N.A.

Kintan Kemvill posisinya berada di Ground Floor. Tempatnya lumayan luas yang didukung dengan penataan yang rapi sehingga memberikan kesan yang lebih spacious. Tempatnya lumayan nyaman dan tidak terlalu berasap seperti restoran BBQ kebanyakan. Yang paling saya suka dari Kintan cabang ini adalah food station-nya tidak terlalu padat dan sesak, refill makanan dan minumannya juga relatif cepat alhasil saya jarang banget menemukan ada tray yang kosong. Pelayan di cabang ini menurut saya juga sangat impresif 

- Kintan Buffet (282K)
Saya lebih menyarankan untuk merogoh kocek sedikit lebih dalam untuk upgrade dari paket regulernya ke paket Kintan Buffetnya karena benefit-nya yang jauh lebih banyak seperti tersedianya pilihan daging domba, pilihan daging sapi yang dilengkapi dengan Dice Tender dan pilihan Karubi yang lebih banyak. Kualitas daging di Kintan tentunya tidak perlu diragukan lagi, tidak pernah mengecewakan. Di antara 30 pilihan daging yang tersedia, saya paling suka Kintan Karubi Double Pepper, Dice Tender yang Spicy Miso, dan Lamb dengan bumbu Spicy Miso. Selain itu, paket ini juga sudah termasuk akses penuh di Food Station-nya. Pilihan makanan di food station-nya memang bukan yang paling lengkap di kelasnya,  namun kualitas makanan dan minumannya tidak pernah mengecewakan. 

Meskipun di Grand Indonesia terdapat beberapa restoran Mie Tarik dengan gaya Chinese (Lamian), pilihan saya tetap jatuh pada Golden Lamian yang berada di foodcourt Foodprint. Karena berada di dalam sebuah foodcourt tentunya restoran ini tidak memiliki dedicated seating area alhasil harus bergabung dengan tenant lain. Tak jarang pengunjung juga harus sedikit mengeluarkan effort lebih untuk antri dan berburu tempat duduk terutama saat peak hour. Foodcourt di GI tentunya berbeda dengan foodcourt kebanyakan, foodcourt disini jelas jauh lebih nyaman dan sangat bersih.

- Extra Spicy Beef Lamian (47K++)
Untuk standar GI, menu-menu di restoran ini dihargai dengan harga yang relatif terjangkau. Untuk sebuah menu yang diklaim memiliki tingkat kepedasan yang ekstra, menu ini sebenarnya tidak sepedas yang saya sangka. Untungnya tersedia berbagai pilihan saus dan sambal yang dapat diadjust sesuai selera, saya sih biasanya nambahin Chili Oil agar kuahnya sedikit lebih pedas. Tersedia dua pilihan mie; mie tipis dan mie tebal. Personally saya lebih suka mienya yang tipis. Mienya panjang tidak putus-putus, kenyal, dan lembut. Porsinya sih lumayan besar, lumayan bikin kenyang. Mienya disajikan dengan telur setengah matang dan daging sapi yang sangat generous.

Sejauh ini Pancious masih saya tempatkan sebagai salah satu tempat favorit saya untuk menikmati pancake, termasuk untuk cabang di Senayan City. Cabang ini berada di lantai 5 Sency, tempatnya lumayan nyaman meskipun pada jam-jam tertentu terutama jam makan siang tempatnya agak over-crowded oleh karyawan-karyawan perkantoran sekitar, tak jarang harus berlaku sistem waiting list. Service di tempat ini juga lumayan OK, pelayannya ramah, hangat, dan cepat.

- Choco Baileys Pancake (59.5K)
Menu ini favorit saya di Pancious. Belinya cukup yang single aja karena porsi single-nya sudah cukup membuat saya kenyang. Pancakenya sih tipikal yang empuk banget dan sedikit fluffy. Best part dari menu ini adalah ketika pancakenya bertemu dengan baileys cream, chocolate fudges dan es krim yang bertambah nikmat berkat crunchiness dari kacang almond, it definitely tastes like heaven. 

Kali ini tidak sengaja menemukan Sang Pisang saat jajan di Indomaret Point Kemang Raya, tepatnya di parkirannya. Tempatnya sih hanya berupa food-container tanpa disediakan seating area gitu. 

