Suasana kedai yang cukup sempit dan agak panas (di dalam) terbayarkan saat pelayan mengantarkan mangkuk berwarna putih ke meja makan. Tampak bakmi yang lebar dan pipih dengan potongan kecil ayam kampung rebus di atasnya. Tak lupa, ada juga sayuran yang saya yakini sebagai chaisim di bagian pinggirnya. Saya yang sedang memakai masker masih dapat mencium aroma minyak-minyak dan kaldu ayam pada bakmi. Asikk~~
Suapan pertama! Bakmi terasa kenyal dengan tingkat tekstur yang pas, sama sekali tidak kelembekan dan tidak keras. Potongan kecil ayam kampung rebus ternyata terasa agak manis di lidah, dan sangat ramah untuk dikunyah gigi. Saya tidak begitu merasakan banyak serat-serat seperti pada ayam negeri. Mulut dan perasaan semakin lega dengan ketiadaan tulang-tulang atau lengkuas pada isiannya. Hanya saja, bakmi terasa tawar bagi saya yang cukup gemar asin ini. Tetapi tenang, tersedia botol kecap asin tepat di tengah meja. Sambalnya terasa agak asam dan tidak terlalu pedas, yang menurut saya cocok jika tidak kalian tambahkan dalam jumlah banyak.
Sayang dalam kunjungan kali ini, saya tidak memesan Pek Cham Kee. Tetapi saya memesan satu buah bakso goreng dan setengah porsi Suikiaw kuah. Tekstur bakso goreng terasa agak alot bagi saya. Setengah porsi suikiaw berisikan lima buah dengan ukuran sekitar 2 ruas jari telunjuk, pas untuk satu gigitan. Saya tidak betul-betul memperhatikan isian suikiaw, tetapi ada rasa manis dan gurih pada gigitannya. Tekstur isiannya juga cukup garing, tidak lembek hingga mudah hancur. Hanya saja, 30 ribu untuk 5 buah suikiaw terasa agak mahal.
Bisa saya katakan, jurus andalan Bakmi Ahong adalah ayam kampung rebusnya yang wangi dan lezat pada porsi utuh maupun pada potongan kecil setiap mangkuk bakmi.
Versi lengkap review akan saya post di blog pribadi. Harga : - 1 porsi bakmie : Rp. 22,000.00 - 1 buah pangsit goreng : Rp. 4,000.00 - 1 buah bakso goreng : Rp. 10,000.00 - 1/2 porsi suikiaw kuah (isi 5) : Rp. 30,000.00
Menu yang dipesan: Bakmi, Suikiaw, Bakso Goreng, Pangsit