Tidak perlu disembunyikan lagi bahwa sudah saatnya sekarang saya blak - blakan mengenai sasis yang dijual oleh Cassis di Apartemen Pavilion, Sudirman, pasca saudaranya Harum Manis yang saling berjalan bersama - sama dengannya. Nama resminya Cassis Kitchen sih, sekarang.
Saya ceritakan hidangannya terlebih dahulu, ya. Di Cassis, saya mendapat set makan siang, dimana yang saya pilih adalah duck terrine, angus sirloin, dan ditutup chocolate tart-nya. Saya juga menambah mushroom soup dan tiger prawn mentaiko-nya.
Pertama, angus sirloinnya memang empuk dan wangi. Sirloinnya juga cukup besar, sausnya pun gurih. Boleh dikatakan jauh lebih keren dari TGI Fridays. Kentang gorengnya dan penyajiannya ramai, pula.
Duck terrine-nya sendiri terdapat 2 lapis, yaitu daging bebek cincangnya itu dan lapisan seperti jeli namun berasa kaldu. Cool dan tidak berasa amis, terrine-nya jelas lebih enak dari magret-nya Garcon Plaza Senayan.
Kalau tiger prawn mentaiko-nya decent saja, udangnya bongsor. Namun, pasta angel hair-nya masih terdapat bau khas mentaiko. Walaupun begitu, angel hair-nya cukup banyak.
Mushroom soup-nya sendiri biasa, sedangkan rotinya sedikit keras. Namun, penutup chocolate tart-nya cantik dan saya sendiri juga mendapat complimentary strawberry shorbet, walau lebih enak sorbetnya Grom, ya. Singkat cerita, hidangannya rapi, sih.
Servis di Cassis juga berbeda jika dibanding restoran biasa. Pertama, keponakan saya yang masih kecil diberi kertas gambar oleh pelayannya. Kedua, saat selesai saya melupakan sepatu keponakan saya yang dicopot di ruangan, namun untungnya pelayannya membawakannya ke saya. Aman.
Walaupun aman dan rapi, saya terkejut dan sangat terkejut begitu mengetahui bahwa, Cassis yang sekarang telah menjelma menjadi restoran yang ekstra mahal. Saya ketar - ketir melihat harga menunya sekarang.
Pertama, set makan siangnya yang saya pilih itu dilabeli 350 ribu, dulu saya pernah cek hanya 150 ribu. Kedua, di menunya dia tercantum wagyu grade A5 yang kita tahu, harganya bisa minimal 700 ribu per ons. Ketiga, menurut pantauan saya, tidak terlihat brunch ala carte. Set menu Cassis yang lain juga kebanyakan sudah 500 ribuan ke atas. Lebih mahal dari Eight Treasures, bahkan.
Itulah sebabnya bill saya kelewat membengkak di Cassis. Tiger prawn mentaiko-nya saja 235 ribu. Air mineral dan tehnya pun 50 ribu, mirip hotel bintang 5. Dan jangan lupa, tax & servis Cassis sudah 21 persen, lagi. Dengan kata lain, mahalnya komplit.
Sebetulnya, saya dari dulu sudah menyimpan informasi bahwa Cassis tidak akan pernah affordable. Saya awalnya mengetahui Cassis pertama kali karena dilabeli restoran top-end oleh majalah Jakarta Java Kini edisi 2007-an. Dulunya, dia memang merupakan restoran perancis, sampai suatu waktu sekitar beberapa tahun yang lalu, kabarnya dirombak total dan menjadi Cassis Kitchen yang sekarang, seperti yang tadi saya sebut.
Sekitar waktu itu, ketika masih berstatus restoran perancis, terus terang saya pernah sekali tidak mendapat tempat duduk di Harum Manis. Saat itu, sepertinya Harum Manis sedang ada event, saya lupa karena sudah lama sekali sekitar 10 tahun yang lalu. Namun, yang jelas waktu itu Harum Manis masih baru buka dan saya lagi ingin makan soto betawinya yang enak.
Karena full, akhirnya saya melangkah ke Cassis, namun waktu itu saya belum berani mencoba hidangan perancis, jadilah saya memesan spagetinya. Terus terang, saya tidak berkomentar apa - apa waktu itu. Dan, dulu waktu itu saja spagetinya 175 ribu (bahkan waktu zaman itu nasi goreng Ritz-Carlton Kuningan saja masih hanya 100 ribu). Makanya, Cassis sudah tidak mungkin affordable, sudah tidak mungkin. Kecuali ada promo 50 persen dari Chope mungkin hehehe, karena Cassis bisa direservasi online melaluinya.
Walaupun mahal, beberapa pengunjung mengatakan Cassis yang sekarang lebih informal dan kasual. Dan, betul sih untuk suasananya jika dibanding dulu. Sekarang, suasananya dibuat lebih kasual dan terang dengan kaca terbuka (mungkin karena siang hari), walau tetap elegan dengan beberapa sofa dan bangku bolong yang nyaman, plus lantai kayu dan tempat outdoor. Ruang privat juga tampaknya ada. Walaupun terdapat seekor lalat yang mengganggu, itu karena lalatnya menyusup ke dalam sepertinya.
Untungnya, Cassis tidak ada dresscode. Pembayaran ATM juga sudah wireless, jadi praktis. Corkage di Cassis ada fee, 400 ribu dan 500 ribu untuk spirit dan liquor. Namun tampaknya corkage tidak diperlukan, karena seingat saya Cassis menjual Chateau Lafite Rotshchild dan Mouton yang kabarnya sebotol ditawarkan dengan harga lebih dari 30 juta. Cassis sendiri buka saat siang dan malam, kalau sore istirahat.
Dengan identitas tambahan sebagai kolektor wine yang lengkap pun, Cassis tetap membuat saya untuk kembali ke bengkelnya untuk memikirkan ulang order saya akan sasis mobilnya. Akhir kata, sasis kustomnya agak diragukan, terus terang.
Mungkin, lebih baik saya membeli sasis di sebelahnya, yaitu bengkel saudaranya, Harum Manis, terlebih dahulu. Karena, saya memang mengenal Harum Manis dan soto betawinya duluan, dan Harum Manis sudah lebih adaptif dengan karakter saya yang dibuat harum dan manis olehnya.
Jadi, perlu waktu lagi bagi saya untuk mempelajari sasis mahal Cassis sampai saya memutuskan untuk menggunakannya. Berharap waktunya tidak terlalu lama, saya bosan menunggu.
— Kegiatan jual beli sasis di Cassis. —
IG Credits :
@michael_wen96
@es_shanghai_aconk