%Arabica merupakan coffee shop dari Jepang yang saaf ini sudah memiliki 3 cabang di Indonesia. Tampaknya kehadiran coffee shop ini didambut cukup antusiasi di tanah airz terbukti dari antriannya yang mengular, bahkan sampai ke eskalator mwnuju H&M. Lokasi coffee shopnya sendiri di dekat pintu masuk lobby Lumina.
Saya sendiri datang sekitar jam 11 siang di hari sabtu kemarin dan antrian juga panjang. Karena kebetulan memang ada urusan di sekitar CP, saya akhirnya ikutan antri.
Satu hal yang bikin saya salut, antriannya beneran tetap mengikuti prokes. Nggak ada ceritanya desak-desakan. Di sini saya bisa mengantri dengan nyaman, padahal biasanya saya pusing kalau mengantri, karena bisa aja diselak. Saya pernah sampai harus jagain sisi kiri antrian pakai tangan & lempar tas selempang sambil megangin ujung talinya ke luar tali antrian sisi kanan karena mau diselak orang.
Sedangkan di sini antriannya begitu teratur. Ada 3 orang yang menjaga antrian, yakni di samping eskalator dan di depan toko. Kita wajib berdiri di titik dan baru bisa maju saat dipersilahkan. Jadi nggak bisa nyerobot dan nggak perlu lelah duluan karena harus jaga antrian.
Untuk pembayaran disarankan cashless dan bisa menggunakan debit BCA. Saya sempat panik karena saya beneran nggak bawa dompet dan cuma bawa uang cash, untung masih bisa walau disarankan cashless atau pakai uang pas.
Pelayanan juga cukup ramah dan responsif. Namun untuk antrian tidak benar-benar urut. Bisa saja orang yang datang belakangan nerima pesanan duluan. Saat itu saya sendiri nomor 55, namun customer nomor 57 menerima pesanan duluan ketimbang saya dan customer sebelum saya.
Seating area di sini terdiri dari indoor (di bagian samping depan coffee shop) dan outdoor. Berhubung saya mau nunggu sekitar 2 jam karena bakal ketemu orang di jam 2 siang, saya duduk di indoor karena nggak kebagian di outdoor.
Jujur, menurut saya meski Instagramable, namun coffee shop ini bukan tempat yang nyaman buat nongkrong, entah memang konsepnya bukan tempang hangout atau gimana. Kursinya menempel dan tidak bisa dipindahkan dengan tinggi yang sudah diatur. Setelah duduk di sana sekitar 1 jam sambil mengerjakan tugas sekaligus #metime, saya menyadari kursinya beneran nggak nyaman sampai kaki saya mulai terasa nyeri.
Di sini saya mencoba :
1. Spanish Latte (IDR 59k, 12 oz)
Saya penasaran dengan minuman yang satu ini dan disajikan dengan paper straw sebagai upaya mengurangi penggunaan plastik. Pada sedotan pertama, saya merasakan rasa kopi meski rasa manisnya cukup dominan, sepertinya karena pakai condensed milk.
Saya sendiri bukan penikmat manis dan menurut saya ini agak kemanisan (sebagai patokan, kadar dark chocolate favorit saya sekitar 70-80% walau 72% masih agak manis buat saya kalau dimakan di suhu ruang. Kalau kalian juga penikmat coklat dengan kadar segitu atau lebih, kalian juga bakal merasa ini manis ), meski masih bisa dinikmati. Yang saya suka, rasa kopimya nggak terlalu asam. Kebetulan saya memang kurang suka kopi yang asam dan prefer pahit yang pekat.
Kalau kalian kurang suka manis, sebaiknya request di kasir kalau bisa. Namun kalau kalian memang penikmat manis, bisa jadi kopi ini biasa saja.
2. Chocolate Croissant (IDR 35k)
Croissant disajikan hangat dan aroma adonan wangi butter dengan isian coklat yang meleleh. Croissantnya cenderung empuk, bukan renyah. Bagian luarnya sedikiy renyah namun dalamnya empuk.
Berhubung dimakan pas masih panas, saya suka rasanya dan ini enak menurut saya. Coklatnya juga cukup banyak dan manis, namun bukan yang super manis sampai membuat gigi terasa sakit. Namun croissant jenis ini bukan jenis yang bakal tetap enak kalau sudah dingin karena bukan jenis yang agak renyah, jadi sebaiknya ya memang dimakan pas hangat.
Overall, worth it nggak sih? Menurut saya, ini oke buat dicoba. Namun kalau buat second visit, saya sendiri agak ragu karena dengan harga yang sama, saya bisa duduk dengan nyaman di kompetitor terkenal yang cabangnya ada di hampir setiap mall karena tempatnya lebih cozy buat hangout atau kerja.