yudistira ishak abrar

Selawaktu mengisi sebuah ruko di kawasan Tebet Timur Dalam Raya, dekat dengan Pasar PSPT. Di Sabtu pagi saat mampir kesini sudah ada pengunjung lain yang datang lebih dulu. Saya memilih untuk duduk di meja dekat pintu masuk, atau selisih satu meja dari mereka. Di ruangan yang penuh berbagai macam poster, baik publik figur maupun karakter kartun, Selawaktu dipoles paduan warna putih dengan abu-abu dan sedikit warna merah pada area barista yang senada dengan logo jam pasirnya. Pada sudut ruang dalam sini juga terdapat smoking area, selain tentunya yang terdapat di teras depan yang jauh lebih luas. Karena tidak banyak yang datang, jadi berada di Selawaktu terasa cukup nyaman.

Es Kopi Susu (Rp.18.000,-) dengan 3 pilihan rasa, pandan, palm sugar dan salted caramel, tapi yang saya pilih sudah tentu palm sugar alias gula aren. Untuk segelas es kopi susu gula aren, Selawaktu menyajikan sebuah rasa baru yang didominasi gurihnya susu, diikuti oleh sentuhan kopi berkarakter acidity dan terakhir sensasi manisnya gula aren. Kalau diantara jajaran minuman sejenis di tempat lain, ini termasuk kedalam kategori yang milky. Minuman ini enaknya dinikmati bareng cemilan asin gurih seperti keripik atau bitterballen.

Alih-alih ngemil sebagai teman ngopi, saya justru memilih menu makan berat di jam yang kalo dibilang sarapan udah kesiangan, tapi dibilang makan siang juga masih kepagian. Singaporean Salted Egg (Rp.32.000,-) menjadi pilihan saya kali ini. Seporsi rice bowl dengan potongan daging ayam tanpa tulang berbalut tepung berbumbu yang disiram saus telur asin sebagai lauk utama dan telur mata sapi sebagai pendamping. Nasinya pulen, saus salted egg nya gurih, ayamnya berasa bumbu dan telurnya meleleh sempurna, sesuai dengan permintaan saya yaitu setengah mateng. Semangkuk nasi dengan salted egg sauce yang penuh kearifan lokal...

“Makan cuy” itulah jargon yang melekat pada seorang foodvlogger bernama Nex Carlos. Setelah memiliki 2 juta subscriber di channel Youtube, tahun lalu ia mencoba mengembangkan usaha di bidang kuliner dengan mendirikan Ayam Gedebuk. Engga nanggung-nanggung, usaha tempat makannya ini tersebar bukan hanya di Jakarta, tapi juga sudah berekspansi ke wilayah Bandung, Surabaya, Medan hingga Makassar.

Di Jakarta dan sekitarnya sendiri Ayam Gedebuk telah memiliki lebih dari 20 gerai, salah satunya di Jalan Margonda Raya, Depok. Foto sang pemilik dengan background warna kuning menjadi logo utama yang cukup eyecathcing. Mendiami sebuah ruko 4 lantai, outlet Ayam Gedebuk di deket Kober ini tampak rapi, trendy, bersih dan sangat nyaman. Sebelum masuk kedalam, pengunjung terlebih dahulu memesan dan melakukan pembayaran dibagian depan. Baru setelah itu menu dibuat untuk disajikan dan selanjutnya siap disantap.

Ada menu Paket Puas Ga Nyante yang dihargai Rp.23.000,- per porsi. Namanya juga puas engga nyantai, isinya jadi lengkap banget ada nasi, sepotong ayam, sambel terasi, tahu dan tempe goreng. Nasinya bisa nasi putih biasa atau nasi uduk, tapi saya memilih nasi uduk. Nasi uduknya aja udah mantul bin gurih bin sedep, apalagi pas ditambahin sambelnya yang engga gitu pedes tapi medok serta taburan bawang goreng, jadi semakin memanjakan lidah deh.

