Review Pelanggan untuk Discus Cafe
antik dan cantik...
oleh yudistira ishak abrar, 08 Desember 2016 (hampir 8 tahun yang lalu)
2 pembaca berterima kasih ( Makasih terbanyak)
Ngopi merupakan salah satu aktivitas favorit yang sering saya lakukan setahun belakangan ini. Saat ngopi saya banyak belajar mengenai rasa pahit juga asam yang beragam. Awal nyeruput kopi mulut saya berontak, lantas mengernyitkan kening sambil bergumam "ih, ga enak". Tapi setelah beberapa kali coba, baru deh lidah saya mulai bisa berkompromi, bahkan malah sampai asik berdiskusi dengan si hitam pekat ini.
Well, kali ini saya gak akan ngebahas soal perkenalan saya dengan kopi, tapi justru ingin mengajak temen-temen berdiskusi dengan kopi di Discus Cafe. Lokasinya ada di deretan ruko kolam renang Depok Fantasi, Grand Depok City. Aksesnya mudah, karena berada di jalan utama perumahan yaitu jalan Boulevard GDC. Dari luar tempat ini cukup menarik, bercahayakan lampu temaram yang membuat teduh. Meski begitu, ternyata di lantai atas pencahayaannya jauh lebih terang dan terasa homey.
Design kafe ini sangat vintage, unik dan klasik. Pemilihan furniturnya dibuat cukup serius, dengan penataan beberapa kursi, meja dan hiasan yang sangat antik dan memiliki nilai seni tinggi. I definitely love it. Tapi sayang, lantai atas diperuntukan bagi smoking area, jadi berasa gak nyaman untuk saya sebagai perokok pasif.
Bicara soal kafe gak hanya melulu mengenai designnya aja, tapi tentang rasa sajiannya juga. Menyebut dirinya sebagai cafe & eatery, Discus Cafe punya menu yang cukup banyak dan beragam. Tapi sayang banget, ketika saya ingin memesan, banyak menu yang kosong alias tidak tersedia. Mungkin perlu direvisi buku menunya atau bahkan perlu dipenuhi daftar menu yang sudah ada, agar pengunjung gak capek mendengar penjelasan dari pelayan bahwa menu tersebut tidak tersedia. Untung saja si pelayan cukup nice juga sabar dalam melayani, dan hal itu menjadi catatan plus menurut saya. Keep it up.
Kopi manual brew asal Lintong jadi sajian pertama yang saya coba. Chemex menjadi pilihan saya sebagai metode penyeduhannya. Aroma kopi kurang begitu kentara, namun demikian sajiannya lumayan cantik. Rasa yang keluar ada pada sisi fruity nya, dimana asam menjadi yang lebih dominan terasa. Namun masih dalam tingkatan yang slight. Cocok nih buat temen-temen yang baru mau memulai berkenalan dengan kopi.
Lalu saya mencoba pilihan kopi bersusunya. Kali ini Cappuccino menjadi pilihan saya. Tak lengkap rasanya kalau secangkir cappuccino disajikan tanpa hiasan latte art diatasnya, dan temen-temen gak perlu khawatir, Discus Cafe menyuguhkan kita secangkir cappuccino lengkap dengan hiasan latte art yang cantik. Namun rasa espressonya agak kalah dengan komposisi susu yang lebih dominan. Menyisakan rasa gurih dan manis pada tiap seruputannya.
Untuk menu pendamping, saya memilih Pisang Bakar ala Discus dan Kue Cubit Original. Pada kedua menu tersebut, hanya masuk dalam kategori just so so bagi saya. Pisang Bakarnya gagal dalam memilih bahan utama yaitu pisang. Tekstur pisang yang keras, jadi kesalahan fatal. Meski demikian, cara penyajiannya cukup indah lho, disusun rapi dengan diberi hiasan buah ceri yang manis diatasnya. Presentasi berhasil, tapi soal rasa mereka gagal.
Terakhir ada Kue Cubit Original. Satu porsinya terdiri empat potong kue. Disusun rapi diatas piring panjang yang elegan. Tingkat kematangan kue agak nanggung, mateng banget engga, setengah mateng juga engga. Warnanya pucat dengan rasa manis yang pas. Not too bad.
Menu yang mereka sajikan dibanderol dengan harga yang standar, mulai dari belasan hingga 30 ribuan rupiah. Harga yang cukup bersahabat bukan?! Sepanjang saya menikmati menu disini, rasanya cukup nyaman dengan atmosfir ruang yang antik dan unik. Musik pengiring yang dipilih pun cukup bagus. Secara keseluruhan, Discus Cafe cukup kece sebagai tempat buat menikmati secangkir kopi...
Foto lainnya:
Menu yang dipesan: Kue Cubit Original, House Blend Arabica Lintong Chemex, Cappuccino, Pisang Bakar ala Discus
Harga per orang: < Rp. 50.000
Informasi
(Kafe)
Reviewer: