Mencengangkan sekaligus membingungkan. Sangat membingungkan.
Benar, tidak diperkirakan sebelumnya bahwa bakal terdapat banyak hal yang cukup memeras otak dalam kunjungan penulis terhadap rumah makan Huize Van Wely yang terletak di The Papilion, mal Pacific Place, Sudirman. Luar biasa rumit, sulit dimengerti.
Padahal, sebenarnya, rumah makan ini cukup eksklusif, jika dilihat dari sudut pandang induknya, The Papilion tersebut. Bahkan, begitu masuk, galeri baju - bajunya juga mewah, etalase kue - kue yang dipajang di depan rumah makan ini pun terlihat elegan. Semakin eksklusif, ketika penulis mengetahui bahwa Huize Van Wely ini tidak kompatibel dengan reservasi online manapun. Dengan kata lain, tertutup. Meskipun rumah makannya ramah terhadap disabilitas.
Begitu penulis duduk, penulis mulai menyadari bahwa rumah makan Huize Van Wely ini bakal menjadi rumit. Ya, di satu sudut pandangan, kesan Huize Van Wely di dalam agak berantakan. Seperti suatu ruangan besar berisi sofa - sofa yang dibiarkan terlantar dan kusut. Herannya, di sisi pandangan yang lain, kesan Huize Van Wely malah berubah menjadi sebuah lounge dengan banyaknya tamu, dan bagian outdoor, aneh untuk dibayangkan.
Dan, inilah hal - hal lainnya yang janggal dan sulit dimengerti mengenai Huize Van Wely.
A. BBQ Shortribs
Penulis tadinya mengira iga shortribs buatan Huize Van Wely akan dipanggang kecap khas Jawa karena melihat keterangan di buku menunya, namun ternyata salah. Dengan tampilan iga shortribs yang besar, kailan, jamur hioko, dan nasi putih, jelas bahwa iganya yang seharga 450 ribu itu beraliran asian dishes. Sayangnya, begitu didalami, iganya itu sangat mengecewakan. Walaupun masih tergolong cukup empuk, iganya tersaji dalam keadaan yang masih medium rare. Ini aneh, seharusnya iganya tersebut setidaknya sudah dalam keadaan medium well. Bukan hanya itu saja, sausnya pun terlalu asin dan terlalu manis. Dan, yang paling menyedihkan, jamur hiokonya tidak begitu segar. Ironis, iganya bak ironi dibalik tampangnya yang bongsor, penuh kekacauan.
B. Lobster Thermidor
Sepiring lobster thermidor buatan Huize Van Wely ini dibubuhi saus keju. Lobsternya malah tampil maksimal dengan harga 445 ribu, mengesankan dengan potongan daging lobsternya yang juga cukup besar. Berbanding terbalik dengan iga shortribs-nya. Walaupun terdapat sentuhan rasa pahit di saus kejunya, penulis juga yakin bahwa rasa pahit ini berasal dari pengaruh cognac terhadap lobsternya. Pelengkap pilafnya pun hangat, namun pilafnya terdapat potongan paprika yang cukup banyak.
C. Nasi Goreng Wagyu
Nasi gorengnya kembali menjadi kejanggalan Huize Van Wely. Nasi gorengnya itu yang dihargai 165 ribu tidak seperti dalam keadaan siap tempur. Nasi gorengnya dipresentasikan dalam mangkuk seukuran sapo, namun jumlah nasinya yang efektif tidak mencapai sepertiga mangkuk itu. Tampilannya juga tidak menggugah.
D. Mushroom Soup
Mushroom soup Huize Van Wely adalah hal yang paling aneh yang penulis temukan di sana, disamping shortribs-nya. Dengan harga 85 ribu, penulis sama sekali tidak dapat membedakan mushroom soup Huize Van Wely dengan sebotol air mineral. Ya, 90 persen tawar, rasa supnya.
