Review Pelanggan untuk The Dutch

The Dutch merupakan salah satu gastropub masa kini yang baru-baru ini buka di area SCBD. Untuk menemukan tempat ini memang sedikit menjebak karena signage-nya yang kurang besar. Kata orang-orang sih dekat Beer Garden, jadi bisa dijadikan patokan. Saya dan teman-teman datang ketika matahari masih bersinar terang. Walau pun di luar terik, di dalam tetap remang-remang. Sepertinya memang desainnya tipikal grup Union ya. Terlepas dari itu, saya merasa nyaman dengan dekorasi serta suasana restoran ini. Disarankan menggunakan pakaian minimal smart casual dan sepatu ya, dari pada mengalami hal yang tidak diinginkan.

Restoran ini spesialisasi dalam makanan Belanda. Bisa dilihat dari nama restorannya itu sendiri ya. Sebenarnya saya kurang mengerti cita rasa dari hidangan asal negeri bunga tulip itu tetapi saya sebisa mungkin akan mengulas dengan sebaik-baiknya. Dikarenakan saya datang ramai banget, jadi makanan yang dipesan juga tak kalah banyak. Makanan akan saya kelompokkan dan itu semua benar-benar berdasarkan opini saya. 

Recommended (Enak dan wajib dipesan)
- Rookworst. Perhatian, yang ini non-halal karena menggunakan babi. Saya suka banget saya rasanya. Lebih enak dan gurih dari bratwurst pada umumnya karena isinya tidak hanya daging babi saja. Kekenyalan pada sosis ini pas banget. 

- Duck Breast & Spiced Duck Sausage. Bebeknya tidak amis, lalu teksturnya juga tidak kenyal. Sosisnya juga enak, kekenyalannya pas tapi ukuran sosisnya sedikit lebih kecil. 

- Oma's Meatball. Aduh yang ini enak bingits. Meatball nya lumayan besar. Melihat ukurannya itu, hebat juga mereka karena kematangannya pas. Jadi teksturnya tidak terlalu kering. Disajikan dengan creamy kale yang super endes. Dimakan berbarengan dengan daging dan gravy, nikmatnya luar biasa.

- Braised Lamb Baked in Puff Pastry. Salah satu hidangan yang sering dibicarakan orang-orang dikarenakan bentuknya yang unik. Memang unik ya, daging kambing disobek-sobek kemudian dibentuk seperti bola, lalu di tengahnya ada satu tulang dan dibungkus dengan pastry. Bentuknya jadi seperti gada. Rasanya lumayan enak. Kambingnya tidak bau, kemudian empuk dan bumbunya meresap banget. Warna puff pastry cokelat keemasan, menandakan bahwa kematangannya sempurna. Overall, it is a worthy dish.

- Speculaas Toast. Salah satu dessert yang kami pesan. Berasa juga rasa kayu manis serta rum. Teksturnya sedikit padat, mirip dengan brownies tipe fudgy. Rasanya enak, pemakaian kayu manis dan rum yang diseimbangkan dengan rasa manis. Makan pakai es krimnya jadi endes.

Mediocre (Biasa saja, mau pesan atau tidak juga boleh)
- Grilled Cauliflower. Oke juga sebagai sidedish, tetapi rasanya kurang nongol. Kalau saus kejunya lebih pekat lagi, akan lebih nikmat rasanya.

- Wagyu Rib Eye, Grilled Lamb. Seperti tipikal daging yang di-grill di restoran steak tetapi tanpa dipping sauce. Jadi hanya ada daging dan sayuran saja.  

- The Dutch Rijsttafel. Ini mirip sama nasi rames ala Bali. Rasanya sih enak tapi tidak ada bedanya dengan nasi rames Bali pada umumnya.

Not Recommended (Kurang disarankan pesan yang ini)
- Smoked Salmon Carpaccio. Rasanya kurang cocok sama palet saya, ternyata dia pakai wasabi. Pantesan saja sekali makan, saya langsung ga mau lagi. Salmonnya yang dipakai termasuk segar karena tidak bau amis.

- Panekoek Mushroom. Mungkin panekuk ala Belanda memang tipis-tipis ya. Tapi bukan itu yang membuatnya tidak direkomendasi, melainkan rasanya. Iya, di menu disebutkan menggunakan truffle, tetapi pada kenyataannya truffle-nya tidak berasa sehingga keseluruhannya jadi hambar.

IDK, tapi buat saya pribadi, lidah saya kagok saat makan hidangan Belanda. Cita rasa yang diberikan itu baru pertama kalinya saya rasakan. Jadi ada beberapa makanan yang bahkan saya lupa rasanya karena begitu kagetnya lidah ini. Tapi secara keseluruhan, makanannya ada yang oke, ada yang tidak. Pelayanan di sini bagus juga, walau pun sedikit menyebalkan ketika banyak peraturan seperti tidak boleh foto menggunakan flash.