Saya menyambangi kembali De Pluit di Muara Karang bersama keluarga, setelah saya 'berdiskusi' dengan teman saya mengenainya. Betul, beberapa waktu belakangan ini saya terus terngiang - ngiang akan pendapat teman saya mengenai De Pluit.
Sesampainya di De Pluit, saya seperti biasa memesan sapo urat kesukaan saya. Ada puyunghai dan fumak lindung. Fumaknya ok, renyah, terdapat cao. Puyunghainya juga lebar dan bersaus asam manis.
Namun, walaupun lebar, pendapat teman saya akhirnya terbukti juga. Isi daging cincang di puyunghainya cenderung kurang segar. Sapo uratnya juga sekarang malah agak tawar. Bahkan, sekarang sapo uratnya kalah jauh daripada sapo urat sapi Restoran Central.
Sebelum kunjungan sekarang, sebetulnya saya sudah diperhadapkan akan masalah yong tou fu yang abnormal di sana. Filling daging cincang di yong tou funya saat terakhir makan, berbau tidak semestinya. Amis.
Sangat disayangkan. Padahal, hidangan di De Pluit benar - benar terjangkau. Bahkan cenderung jarang terjadi bahwa kita menggelontorkan dana lebih dari 100 ribu per orang di sana, ditambah tidak adanya biaya servis dan rounding, juga. Tadi saja masih hanya 330 ribu berempat. Bahkan, De Pluit juga sudah nirkabel terhadap mesin EDC ATM-nya.
Masalah di sapo urat dan yong tou funya memang mengganggu, ini. Saya harus mengatakannya sebelum hal ini menjadi sesuatu yang merusak impresi saya (bahkan reputasi) terhadap De Pluit.
Terlepas dari masalah itu, memang sudah agak sulit menemukan restoran keluarga murah meriah seperti De Pluit ini, kecuali kalau kita mau menunggu sekitar 1 - 2 jam di Wing Heng cabang Muara Karang.
Restoran juga masih bisa dilewati penyandang disabilitas, walaupun De Pluit belum kompatibel reservasi online Chope. De Pluit sendiri juga ada 2 lantai, di lantai bawah terdapat beberapa sofa, interiornya khas restoran keluarga. De Pluit juga terdapat galeri pia, kerupuk, dsb.
Hanya masalahnya itu yang membuat saya harus berbicara. Sebelum masalahnya menjalar kemana - mana.