Kafe Betawi First

Mampir sama nyokap di Kafe Betawi, dan cari tempat duduk paling gampang lah, karena nyokap kan pake kursi roda. Walau dia bisa jalan, tapi agak ribet buat dorong kursi roda ke dalam restoran. Jadi, kami memilih duduk di area paling depan. Untung saja duduk di sana, karena tidak berapa lama kemudian, restorannya langsung ramai sama pengunjung.
Kami pesan:
Gado-gado (IDR 49K)
Bumbunya ringan, gak pedas, dan isiannya ya okelah, sayur, tahu goreng, telur. Pesanannya tanpa nasi atau ketupat ya.

Soto Betawi (IDR 75K)
Sempat ditanya, mau campur atau daging saja. Saya pilih daging aja, eh nyokap jadi ngedumel karena dia maunya ya campur. Kuahnya enak walau terkesan light.

Nasi putih (IDR 9K)
Awalnya saya minta nasi sedikit saja, tapi tidak keberatan dikenakan biaya penuh. Lalu diinformasikan kalau bisa pesan nasi putih setengah porsi.

Es teler (IDR 37K)
Latte (IDR 42K ukuran regular – suka sama creamy-nya)

Harga-harga belum termasuk service dan charge ya, pembayaran di sini bisa cashless. Pelayanannya juga ramah.

Kalau mau nongkrong agak lama mending di luar jam makan saja. Pilihan untuk kopi dan local snack tersedia.

Jadi outlet yg diaini letaknya sekarang dipojok deket foodhall.

Tempatnya lebih luas n ada wifi yg oke bisa buat browsing ga lemot.

Untuk makanannya saya order :
- Gado-gado (42k++). Ini ga termasuk nasi atau lontong. Jadi aaya order lga tambahn lontong (13k++). => porsi oke. Numbu kacangnay rwrmasuk banyak dikasihnya karena sudah selesai makan juga masih tersisa lumayan dipiring. Untuk rasanya pun oke. Gurih dan juga ga kemanisan. Cuma mang ga request pedesnya jadi ini ga pedes.

- Asinan Betawi (39k++) => kalau ini menurut saya lebih enak dari gado2 bumbunya. Lebih medok udah gitu ga encer. Lumayan kental. Cuma isian sayurnya kurang banyak walaupun potongan tahunya memang banyak. N kerupuk kuningnya itu juga banyak, nutupin sepiring full asinannya.

Lagi kepingin makan soto betawi tapi gak mau sembarangan karena lagi banyak virus dimana-mana.
Akhirnya aku makan soto betawi di kafe betawi lol. Rasa kuahnya cukup gurih dan daging sapinya lumayan banyak dan empuk. Sayang aja sambalnya terlalu cair dan gak pedes sama sekali. Karena aku gak makan nasi jadi aku ganti dengan perkedel. Perkedelnya sih b banget ya cuma agak gede aja, rasanya rada hambar.
Okelah makan disini, suasanananya nyaman dan servicenya juga oke.

Kafe Betawi, restoran yang menyajikan masakan Indonesia khususnya kuliner khas Betawi ini selalu nampak dipenuhi pengunjung. Dining areanya tidak terlalu luas, namun memperlihatakan interior khas Betawi tempo doeloe. Perabotan, meja dan kursi dari kayu dan terasa seperti di dalam rumah adat Betawi. Pramusaji pun mengenakan busana adat Betawi.

Kali ini ak mencoba Nasi Uduk Semur Daging (Rp 55k) dan Ayam Goreng Presto (Rp 37k).
Ak suka dengan makanan di sini, mulai dari nasi uduk yang gurih rasanya, disajikan dengan semur daging yang masih empuk dan sedikit berasa manis. Serta semur tahu dan kentang sebagai pelengkap.
Ayam Goreng-nya buatku tingkat kematangannya pas. Crispy dan cunchy di luar, tapi masih lembut di dalamnya.

Salah satu restoran yang jadi list utamaku klo pengen makan makanan Betawi.

Lama tidak menyambangi Kafe Betawi. Kafe Betawi sekarang sudah mulai bisa dikenali saya akan hidangannya.
Tapi tidak untuk yang cabang di Grand Indonesia. Karena, mi tek - teknya sekarang kusam dan amis - sangat tidak impresif daripada dulu. Jadi, kalau ke Kafe Betawi yang di sana lagi sepertinya pesan yang biasa saya pesan saja seperti nasi goreng dan nasi uduk empalnya.
Nasi uduk empalnya sih ya, sebagai tambahan info, masih enak. Empalnya juga lunak, mudah disuwir. Ada irisan dadar dan kering tempenya, kering tempenya lumayan manis. Harganya 60 ribuan belum termasuk tax 10 persen saja.
Restorannya didominasi kayu namun kelemahannya, mejanya mudah sekali bergeser. Kafe Betawi sana ramah troli, depannya adalah Foodhall.
Saya tetap tidak mengerti mengapa mi tek - teknya jeblok total. Ya begitu akhirnya, kafe tanpa esensi kafe.
IG Credits :

@michael_wen96

@es_shanghai_aconk