Yanni Karina

Ada yang bilang kalau kopi di tempat ini tidak terlalu enak dan harganya yang mahal membuat saya menghindari tempat ini. Dibanding Cuppa Coffee pun, harga lunch set nya lebih mahal.

Tapi saya sangat penasaran dengan kopi berbentuk kucing yang sangat terkenal dari tempat ini. Ternyata namanya Catpucinno. Catpucinno ini enak dipandang, dan ternyata juga enak diminum! Kopinya cukup kuat dan cukup kental, berasa, walaupun campuran foam dan susunya cukup banyak dan agak terlalu manis untuk saya.

Mokka Cheese Burger jadi pilihan saya karena harganya relatif murah dibanding isinya yang banyak, manalagi sudah termasuk side french fries dan salad. Bun-nya enak, I love it! Butter yang dioles dengan tipis juga sangat terasa. Tapi, patty nya keras. Di beberapa sisi bahkan terasa gosong. Onion fries nya tidak garing, dan cheesenya tidak enak, malah menimbulkan bau tertentu. Saladnya juga pahit, sulit diaduk, dan dressing terlalu sedikit.
Pilihan menu makanan beratnya juga sedikit, jadi sadar lah saya, tempat ini memang bukan untuk makan berat. Untuk ngopi sambil makan snack mungkin lebih cocok

Resto yang sangat cute dan bikin 80% pengunjungnya cewek ini punya banyak kelebihan, dari sisi dekor, rasa, dan makanan yang instagramable. Yang paling cute adalah dessertnya, tapi makanan lainnya cukup enak. Harganya pun bersaing, takoyaki bisa didapatkan dengan harga yang kurang lebih sama dengan harga stand. Rasa Ochanya kayak air sih, dan yang lain tidak luar biasa, tapi bisa bikin cukup puas dengan harga yamg agak murah.

Kafe ini menarik perhatian saya karena saya selalu bolak balik melewati tempat ini untuk keluar masuk UPH. Terlihat jelas dari jalanan menuju tempat parkir UPH, saya selalu bertanya - tanya siapakah yang makan di sana dan apa makanannya?

Akhirnya, setelah sekian lama penasaran saya masuk ke kafe ini dan... wah!

 Yang ada di dalam benar - benar di luar perkiraan saya. Tempatnya sangat dingin, mejanya kebanyakan untuk berdua, dan yang menjadi tamu di sana kebanyakan adalah bapak - bapak berkemeja dan berdasi. Alias, kafe yang sering jadi tempat meeting. Hahaha

Makanannya lebih mirip Kopitiam ketimbang kafe, dan pilihan kopinya pun tidak terlalu banyak. Saya memesan kwetiau siram, sirup markisa, dan french toast.

Harganya tidak mahal, agak dibawah harga standar kafe yang ada di daerah Lippo. 

Semuanya rasanya cukup enak, dan saya suka sekali kwetiau siramnya. Kwetiau siram memang jarang mengecewakan sihh... hahaha

Untuk es nya, saya cukup kecewa karena es seharga 16 ribu ternyata hanya sirup, tapi sirupnya tidak terlalu manis jadi pas. French toastnya enak walaupun agak kering, ditambah selai blueberry yang cukup enak juga. 

Pelayanannya cepat, walau tidak terlalu ramah. Dan karena tempatnya sepi dan cocok untuk meeting, cocok juga untuk menyendiri dan bersantai menikmati waktu sendiri 

Ke sini untuk meeting kecil. Tempatnya cukup tenang karena ada di pojokan Benton Junction. Deokrasinya biasa aja dibanding restoran lain di Benton. Pelayannya ramah, pesanannya cepat datangnya. Presentasi dan rasanya cukup enak, tapi nggak spesial. Harganya pun cukup mahal. 

Yang jadi highlight untuk saya adalah cappuccino dengan gelas super besar-nya. Harganya murah untuk gelas sebesar itu, dan cukup unik. Rasanya pun lumayan. 

