Kokeshi adalah sebutan untuk boneka kayu khas Jepang. Boneka-boneka kayu ini berikut mural bergambar boneka yang sama menghias Kokeshi Teppanyaki, resto makanan khas Jepang yang cocok buat saya, karena tidak hanya no pork/no lard, tapi juga no mirin. Tenang rasanya menikmati makanan-makanan di Kokeshi, tidak hanya teppanyaki saja.
Karena itu selain pesan hidangan teppanyaki khas Kokeshi yang namanya Kokeshi’s signature (85 ribu), saya dan teman-teman pesan combo platter sushi (52 ribu), yose nabe (59 ribu), chicken katsu curry ramen (76 ribu), seafood japanese pizza (35 ribu), mochi ice cream (23 ribu), Kokeshi vegepunch (35 ribu), dan mango-ya smoothies (40 ribu).
Yang pertama bikin saya tertarik adalah sushi, maklum ya di Jakarta sini belum banyak sushi yang enggak pakai mirin. Apalagi ya buat harga yang disebut di atas, sepiring isinya beraneka rasa dan banyak, 12 potong. Rasanya, ah tak bedalah dengan yang pakai mirin—dulu waktu belum paham soal mirin kan suka tertipu yah gengs. Sepiring sendiri mah kenyang, tapi karena kami berbagi, mari lanjut santap makanan lainnya.
Tak percuma ada hidangan teppanyaki pakai nama Kokeshi’s signature. Pertama, untuk 85 ribu, porsinya besar, dengan potongan daging yang banyak, sayur, nasi, plus miso soup. Kedua, dagingnya enaaak, tidak alot, wangi asap, dan bersisian dengan daging ada beberapa potongan kecil lemak yang malah mengangkat cita rasa hidangan. Lalu ketiga, di salah satu sudut piring, ada sepotong tahu yang enggak kalah enak rasanya dengan daging! Tahu yang sangat lembut ini dibuat sendiri oleh chef Kokeshi tanpa kedelai, rasanya sih saya tak jago mendeskripsikan dengan tepat, yang pasti istimewa. Sayang belum ada hidangan khusus tahu ini dalam menu, kalau enggak mah mau banget pesan lagi.
Favorit berikutnya adalah chicken katsu curry ramen. Rasa dan kekentalan karinya menurut saya pas, tidak bikin enek. Chicken katsu yang luarnya renyah dan mudah dipotong ini dibumbui dengan baik, menambah rasa enak pada ramen. Selanjutnya seafood japanese pizza, terdiri dari 6 potong dan teksturnya tipis. Pugasan alias topping-nya berlimpah, termasuk cumi-cumi. Walau dalam menu tergolong light bite atau makanan ringan, untuk harga 35 ribu sih porsi lumayan besar, mengenyangkan bila dikudap sendirian. Pizza ala Jepang ini, yang bertabur irisan nori serta berlumur tobiko dan mayones, juga hadir dengan pilihan pugasan lain: unagi dan salmon.
Ini kayaknya kali pertama saya icip yose nabe atau masakan hot pot khas Jepang. Hasil googling sih ya, isi yose nabe ini campuran bahan makanan apa saja sesuai selera dan sayur. Nah di Kokeshi ini, yose nabe berisi seafood, tahu, jamur, plus sayurnya banyaaak, suka deh. Kuahnya gurih sedikit manis, kalau saya sih tidak keberatan dengan paduan rasa ini. Tapi seperti kebanyakan hidangan di Kokeshi, yose nabe ini terhidang bersama kecap asin dan wijen, bisa ditambahkan agar rasa gurih lebih menonjol misalnya.
Mochi ice cream dengan isi es krim cokelat dan stroberi terlalu enak! Wajib pesan sebagai hidangan penutup. Buat yang segar-segar, ada juga Kokeshi vegepunch—minuman dengan campuran sayur, kalau tidak salah antara lain pakcoi, plus nanas dan lemon sebagai pemanis—dan mango-ya smooothies yang merupakan campuran buah mangga asli dan yakult.
Overall pengalaman santap makanan Jepang tanpa mirin yang menyenangkan. Apalagi Kokeshi ini nyaman buat santap bersama rombongan, bersih, dan berfasilitaskan musala.