalau engga nyari tahu dulu di IG, sepertinya banyak orang yang ga ngeh kalo sebuah rumah kayu di sebrang Sekolah Tunas Global merupakan coffeeshop unik yang nyentrik. Meski tanpa plang papan nama atau signage, Emily Coffee Society ini sudah ramai didatangi pengunjung meskipun baru beberapa saat beroperasi. Saat datang saya langsung disambut seorang staf wanita untuk diukur suhu tubuhnya, lalu mengantarkan sampai ke tempat duduk yang saya pilih. Setelah itu dengan sabar dan ramah ia menjelaskan konsep Emily yang bukan seperti kafe biasa, termasuk mendeskripsikan beberapa jenis minuman andalan mereka.

Sebenarnya saya mengincar duduk didalam yang merupakan area non smoking, tapi berhubung saya hanya datang berdua jadi tidak bisa karena seating table indoor hanya diperuntukan bagi mereka yang datang minimal bertiga. Namun hal itu tak mengurangi kekhidmatan saya menikmati suasana Emily. Duduk di luar pun terasa nyaman dan sejuk karena dipayungi oleh pohon rindang. Sebuah bar tempat meracik aneka minuman mocktail menjadi pemandangan menarik. Selain itu alunan lagu yang mereka putar pun easy listening. Pengunjung diijinkan untuk memilih dan memutar lagu melalui alat pemutar piringan hitam jika mereka mau.

Tertarik dengan penjelasan staf tadi, saya pun akhirnya memesan salah satu minuman masterpiece disini yang diberi nama Chateau Lobby (Rp.40.000,-) saya lupa racikan bahannya apa saja, meskipun sudah dijelaskan panjang lebar, tapi yang jelas ada kandungan espresso didalamnya. Tampil memukau didalam gelas cocktail, Chateau Lobby ini dipercantik dengan setangkai bunga berwarna kuning cerah. Rasanya sangat menyegarkan. Manis, ada sensasi acid serta bitter sebagai aftertaste. Lapisan foam dibagian atas, membuatnya terasa lembut saat diseruput.

Selain aneka mocktail dan base espresso, Emily pun menyuguhkan minuman non kopi. Penasaran, teman saya pun memesan segelas Matcha (Rp.35.000,-) minuman teh hijau serta susu ini terbilang ringan. Kandungan matcha tidak begitu pekat tapi masih mampu tampil memukau. Campuran susu serta pemanis, menjadikan matcha ini semakin menyenangkan. Penyajiannya pun artisik, yaitu menggunakan gelas gerabah bermotif warna yang memanjakan mata. Suka sekali saya dengan cara Emily menyuguhkan minuman, so instagramable.

Saya mengira mereka tidak memiliki menu lain selain minuman. Tapi ternyata beberapa jenis pastry siap menemani siapa saja yang ingin nongkrong disini. Saya sendiri terpikat dengan Pocket Chocochips (Rp.35.000,-) sejenis pastry panjang dengan isian cokelat. Teksturnya begitu lembut. Kesan kasar khas puff pastry engga kentara dilidah. Saya langsung dapat merasakan aroma serta sentuhan rasa milky juga creamy sesaat setelah menyuapnya. Minumannya ga cuma unik, tapi juga enak. Pastry nya juga enak. Pelayanannya ramah. Desain serta ambiencenya bikin betah. Komplit ini mah...

Nama @emilycoffeesociety pasti sudah ga asing lagi dong, waktu pembukaan pun langsung ramai dan ditunggu-tunggu. Siapa yang tidak tertarik dengan bar mungil untuk mocktail dan konsep listening spacenya?

Emily ini terinspirasi dari sebuah lirik lagu, “If I had a girl like Emily....” Lokasinya ada di satu bangunan dengan @de.droom roastery.

Aku kesini pas banget jam buka, jadi bisa dapet kosong. Sadly, kalau mau duduk di dalam dan menikmati lagu harus minimal 3 orang (apadaya aku ga punya team ini🤣), tapi gapapa outdoornya pun ambiencenya nyaman banget. Aku langsung disambut dengan staffnya dan diinfokan untuk melihat menu melalui scan barcode di meja.

Perhatikan baik-baik, bagiku memesan mocktail tanpa ada penjelasan sebelumnya itu kaya beli kucing dalam karung🤣 Jadi kalau aku pesan mocktail, itu tandanya Baristanya sangat ramah dan sabar menjelaskan menunya sampai akhirnya aku mau memilih mocktail🤣.

Dan, kalian wajib banget cobain Miss The Misery (non kopi dan pasti non alkohol), rasanya itu unik banget, aku sangat menikmati campuran semua ingredients yang ada di dalam minumannya. Buat penggemar minuman segar dan cenderung manis (tidak terlalu asam), ini pasti cocok untuk kalian.

Menurutku ini salah satu menu mocktail yang terbaik. Dari cara preparation dan servingnya semua niat. No wonder, semua orang kesini untuk mencari mocktailnya.

Bravo! @emilycoffeesociety