Tapi, saya nggak kenyang makan di sini hahaha

The most economic restaurant to treat a lot of people (especially youngings)... Welcome Pizza Hut! Haha. Pizza hut ini sering dijadikan tempat traktir sama bos karena lokasi dan jumlah orang yang harus ditraktir. Tapi memang, menurut saya sisi menyenangkan dari pizza hut adalah untuk makan rame rame. Selain itu, makan rame rame dan makan cuma berdua atau bertiga lebih hemat rame rame. I love their crust, dan salad bar.

Menemukan Chinese food yang enak, mudah. Yang enak dan murah juga banyak. Tapi nggak banyak yang menjual Chinese food yang enak, murah, dan penampilannya enak di mata. Walaupun tidak bsia dibandingkan dengan resto Chinese food pinggir jalan dalam soal harga, Serba Food menyediakan rasa dan penampilan yang tidak kalah dari resto Chinese food di sekitarnya dengan harga jauh lebih terjangkau. Awalnya, saya tertarik dengan restoran ini karena mereka menyediakan White Tea. 

Saya kesini ketika sudah malam, dan ketika ditanya apa rekomendasinya, waitressnya menjawab "Nasi Goreng Malaysia". Saya bukan penggemar nasi goreng dan tidak suka memesan nasi goreng di restoran, tapi karena terbatasnya waktu dan menu yang sudah mau habis mengingat saya datang agak mepet dengan waktu tutup, ditambah lagi pilihan menu mereka yang super banyak, saya memesan nasi goreng Malaysia dan White Tea. 
Saya belum pernah minum White Tea sebelumnya, jadi tidak tahu apakah kualitasnya baik, tapi saya cukup suka. Pahitnya pas, dan warnanya menarik. Menunggu daun teh sampai tenggelam semuanya juga asik. 
Nasi gorengnya berpenampilan menarik, dan rasanya oke untuk nasi goreng restoran.  Porsinya besar dan mengenyangkan. Cukup untuk 2 orang asal tidak terlalu lapar hehehe 
Pelayanannya baik dan tempatnya juga enak untuk bersantai. Sekarang saya mengerti kenapa tempat ini selalu ramai dikunjungi. 

Saya bingung dengan ramai - ramai rumor yang memuji Mujigae sebagai tempat makan Korea yang enak, murah, dan berporsi banyak. Kebanyakan Korean Food memang berporsi besar. Untuk harga, menurut saya Mujigae tidak semurah yang dikatakan orang. Masih banyak restoran Korea lainnya yang walau sepintas terlihat jauh lebih mahal dari Mujigae namun akhirnya kurang lebih sama, dengan utensil dan rasa yang lebih mirip masakan Korea (dan lebih enak) daripada Mujigae. . Bukan berarti Mujigae tidak bagus, it's just that they didn't live up to their reputation. 

Sebagai tempat yang katanya hip dan unik pun, Mijugae Karawaci agak kurang berhasil mengantarkan kesan tersebut. Tempatnya yang unik berada di luar gedung, dengan TV yang terus - terusan memutar video klip KPOP, untuk yang ada dalam gedung persis restoran biasa, walaupun dengan tempat duduk lesehan. 

Hal yang menarik adalah bisa memesan melalui iPad dan fitur yang ada di iPad tersebut. Foto yang bisa dicetak segera setelah kita makan (dan dibahan plastik!) itu juga menarik. 
Makanan di Mujigae enak, tapi tidak seperti makanan di resto lain yang bumbunya lebih terasa "Korea"nya. Apalagi, di Karawaci ini ada komunitas orang Korea yang cukup besar di Pinangsia, dengan resto Korea otentik. Kita juga tidak melihat orang Korea asli makan disini, yang mungkin memang berarti Mujigae berhasil menyesuaikan dengan lidah orang Indonesia. 
Namun, pelayanannya lama dan kurang tanggap, walaupun hari itu tidak terlalu ramai. Overall, it's not bad, but it's overestimated.