Restoran ini menempati bekas gedungnya Upnormal Cihampelas Bawah. Layout restorannya pun masih identik dengan layout Upnormal dulu, begitupun dengan sebagian besar furniturnya, namun sudah mendapat beberapa penyegaran. Dari segi konsep tempat dan interior, restoran ini berhasil me-level-up sate Padang yang biasanya dijual di tendaan atau di rumah makan keluarga yang biasanya mengenyampingkan urusan desain dan kenyamanan. Restoran ini mengusung konsep Minangkabau jaman dulu yang dieksekusi secara modern. Saya paling suka detail-detail kecil seperti penggunaan alat makan enamel jadul, tv tabung, lampu strongking, dan carano minang—tbh saat di restoran ini saya merasa memori lama di rumah nenek saya kembali ter-recall. Tempatnya juga lumayan nyaman, masih bisa dijadikan tempat tongkrongan.
Food and Beverage:
- Sate Padang Campur (34K)
Kalau dipikir-pikir, harga satenya memang lebih mirip sate Padang dari restoran ternama ketimbang sate Padang tendaan, masih sangat make sense sih menurut saya. Yang menurut saya cukup unik dari sate disini adalah pilihan dagingnya yang banyak, ngak cuma ayam dan sapi doang, tapi tersedia juga lidah, ceker, telur puyuh, dan lain-lain. Pilihan daging sate padang seharusnya memang seperti ini sih. Kali ini saya memilih Sate dengan daging sapi dan lidah sapi. Dagingnya menurut saya sudah pas banget sih, dagingnya empuk, gendut-gendut, segar, dan tidak amis. Seasoning untuk bakarannya pun juga sudah pas banget. Porsinya menurut saya juga cukup besar, lumayan mengenyangkan. Yang agak saya notice adalah kuah satenya yang agak kurang authentic, jujur saya agak susah menemukan kiblat kuah satenya kemana, ngak Padang, ngak Pariaman, atau Padang Panjang. Citarasa kacangnya agak terlalu intens, meskipun masih tergolong enak.