- Almond Green Tea Banana Nugget (25K)
Dengan harga yang masih relatif terjangkau, disajikan satu box penuh pisang nugget dengan satu saus dan satu topping. Saya sih suka banget nugget pisangnya yang renyah di luar namun empuk di bagian dalam. Penambahan saus green tea dan topping roasted almond berhasil menambah rasa, aroma, dan crunchiness pada nugget nya. Saus green tea sedikit lebih manis untuk selera saya. Untungnya, saus green tea nya tidak terlalu banyak sehingga tidak terlalu gooey.

Awalnya saya sempat berpikir bahwa konsep kafe seperti ini kurang cocok untuk sebuah kafe di Jakarta, saya sempat mengira bahwa duduk di area semi-outdoor cafe ini akan super panas dan nyatanya sama sekali tidak, kehadiran pohon rindang di sekitar berhasil membuat udaranya menjadi sejuk, saya lumayan betah duduk berlama-lama di cafe ini. 

- Fettucine Carbonara (48K)
Fettucinenya dimasak dengan kematangan yang nyaris aldente, agak sedikit kelebihan saja. Pastanya disajikan bersama saus Carbonara dengan creaminess yang pas, cheesy, dan gurih. Biasanya saya suka insecure dengan saus tipe ini karena seringkali membuat citarasa pasta menjadi terlalu bold dan bikin eneg, namun kali ini saus carbonara masih sangat bisa saya nikmati. 

- Hot Cappuccino (38K)
Cappuccino di tempat ini cukup sesuai dengan selera saya. Espresso yang digunakan memiliki kecendrungan rasa yang cendrung lumayan asam dengan sedikit hint rasa pahit, after effectnya juga cukup minimal. Selain itu, komposisi rasa manis dari susu dan foam-nya juga well-balanced. 

Union Deli masih saya tempatkan sebagai preferensi utama untuk menikmati cake di Jakarta, walaupun seringkali tempatnya terlalu crowded, terutama saat weekend. Tempatnya sih sangat nyaman, dan classy. Service di tempat ini juga sangat impressive. 

- Various Cake
Sliced cake di tempat ini jelas ditawarkan dengan harga yang tidak murah, tapi tentu sepadan dengan kualitas yang disajikan, ada harga tentu nya ada barang.  Sliced cake nya juga lebih besar dibanding sliced cake kebanyakan. Di antara cake yang tersedia, favorite saya jatuh red velvet cake nya, one of the best I've ever tried, obviously. Basic cakenya sih lembut sekaligus moist yang berpadu dengan tekstur kasar sedikit crunchy, serta creamy dari cream nya. What a perfect combination. 

Kokoro sempat menyabet predikat "Best Ramen Award 2014". Walaupun award-nya sudah cukup lama, tapi saya selalu terhipnotis untuk kembali datang ke cabangnya yang di GI. Menurut saya award ini bukan hanya gimmick belaka karena memang seenak itu dan masih seenak itu. Tempatnya sih relatif kecil dibanding ramen-bar ternama lainnya, tak heran di peak hour antriannya akan mengular. Tidak ada yang spesial dari tempatnya, Jepang banget tapi biasa aja. 

- Zenbu Nose Mazesoba Pork (93K)
Berbeda dengan soba kebanyakan, soba di tempat ini tidak berasal dari gandum hitam sehingga warna dan bentuk mienya lebih mirip ramen kebanyakan.  Soba-nya disajikan tanpa kuah dengan penambahan telur mentah, rebung, daun bawang, dan nori yang sebaiknya diaduk merata dengan penambahan sedikit shoyu sebagai penguat rasa. Walapun menggunakan telur mentah, citarasanya sama sekali tidak amis. Soba-nya juga disajikan bersama pork belly yang sangat juicy, empuk, dan tidak amis serta telur rebus. Ikhlas rasanya mengelurkan dana yang cukup mahal untuk menebus menu dengan citarasa seperti ini, benar-benar tastes like heaven. 

- Tonkotsu Char Siu Ramen (72K)
Berbeda dengan Soba-nya yang disajikan kering, menu disajikan dengan kuah kaldu yang tidak se-lite ramen Jepan kebanyakan. Kuah ramennya memilki citarasa kaldu yang lebih kuat dengan sedikit hint dari Japanese Herbs, saya sih jauh lebih suka tipikal kuah yang seperti ini. Ramennya disajikan bersama toping boiled egg dan char siu. Ramennya sangat empuk dan kenyal sedangkan toping char siu sangat juicy dan tender. Enak banget deh pokoknya. 

- Ocha (15K)
Menyatap ramen tampaknya memang sudah paling cocok dengan Ocha.