E. Apple Tart
Begitu memasuki apple tart buatan Huize Van Wely yang dihargai 85 ribu, semuanya berubah menjadi seakan - akan cemerlang. Benar, tart ini adalah hal yang paling sensasional yang penulis temukan dari rumah makan ini. Memesona, kulit painya renyah mirip sekali dengan kondisi pastri yang baru selesai dipanggang, filling apelnya juga berasa padat dengan potongan apel, namun tidak terlalu asam maupun manis. Terdapat es krim yang lembut, pula, di atas tart. Dan, aroma kayumanis melengkapinya.
F. Hot Chocolate
Dengan harga 55 ribu, hot chocolate/cokelat panas di Huize Van Wely juga menjadi poin positif lainnya yang bisa penulis petik mengenai rumah makan tersebut. Cairan cokelat dan susu dihidangkan terpisah, jadi penulis bisa mengaduknya sesuai dengan takaran yang penulis inginkan untuk masing - masing dari cairan cokelat dan susunya tersebut. Sekaligus memberi peluang, bahwa Huize Van Wely prima dalam urusan kuliner cokelat.
Menariknya, pembagian harga minuman - minuman di Huize Van Wely ini menjadi pesan lainnya yang bisa penulis petik, walaupun hot chocolate-nya itu hanya dihargai 5 ribu lebih mahal dibanding Equil Naturalnya itu yang seharga 50 ribu. Ya, diluar itu, jus jeruk murninya dihargai 110 ribu, dan penulis masih bisa memahaminya walaupun mahal, memang. Setidaknya, seluruh harga minuman di Huize Van Wely masih jauh lebih menyenangkan untuk dilihat jika dibandingkan dengan harga minuman di beberapa hotel berbintang yang penulis temukan di Jakarta.
Mengenai bring your own beverage, Huize Van Wely akan mengenakan corkage fee sebesar 350 ribu. Masih jauh dibawah batas 1.21 juta.
Meskipun terdapat beberapa poin yang bisa penulis dapatkan di rumah makan Huize Van Wely, penulis sama sekali tidak bisa menyembunyikan perasaan bingung terhadap segala kejanggalan di rumah makan eksklusif ini. Setiap kejanggalan itu harus dibayar pula dengan harga yang mahal, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya oleh penulis di setiap item, terutama iga shortribs-nya, lobster thermidor, nasi goreng, dan jus jeruknya tersebut. Bahkan, semua harga yang sudah penulis sebutkan belum termasuk pajak dan servis 21 persen, pula. Walaupun pembayarannya sudah memanfaatkan mesin EDC ATM yang nirkabel, dan billnya juga tidak terdapat pembulatan/rounding. Mahal sekali hidangannya.
Penulis dibuat kebingungan melihat berbagai kejanggalan di Huize Van Wely. Cukup aneh. Bahkan, penulis langsung melontarkan perasaan janggal penulis terhadap salah satu pelayan di sana mengenai apa yang terjadi di Huize Van Wely. Sesuatu yang penulis jarang lakukan secara langsung di tempat lain.
Namun, walaupun cukup memusingkan, ada kata kunci yang menjadi poin krusial di Huize Van Wely. Pelayanan di Huize Van Wely cukup respectable, selain juga ketiadaan dresscode di sana. Setiap hal yang janggal tersebut juga diselingi dengan hal - hal yang cukup bersinar. Apabila digambar dalam grafik, semuanya jelas.
Benar, setiap jalan cerita bisa terdapat kemungkinan jatuh bangun, alias roller-coaster. Yang berarti, di suatu titik bisa berada dalam masa kejayaan, namun di titik lainnya bisa sedang dalam keterpurukan.
Ada baiknya untuk diketahui penulis mengenai seluruh masa - masa kejayaan dan keterpurukan Huize Van Wely itu. Daripada, penulis menerima hal - hal yang jelek secara mentah - mentah.
— Naik Turun Bagai Roller-Coaster. —
IG Credits :
@michael_wen96
@michael_wenadi_2 (FKA @es_shanghai_aconk)