Ayamnya bisa digoreng, dipenyet ataupun dibakar. Nah saya coba dibakar dan dipenyet nih. Untuk yang dibakar bumbu kecapnya engga cuma manis aja, tapi ada sensasi gurih-gurihnya juga. Kalo yang dipenyet, jadi si ayam ditumbuk setelah sebelumnya digoreng. Bumbu kuning yang melumuri ayam terasa asin gurih, terutama pada bagian kulit luarnya. Tahu dan tempe gorengnya pun berbumbu. Mereka menggunakan tahu kuning dan tempenya diberi lapisan tepung lalu digoreng. Surprisingly saya engga nyangka kalo rasanya bisa seserius dan seenak ini sih.

Sebenernya saya juga ngincer Es Kiamboi sama Jeruk Peras nya, tapi sayang udah sold out. Jadi akhirnya saya beralih ke minuman yang engga kalah unik, yaitu Es Kacang Ijo (Rp.10.000,-) minuman yang belom pernah saya temuin di tempat laen ini seger, kentel, gurih, berasa susu dan manisnya pas. Sepertinya mereka engga menggunakan gula biang jadi manisnya terasa alami dan engga aneh...

Harga murah tak membuat Elud Bakery menyajikan rasa yang biasa-biasa aja pada roti yang mereka buat. Malah rasanya bisa dibilang semewah roti-roti yang berada didalam mall. Selain rasa, desain tempatnya pun mengadopsi toko roti di pusat-pusat perbelanjaan yang mengedepankan kerapihan, kenyamanan dan serba teratur. Seperti gerai Elud Bakery yang ada di Jalan Sentosa Raya, Depok II Tengah ini.

Roti Cheese John (Rp.6.200,-) roti dengan topping parutan keju melimpah yang ternyata ada filling cream gitu dibagian dalemnya. Udah teksturnya empuk, isian creamnya melimpah, jadi bikin roti ini menjadi semakin lembut saat digigit. Rasanya perpaduan antara manis, cheezy, creamy dan milky. Poin plus lainnya adalah engga ada after taste di langit-langit mulut, jadi langsung ngegelosor ke tenggorokan.

Roti Srikaya (Rp.5.100,-) roti ini berbentuk bulat dengan taburan wijen diatasnya. Teksturnya empuk, aroma wijen langsung tercium dan begitu gurih saat kegigit. Isian srikaya didalamnya tidak begitu banyak, tapi engga kesedikitan juga. Rasanya manis dan memiliki tekstur creamy. Tak lupa peran wijen juga sebagai unsur penambah kenikmatan pada roti ini.

Roti Kacang Ijo (Rp.5.100,-) roti ini berbentuk seperti konde, yaitu roti yang digulung-gulung lalu dilipat membentuk lingkaran yang dikaitkan ke bagian tengahnya. Warnanya begitu cantik, paduan antara hijau terang dengan kuning keemasan bertabur wijen. Rasanya begitu klasik, manis lembut mirip pandan srikaya. Seluruh bagian roti kebagian isi yang manis legit dilidah, jadi pas kegigit bareng wijen semakin bertambah nikmat.

Roti Kacang Merah (Rp.5.100,-) masih sama persis dengan roti sebelumnya, roti kacang merah ini pun berbentuk melingkar. Bedanya warna pada roti ini adalah merah magenta, karena merupakan perwujudan dari olahan kacang merah yang dimasak menjadi sejenis pasta. Cita rasa khas kacang merah begitu terasa dilidah, gurih-gurih manis gitu lah, cocok banget sebagai temen minum kopi.

Roti Pisang Keju (Rp.5.100,-) roti ini bertabur parutan keju dan berisi sebuah pisang utuh yang diberi parutan keju kembali. Tekstur adonan roti empuk dan lembut banget. Bagian atasnya dilengkapi dengan sensasi lengket-lengket sebagai perekat topping. Si pisang sendiri sudah manis, jadi saat bertemu isian keju ada tambahan rasa gurih dalam tiap gigitannya.

