Foto Profil 08_points

08_points

33 Review | 12 Makasih
Level 5
Kopi
Filter Catatan
Urutkan berdasarkan: Tanggal
  • 3.8  
    Kedai Kawa Wahidin [ Beji, Indonesia ]

    Kuliner Manis di Kedai Kawa Wahidin

    Pada malam itu hujan tengah turun membasahi aspal Margonda, selayaknya pada malam aku tulis ulasan ini. Beruntunglah hari itu aku telah membuat janji dengan seorang kawan untuk bertemu di Kedai Kawa Wahidin. Jadi, ketika hujan tidak menunjukkan bahwa ia akan segera berhenti, aku yang tengah berada dalam perjalanan usai menjalankan rutinitas bisa berteduh barang sejenak tanpa sia-sia, sebelum akhirnya bisa mencapai rumah.
    Kukira, kedai itu baru saja buka di Kota Depok. Sekiranya, baru kulihat sekitar sebulan yang lalu. Semenjak saat itu, aku berniat mengunjungi, mencoba kulinernya bersama kawanku. Eksterior dan interior yang terlihat dari balik kaca-kaca transparan itu menambah keinginanku untuk mampir ke sana. Jadilah di malam itu aku mampir ke sana dengan kawanku yang tiba belakangan.
    Di malam itu, kukira aku adalah pelanggan pertama mereka. Kulihat kedai itu sepi. Barangkali karena hujan masih deras, banyak pelanggan yang terhambat mengunjunginya. Karena ketika hujan mulai reda, kulihat mulai banyak pelanggan yang datang dan tempat itu menjadi ramai.
    Sendiri, kumasuki kedai itu dengan pakaian agak basah. Kutengak-tengok sekitar dan kutemukan banyak sumber listrik di sana. Kupikir, kedai itu memang sangat pas dijadikan tempat berkumpul dengan kawan-kawan atau menyendiri mengerjakan tugas kuliah dengan laptop yang memerlukan sumber listrik dan tentunya wifi.
    Tak lama, duduklah aku pada satu bangku kayu yang tersedia dan menyandarkan punggungku pada tembok bercat merah (entahlah merah jenis apa) di dekat counter pemesanan dan pembayaran. Sengaja aku pilih tempat itu karena dari sana aku bisa pandangi sekaligus membaca sejarah Kedai Kawa Wahidin (sekiranya bisa kukatakan demikian) yang dituliskan pada tembok tepat di hadapanku. Bagiku, tembok itu memiliki satu daya tarik sehingga aku tiada bosan memandanginya.
    Entah pemilik, entah pelayanan menghampiriku dan memberikan menu beberapa saat setelah kupilih tempat duduk. Kulihatlah menu yang diletakkan di atas meja kayu persegi di depanku. Lantas, ada satu ekspektasiku yang tidak terpenuhi. Menu makanan yang ditawarkan hampir sama saja dengan warung kopi pinggir jalan kebanyakan, yakni roti bakar, pisang bakar, dan ketan susu. Tersedia pula menu nasi, tetapi hanya sedikit. Untung saja, kedai ini menawarkan kopi tubruk dari wilayah Sumatera. Setidaknya, ada hal indah dalam menu itu.
    Sembari menunggu kawanku, kupesanlah Ketan Susu Coklat dengan harga Rp12.000,00 dan Kopi Padang Kampuang dengan harga Rp12.000,00. Hujan, kopi hitam panas, dan ketan susu rasa-rasanya adalah perpaduan yang sangat pas dan membahagiakan.
    Memang benar. Hanya saja, pemanis dalam Kopi Padang Kampuang membuat rasa khas kopi hampir hilang seutuhnya. Bagiku, yang hampir terbiasa meminum kopi tawar alias kopi tanpa pemanis, rasa Kopi Padang Kampuang itu terlalu manis. Barangkali, takaran pemanisnya perlu dikurangi sedikit agar pahit dan manisnya terasa seimbang.
    Sementara Ketan Susu Coklat dengan porsi besar (kurasa) yang dihidangkan dengan parutan kelapa itu membuat lambungku tidak mampu menghabiskannya. Jika saja volume lambungku lebih besar, aku pasti bisa menghabiskannya. Hidangan itu memiliki rasa yang enak. Bahkan sebenarnya, memakannya tanpa susu cokelat pun sudah cukup karena rasa ketannya sudah sangat gurih, begitu pula kelapa parutnya. Tak heran jika Ketan Susu Original menjadi menu yang entah direkomendasikan atau yang paling banyak disukai dari kedai itu.
    Tak berapa lama, kawanku pun datang ketika hujan mulai tampak reda. Setelah ia menyamankan dirinya pada bangku di hadapanku, ia pun memesan Pisang Kapik Coklat seharga Rp13.000,00 dan Roti Bakar Coklat + Keju seharga Rp16.000,00 yang kami makan bersama. Sementara untuk minumannya, ia memesan Kawa Milkshake seharga Rp17.000,00.
    Pasa dasarnya, kuliner yang kami pesan rasanya cukup cocok di lidah kami. Namun, benar sekali, semua yang kami pesan adalah kuliner manis. Kami yang sudah manis pun menjadi semakin manis. Lain kali ke tempat itu, sangat harus memesan selain yang manis.
    (08_points - 2017)

    Menu yang dipesan: Ketan susu coklat, Kopi Padang Kampuang, Pisang Kapik Coklat, Roti Bakar Coklat + Keju, Kawa Milkshake

    Harga per orang: < Rp. 50.000
    Makasih Infonya!
    1 pembaca berterima kasih.




