Titik Temu di M Bloc, menggenapkan kunjungan saya di seluruh outlet mereka setelah di Senopati dan Seminyak pernah saya kunjungi jauh sebelumnya. Datang di jam serta hari yang tidak tepat, Sabtu malam sekitar jam 21.00, membuat saya harus rela mendapat tempat duduk sisa. Seluruh ruang penuh sesak oleh pengunjung yang sudah pasti berusia belasan atau dua puluhan awal lah, sepertinya saya aja nih yang paling “matang” (baca: menjelang tua).
Beda dengan dua gerai pendahulunya, Titik Temu disini bisa dibilang yang paling kecil dengan gaya paling kolot, bukan kolot dalam artian jelek, tapi justru sesuatu yang artistik dari segi gaya bangunan. Sebelum bicara soal bangunan beserta isi didalamnya, saya maumenjelaskan akses masuknya dulu. Kenapa? Soalnya saya sendiri sempet engga tahu bagaimana caranya bisa masuk ke Titik Temu. Ternyata ada sebuah lorong kecil di sebelah Matalokal dimana diatasnya lah Titik Temu berada. Tapi bukan hanya di atas saja, melainkan belakang Matalokal pun menjadi area yang malam ini dipadati tamu yang ngopi di Titik Temu.
Saya sendiri kebagian di lantai atas yang merupakan ruang indoor nyaman berpendingin udara. Ruangan terbagi kedalam dua bagian, area barista sekaligus kasir dan seating area yang terbagi lagi menjadi tiga, yaitu bagian kanan berisi meja panjang berhias tiga buah lampu gantung dan sebuah pot tanaman hias lengkap dengan bangku-bangku mirip di meja makan. Bagian tengah sebaris bangku serta meja berpasang-pasangan dan terakhir bagian kiri sebuah set tempat duduk sofa yang menurut saya yang paling jadi incaran disini. Eiya, masih ada satu bagian ruang lagi yang tersisa, yaitu ruang balkon minimalis yang menghadap kearah jalan raya.
Cappuccino (Rp.38.000,-) engga mesti harus menunggu lama, minuman yang tersaji didalam gelas gerabah ini sudah pasti membuat saya jatuh cinta karena begitu artistik, meski pengunjung lagi ramai-ramainya, tapi sudah ada dihadapan saya beberapa saat setelah dipesan. Meski teksturnya encer, tapi soal rasa jangan ditanya, kopinya tuh unik dan mungkin salah satu yang paling unik dari sepanjang pengalaman saya menikmati cappuccino. Pekat-pekat antik bercampur asam hilang timbul, mengalir deras sambil diselimuti gurihnya susu.
Latte (Rp.42.000,-) sebelum cappuccino tadi, sebenarnya minuman ini lebih dulu disajikan. Porsinya agak sedikit dibawah tampilan seharusnya karena memang minta khusus untuk es nya sedikit saja sehingga membuat volumenya berkurang. But anyway, latte Titik Temu juga engga kalah antik, unik dan sarat akan guratan-guratan perjalanan panjang biji kopi sehingga menjadi segelas latte seperti saat ini. Lebih berani keluar dari pada susu, unsur espressonya sungguh bergerak menerobos lebih dulu saat diseruput. Tapi kalo bicara selera, saya lebih suka Latte yang justru susunya dominan ketimbang si espresso.
Banana Fritters (Rp.30.000,-) temen ngopi malam Minggu yang ramai ini, khusus di M Bloc, lebih khusus lagi di Titik Temu, yang terdiri dari dua jenis pisang yaitu digoreng dan dibakar. Pisangnya juga engga dateng sendirian, ada es krim vanilla berlumur saus karamel yang menemani bersama taburan cinnamon powder dan saus bercorak kekuningan. Pisang gorengnya lebih enak, tapi yang dibakar juga seru karena ada sensasi seperti pecah-pecah creme brulle saat dipotong. Saus karamel, es krim vanilla, bubuk cinnamon, gula aren dan saus kuninga yang saya sendiri engga tau itu apa, juga berperan membuat dessert ini jadi semakin manis saat dinikmati...