Paling terakhir, saya pun mencoba satu jenis roti berbeda, yaitu Roti Abon Atas (Rp.6.200,-) adonan roti dikeset bagian tengahnya lalu diolesi krim perekat yang sengaja meluap sampai kebagian atas, sebagai perekat taburan abon daging sapi. Teksturnya empuk, olesan krimnya manis lengket dan abonnya pun enak. Untuk roti dengan harga rata-rata lima sampai dengan enam ribuan, Elud bisa dibilang enak banget sih. Murah engga selalu murahan kan?!...

Memilih untuk menikmati segelas kopi susu setelah lelah berolahraga di petang hari, akhirnya membawa saya kepada sebuah coffeeshop mungil di bilangan Pekapuran, Tapos, Depok. Posisinya yang berada tepat disebuah belokan jalan raya, mengharuskan saya untuk berhati-hati supaya engga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Karena kadang belokan itu rawan kecelakaan, kendaraan yang keluar masuk berpotensi bersenggolan dengan kendaraan yang belok.

Meski tidak begitu luas, tapi Cawan Kopi menyiapkan lahan parkir yang bisa diisi kendaraan roda dua maupun roda empat. Desain coffeeshop ini bergaya modern minimalis dengan ruang indoor dan outdoor yang sama besarnya. Tapi karena ruang indoor juga dijadikan sebagai barista area dan dapur tertutup, jadi jumlah seating table-nya lebih sedikit. Satu set bangku sofa menjadi best spot disini, tepat bersebelahan dengan mesin seduh kopi dan segala perintilannya.

Saat mampir, kebetulan mereka baru saja buka, jadi saya pelanggan pertama hari ini. Beruntungnya saya juga dapat bebas berfoto tanpa ada satupun penampakan pengunjung lain. Selang beberapa saat, barulah segerombolan remaja mengerubungi kedai ini dan memilih untuk duduk di area outdoor. Dari segi pelayanan, mereka cepat dan bersahabat. Meski sambil beres-beres kafe yang baru saja buka, tapi mereka tetap mendahulukan melayani pesanan dengan baik.

Ice Coffee Catalyst (Rp.20.000,-) es kopi susu gula aren versi Cawan Kopi ini terbuat dari paduan kopi yang agak tersipu malu. Susu yang seharusnya menjadi unsur tambahan, justru tampil sebagai pemeran utama. Baru setelah dibuai kelembutam susu, si kopi perlahan hadir menyajikan karakternya yang merupakan perpaduan antara acidity dengan bitter dalam takaran yang slight.

Caramel Chocolate Almond (Rp.22.000,-) karena dipesan dalam keadaan hangat, jadi minuman ini diberi hiasan latte art yang cantik meskipun bentuknya sederhana. Seruputan pertama langsung memancarkan kenikmatan antara cokelat, karamel dan susu yang mirip seperti mochaccino. Meski komponennya cenderung manis, tapi tingkat kemanisannya pas sih menurut lidah saya, engga berlebihan.

Rujak Cireng (Rp.10.000,-) menu ini tuh udah engga asing lagi sih buat saya, soalnya kadang suka beli juga sama temen yang kebetulan sebagai re-seller. Tapi di Cawan Kopi, satu cireng dibagi dua lalu digoreng dan disajikan bersama sambal rujaknya. Soal tekstur maupun rasa udah ga perlu diragukan lagi. Paduan antara renyah, chewy dan gurih yang ketemu sama sensasi pedes manis dari sambel rujaknya itu paripurna banget buat dijadiin cemilan...

Kalo kamu pernah nonton film Gotti di tahun 2018 pasti tau Gotti itu siapa. Film yang dibintangi oleh Travolta tersebut menceritakan tentang sepak terjang seorang gembong kejahatan di Amrik yang memimpin kelompok mafia bernama Gambino. Sebelum menjadi pimpinan gangster paling ditakuti, John Gotti terlebih dulu membunuh bos mafia Gambino bernama Paul Castellano. Pasca membunuh dan menguasai Gambino, Gotti memperlebar kejahatan kelompok tersebut. Sampai akhirnya dia dijatuhi hukuman seumur hidup oleh Pengadilan Federal Wilayah Brooklyn pada tahun 1992 dan tutup usia 10 tahun kemudian karena mengidap penyakit kanker.