  • 3.6  
    Lapan Duobelas Cafe [ Beji, Kafe ]

    Ngemil di Lapan Duobelas Cafe

    Suatu sore, ada yang menarik kedua mata ini ketika aku tengah berjalan di tepi Margonda. Pandanganku tiba-tiba saja tertuju pada suatu ruko yang terpasang spanduk dengan warna dasar hijau dan bertuliskan "Sign Up Cafe" berwarna putih. Aku bertanya-tanya, "Bukankah itu Lapan Duobelas yang terkenal dengan pempeknya? Mengapa menjadi 'Sign Up Cafe'? Apakah hanya berganti nama atau memang Sign Up Cafe itu tempat nongkrong baru di Depok?" Aku sungguh penasaran. Lantas, kuniatkan bahwa suatu saat aku harus berkunjung ke tempat itu.
    Akhirnya, penantian sebulan terpenuhi. Awal Maret ini aku pun berkunjung ke sana. Dari kunjunganku, kuketahui bahwa Lapan Duobelas Cafe alias Sign Up Cafe masih bersaudara dengan Lapan Duobelas yang spesialis pempek itu.
    Malam itu, aku berkunjung ke Lapan Duobelas Cafe alias Sign Up Cafe bersama seorang kawan. Kami datang bersama dan langsung saja memilih duduk di tempat duduk yang agak di dalam. Kebetulan, saat kami datang hanya kami saja pengunjung tempat itu. Kami bisa bebas pilih tempat duduk.
    Kuakui, tempat itu memiliki interior yang cukup unik dan rasa-rasanya memang sengaja didesain sebagai tempat berkumpulnya anak-anak muda. Kursi-kursi lucu yang terbuat dari tong-tong besi memberikan nilai tambah.
    Sangat beragam menu yang ditawarkan di tempat itu. Ada pempek, mi, kentang, burger, berbagai minuman, dan lainnya. Ingin rasanya memesan banyak hal. Tetapi sebelumnya, kami sudah makan di restoran sebelah. Lambung kami sudah terisi makanan manis yang membuat kenyang. Jadi, I had enough dengan makanan manis. Di Lapan Duobelas Cafe, kami hanya sanggup memakan camilan asin dan meminum minuman segar.
    Kupesanlah makanan asin. Karena Lapan Duobelas Cafe masih bersaudara dengan Lapan Duobelas yang terkenal dengan pempeknya itu, kupesanlah pempek. Sayang, ternyata pempek sedang habis. Agak sedikit kecewa. But that's okay. Jadi, kupesan saja Potato Beef seharga Rp20.000,00. Kupesan pula minuman Ice Green Thai Tea yang sudah tidak kuingat berapa harganya. Sementara itu, kawanku memesan Es Jeruk Nipis.
    Pesanan kami datang dengan wadah sekali pakai. Potato Beef yang berisikan beberapa potong kentang dan dua iris daging panggang yang diberi dua jenis saus disajikan dalam piring kertas. Sementara, minuman yang kami pesan disajikan di dalam gelas plastik yang bisa dibawa ke mana-mana.
    Mengenai harga, porsi, dan rasa, harus kukatakan bahwa harga Rp20.000,00 agak terlalu mahal untuk Potato Beef dengan porsi kecil itu. Untung saja, rasanya lumayan. Kentangnya digoreng dengan pas, dagingnya empuk luar biasa, sausnya menambah cita rasa, walaupun dagingnya agak terlalu asin untuk lidahku.
    Sementara itu, Iced Green Thai Tea yang kupesan memiliki rasa yang enak. Paduan green tea dengan susunya begitu pas, tidak ada yang saling mendominasi. Karena aku tidak ingat berapa harganya, aku tidak bisa membandingkan. Tetapi rasa-rasanya, harganya sesuai untuk rasa yang enak itu.
    Aku juga tidak ingat berapa harga Es Jeruk Nipis di tempat itu. Tetapi agaknya, harganya cocok untuk "Es Jeruk Nipis yang memiliki kadar keasaman yang pas di lidah," kata kawanku.
    Misi berkunjung sekaligus ngemil di Lapan Duobelas Cafe alias Sign Up Cafe sudah tercapai. Hanya, karena saat ke sana tidak sempat makan pempek, semoga lain kali ke sana, pempek tersedia.
    (08_points - 2017)

    Menu yang dipesan: Iced Green Thai Tea, Potato Beef, es jeruk nipis

    Harga per orang: < Rp. 50.000
    Makasih Infonya!
    1 pembaca berterima kasih.