Tertarik mencoba nasi campur yang satu ini karena nemu di Gr*b dan memang kepengen nyoba nasi campur yang belum pernah kucoba.
Aku memesan seporsi Nasi Campur (IDR 37.8k) yang harganya memang lebih murah dari kedai nasi campur sejenis.
Isinya ada charsiu, lapchiomg, babi panggang, babi kecap dan timun. Selain itu juga disajikan saus kental.
Ketika membuka kotak, aromanya benar-benar mengingatkanku akan nasi campur yang kadang kubeli kalau ke tempat les.
Dulu ada nasi campur di sekitar Jl. Kemenangan (sederetan bakpao Ming Yen), sayangnya udah tutup sekitar 10 tahun lalu. Sebelum mencoba nasi campur ini, aku belum pernah nemu nasi campur yang rasa nasinya kayak gitu.
Nasinya sendiri hangat dan pulen. Dimakan kering aja udah enak dan ada sejenis saus kecap gitu. Rasa nasinya pun ada taste yang khas.
Aku mencoba kuah kentalnya yang ternyata dicampur dengan sayur asin. Sayangnya kuah kentalnya benar-benar hambar. Setelah dicampur ke nasi, bukannya membuat rasa lebih enak malah mengurangi cita rasa.
Kekurangan lainnya, lapchiongnya benar-benar berbau amis babi. Kalau boleh jujur, setelah mencoba lebih dari 10 kedai nasi campur selama hidupku, lapchiong ini yang terparah.
Samcan panggangnya juga cenderung alot dan hambar. Untungnya, meski rasa babi kecapnya tidak terlalu meresap dan cenderung hambar (warnanya terlihat pucat), setidaknya tidak berbau dan teksturnya empuk. Mungkin rasa manis gurih saus kecapnya ada pada nasinya. Semua daging selain lapchiongnya nggak berbau, sih.
Untungnya telur kecapnya meresap. Charsiunya merupakan penyelamat rasa. Rasanya tidak plain dan tidak alot, bumbunya cukup meresap dan radanya sedikit manis.
Sebenarnya rasa nasi, aroma, maupun charsiu dan babi kecapnya membuatku bernostalgia dengan nasi campur yang kunikmati dulu.
Namun dari segi rasa, sepertinya perlu perbaikan karena terutama pada lapchiong dan kuah kentalnya.
Aku sendiri mungkin akan beli kalau kangen makanan masa kecilku.
Tanggal kunjungan: 31 Juli 2021 Harga per orang: < Rp. 50.000