Ngomongin soal Gotti, ada lho sebuah kafe baru di Depok yang mendaulat nama tersebut menjadi nama tempatnya, apalagi kalo bukan Gotti Pizza & Coffee. Beralamat di Jalan KH. M. Yusuf Raya, kafe ini sebelumnya dihuni oleh coffeeshop bernama Koma. Bangunan ruko dipoles warna biru tua sehingga tampak misterius, semisterius namanya. Pintu depan yang senada dengan kusen bermaterial besi kokoh berwarna hitam, begitu kontras dengan warna gold pada tulisan yang mengisi bagian kaca depan. Dibagian teras ini jugalah area smoking disiapkan dengan batas tembok membusur disatu sisi yang tampak unik.

Masuk kedalam, suasana jadi semakin keren karena barisan bangkunya dibuat dengan posisi tak biasa yaitu saling membelakangi satu sama lain. Lapisan jok kulit berwarna senada dengan cat tembok luar, membuatnya begitu matching dengan warna putih yang mendominasi ruang dalam ini. Semakin yakin saya bahwa nama Gotti terinspirasi dari seorang gembong mafia Amerika karena di salah sudut ruang, yang diletakan meja komunal, terdapat sebuah lukisan yang menampilkan sosok John Gotti tersebut. Area barista yang melekat pada tangga menuju ke lantai atas juga tampak menarik. Memanfaatkan bagian bawah tangga, daftar menu ditempel disana. Lantai atas memuat seating area indoor, outdoor dan toilet.

Sesuai dengan namanya, Gotti menyajikan beberapa menu pizza yang diberi nama senada dengan konsep Amriknya. Seperti pizza New York misalnya, selain dijual perpotong seharga Rp.20.000,-, pizza ini juga dapat dibeli satu loyang utuh. Ukuran per potong nya gede banget, dengan tampilan yang sangat menarik. Toppingnya ada pepperoni yang dilapisi keju mozarella dan olesan saus tomat. Rasanya asem-asem gurih gitu, tapi sangat kontras dengan tekstur adona pizza yang renyah sekaligus chewy karena tidak terlalu tebal. Saya suka dengan konsep pizza yang seperti ini.

Selain itu, ada juga varian topping lain yang diberi nama Gotham (Rp.20.000,-) dari namanya saya langsung keingetan sama film Batman. Jadi pizza ini diberi topping parutan keju mozarella, beef salami yang diiris-iris, olesan saus tomat dan minyak zaitun hitam. Rasa pizza ini mirip perpaduan antara pesto dengan truffle. Jadi kaya akan bumbu-bumbu khas Italia yang bercampur jamur serta keju. Tekstur adonan yang renyah semakin menambah kenikmatan pada tiap gigitan pizza ini. Engga usah pake tambahan saus cabe atau tomat aja pizzanya udah enak kok.

Sebagai pelepas dahaga setelah puas menyantap pizza, saya pun memilih minuman jagoan mereka yang disebut Mafia House Coffee (Rp.20.000,-) ini merupakan es kopi susu versi Gotti. Bukan hanya pizza, Gotti pun cukup serius dalam meracik minuman berbahan dasar kopi. Terbukti dengan Mafia House Coffee yang mampu memberikan rasa kopi, susu dan gula yang seimbang. Unsur kopi sanggup mengendalikan rasa keseluruhan agar tidak terasa terlalu milky dan manis. Selain itu juga ada Lychee Tea (Rp.25.000,-) yang begitu menyegarkan. Sangat pas perpaduan teh dan lecinya, apalagi ada buah segarnya juga didalam gelas. Secara keseluruhan, saya suka banget sama apa yang telah ditampilkan oleh Gotti, baik dari segi tempat, pelayanan maupun cita rasanya...