Kesampaian juga nyobain kuliner khas Afrika, mungkin lebih tepatnya dari Nigeria. Letaknya di jalan besar tapi plangnya agak kecil jadi harus jeli dikit ya.
Saya pesan beberapa makanan, mungkin agak banyak karena saya sendirian tapi udah ngebet banget jadi bablas aja. Kunjungan kali ini saya masih "beginner" jadinya belum pesan yang rasanya menantang seperti bitterleaf ataupun okro.
--Egusi, Nsala dan Fufu-- IDR 40.000
Ini menu pertama yang saya pesan. Nsala adalah sup dengan tekstur seperti opor bisa berisi kikil, buntut, ayam atau daging dan saya pilih kikil. Rasanya pedas lada, nyelekit gitu jadi pegawainya menyarankan saya untuk kombinasi dengan egusi.
Egusi ialah sup dari biji melon dan beberapa bumbu sehingga rasanya unik gurih, agak bingung deskripsikannya, kira-kira tekstur dan warnanya seperti gulai, tapi rasanya seperti soto betawi susu (lah makin bingung ga).
Lalu sebagai "nasi" nya saya pesan fufu. Fufu itu seperti singkong dihancurkan dibuat adonan. Saya pikir rasa dan teksturnya bakal seperti keladi tumbuk papua, tapi ternyata rasanya aja yang mirip tapi teksturnya jauh lebih halus, ya mungkij karena keladi dan singkong ya lebih lembut singkong. Karena fungsinya sebagai "nasi" jadi rasanya tawar.
Ketika saya cobain kombinasi ketiganya, langsung suka banget. Saran pegawainya tepat banget deh, untuk lidah indonesia, nsala yang lada nyelekit, dicampur egusi yang gurih, ditambah fufu yang lembut ternyata kombinasi nya menciptakan rasa yang beneran enak. Apalagi ditambah daging kikilnya. Beneran ini makanan favorit baru saya.
---Jollof Rice dengan pisang, kacang, dan ikan---IDR 70.000
Porsi fufu nsala egusi sebenarnya sudah banyak, tapi karena penasaran banget akhrinya saya cobain jollof juga. Pegawainya sudah ingatkan meski saya pesan porsi regular, tapi porsi nya cukup besar. Begitu datang memang porsinya besar, bisa buat 1-2 orang.
Ekspektasi saya ketika makan ialah nasi nya kering mirip nasi biryani karena beras yang digunakan basmati namun ternyata tidak. Nasinnya ditanak dengan agak padat, tidak lembek sih tapi padat gitu dan kebetulan saya tidak cocok sama tekstur seperti ini (pernah salah masak di kost soalnya, kebayakan air jadi padat gini). Jadi lumayan juga usaha menghabiskannya. Bumbu nasinya juga cenderung plain. Pisangnya tidak seperti di sate domba afrika, yang ini cenderung manis sehingga agak tidak cocok rasanya di saya ketika makan pakai nasi, tapi pisang nya kebantu rasanya ketika dicocol dengan tomato stew, yang rasanya mirip sambal tomat. Dagingnya saya pilih Ikan baracuda atau alu-alu. Rasanya enak, gorengnya pas jadi cripsy diluar. Kacangnya enak juga, mirip kedelai cuma lebih besar.
--Moi-Moi-- IDR 30.000
Side dish nya saya cobain moi-moi yaitu Kacang tumbuk isi telor dan isi telornya benaran sebutir. Plain sih rasanya mirip fufu, mungkin harusnya pesan dengan kuah ya.
--Yoghurt--- IDR 20.000
Seperti yoghurt pada umumnya sih enak aja.
--Zobo drink-- IDR 20.000
Sari rosella kering, rasanya enak seperti rosella dan agak strong juga.
Pelayanan ramah banget, baik dan sabar bangetbanget ketika ditanya beragam hal, dengan lengkap dan detil dijawab. Harganya juga masih masuk akal untuk pengalaman yang menyenangkan. Bakal kesini lagi untuk cobain menu lainnya.