Kalau diperhatikan, tren bangunan bergaya industrial memang sedang marak diterapkan oleh pelaku usaha kedai kopi. Selain desain yang sederhana, perawatannya pun tidak begitu rewel karena didominasi oleh elemen-elemen setengah jadi yang mudah dibersihkan. Apalagi tampilannya pun jadi sangat menarik serta estetik sebagai latar untuk berfoto meski dengan kesederhanaannya itu. Tak terkecuali apa yang diterapkan oleh sebuah kafe di bilangan Pekapuran bernama Samatha.
Coffeeshop yang mengambil tema angkringan ala kafe ini cukup menarik perhatian. Sepertiga lahan digunakan sebagai area parkir, sepertiga lagi sebagai area duduk terbuka beratap kabel bohlam paralel dan sepertiga sisanya merupakan bangunan utama tempat untuk barista merangkap kasir serta dapur, area duduk dalam, musholla dan kamar kecil. Permainan warna abu-abu sangat mendominasi karena unsur semen yang paling banyak mengisi ruang. Bentuk atap sebelah yang miring dan cukup rendah pada ruang utama, terlihat unik sekaligus berkarakter.
Karena mampir di jam makan malam, saya pun memesan dua jenis menu makanan berat yang diberi nama unik berbau pewayangan yaitu Sadewa (Rp.28.000,-) dan Ayuning (Rp.26.000,-). Sadewa merupakan mi instan yang disajikan bersama lauk ayam katsu berlumur keju mozarella dibagian atas, serta sayuran kemasan sebagai sidedish. Tampaknya mereka memakai Indomie Goreng Hype Abis rasa Ayam Geprek, jadi rasanya lumayan pedes. Potongan ayam cukup empuk meski agak kering dan tidak terlalu cheezy. Untuk sidedish masih perlu improvement, diberi tambahan bumbu supaya ada rasanya.
Ayuning sepertinya mirip sajian platter yang berisi chicken katsu, french fries dan sosis goreng yang disajikan bersama saus sambal serta mayones. Kentang gorengnya renyah diluar pulen didalam. Potongan daging ayam sama persis di menu Sadewa, hanya disini engga pake tambahan keju mozarella. Teksturnya pun agak kering, perlu diberi tambahan sedikit bumbu supaya sensasi gurihnya ngangkat. Sosisnya agak overcook, jadi terlihat gelap. Untungnya tidak sampai mempengaruhi rasa.
Engga ketinggalan ada seporsi Pisang Coklat (Rp.15.000,-) sebagai pemanis. Empat buah piscok goreng renyah dengan parutan keju cheddar dan susu kental manis sebagai topping. Lelehan coklat didalamnya langsung pecah dimulut saat digigit. Manisnya pas, pisangnya matang pohon, jadi bisa dibilang ini merupakan menu paling aduhai disini. Next time kalau mampir lagi pengen cobain aneka sate-satean khas warung angkringan yang dipajang di etalase barista area mereka.
Kusuma (Rp.25.000,-) ini minuman es kopi susu dengan cita rasa almond. Kandungan kopinya dominan pekat. Karakter robustanya sangat kentara di lidah. Saya hampir tidak menemukan sentuhan almond disini. Mungkin racikannya perlu diulik lagi, supaya lebih memikat. Samatha (Rp.26.000,-) minuman non kopi yang terbuat dari susu, blueberry jam dan potongan jeli. Rasa susu yang berpadu selai cukup menyegarkan, kaya akan sensasi milky serta asam manis...