Beragam kedai kopi berpenampilan nyentrik tak ayal menjadi alasan pengunjung mendatanginya. Beberapa justru terlalu berlebihan dan membuatnya terlihat kurang harmonis. Sementara yang lain tampak lebih menyatu meskipun tampil sederhana, tanpa melepas benang merah yang diusung. Seperti salah satunya coffeeshop yang berlokasi di Jalan Raya Tengah, Pasar Rebo, bernama Tjahaja. Berada persis di pinggir jalan sempit, Tjahaja hanya mampu menyediakan sedikit lahan parkir bagi kendaraan roda dua.
Bagian depan bangunan terdapat smoking area yang memanfaatkan teras. Sudut artistik disini terdapat pada satu sisi dinding yang dipasang sebuah telepon umum era 90an. Masuk ke ruang utama, kesan rustic makin kental dengan menonjolkan bata merah pada meja barista serta satu set kursi bermaterial kayu yang masih memperlihatkan bentuk aslinya berupa pohon. Ornamen ruang menampilkan koran jadul dengan ejaan lama yang lembaran kertasnya sudah menguning dalam bingkai hitam.
Bergeser ke halaman belakang, kembali terdapat smoking area yang lebih luas. Kesan rustic semakin kental disini. Hal ini dapat dilihat dari beberapa sisi ruang yang menampilkan dinding seolah menyerupai bongkahan serta memperlihatkan batu bata merah yang tersusun tanpa diselimuti semen. Ada pula sudut ruang yang pada dindingnya dilapisi koran-koran dengan satu set meja kursi besi sehingga tampak artistik.
Kopi Butterscotch (Rp.24.000,-) beruntung hari ini ada harga promo, jadi saya bisa hemat 6.000 dari harga normal Rp.30.000,-. Dari penampilannya sih terlihat meyakinkan. Benar saja, ledakan rasa creamy, kental, serta manis khas butterscotch langsung mengisi mulut sesaat setelah diseruput. Kopinya jadi terasa begitu menyenangkan seperti permen karamel. Saya sih suka banget.
Coffee Latte (Rp.28.000,-) setelah terpukau dengan minuman pertama, saya tidak begitu puas dengan minuman kedua. Karena Coffee Latte mereka ini terlalu milky, sehingga meninggalkan kesan kopi jauh dibelakang. Teksturnya pun agak encer, jadi saat diseruput tidak menghasilkan sensasi creamy. Bahkan saat es batu semakin mencair, minuman ini jadi bertambah larut dan semakin tipis rasanya.
Bitterballen (Rp.18.000,-) berisi empat buah, kudapan ini emang cocok dijadikan sebagai teman ngopi. Meski masih sangat berminyak, karena kurang lama ditiriskan, tapi tidak begitu oily dimulut. Tekstur renyah diluar sangat kontras dengan bagian dalam yang lembut. Tumbukan kentang dengan daging, membuatnya terasa gurih dilidah. Supaya ada pedes-pedesnya, mereka menyertakan 2 sachet saus cabe dalam kemasan...