Darsehsri

Konsep dan vibesnya kurang lebih sama dengan outlet yang di tanah sareal, meskipun warna merah mencolok tapi saya suka sama decor UD. Djaya ini sejak mengunjungi outlet pertamanya beberapa tahun yang lalu.
Selalu ada aja yang menarik di setiap outletnya, khusus cabang malabar ini gagang pintu dari stang sepeda jadi perhatian saya, unik sekali.

Pistachio Cloud Brew
Basednya cold brew di tutup dengan foam dan dihiasi edible flower, menarik, sebetulnya rasanya segar tapi terlalu manis buat saya, padahal udah request less sugar.

Halmahera
Kopi susu creamy, cocok buat yang suka manis, kalo beli di cup kena charge 1k.

Oatmilk Latte
Ini minuman yang paling cocok sama selera saya, pakai biji kopi arabika, terasa nutty di lidah, tanpa gula sudah ada rasa manis dari susu oat yang di pakai. Menu ini cafe latte tapi susunya di ganti oatmilk, kena biaya tambahan 5k.

Quesadilla
Cemilan yang cukup enak, kulit tortilla mengapit sayuran dan ayam tepung yang juga disirami krim keju.

Matcha Cheese Cake
Untuk ukuran cheese cake menurut saya ini kelewat lembut, kurang cheesy tapi rasa matcha-nya cukup kuat.

Outletnya ngga besar tapi cakep, interiornya menarik, ada area semi outdoor dengan view jalanan pemda, kalau mau adem tentu saja pilih area indoor, tersedia tatami juga tapi ngga banyak.

Seperti biasa, pesan Shio Ramen, yang satu komplit dan yang satu pakai telur. Menu kesukaan saya ini kuahnya creamy, porsinya besar dan harus dalam kondisi lapar banget kalo ngga mau sharing.
Ngga lupa pesan Cream Croquette juga, kalo ini kesukaan ibu saya, bagian luarnya renyah, dalamnya creamy, ada salad kol dengan sauce asam segar juga.

Tengah hari, terik, langsung pesan V60 dingin begitu kaki sampai di kopi bah sipit beda ya kopinya, selain wangi juga seger banget, hati juga auto happy pas tau harganya belasan ribu aja.

Toko kopi legendaris ini menjual biji kopi berkualitas, bubuk kopi dalam kemasan, sampai kopi sachet. Bahkan ada gift set kopi segala. Saya beli beberapa varian beans dan bubuk, cuma disini saya bisa suka sama kopi robustanya, ga asam, ga perih ke lambung dan wangi juga rasanya sedap banget. Baik harga kopi bubuk atau pun masih berbentuk biji, sama sama terjangkau.

Vibesnya emang beda, sambil ngopi pemandangannya jalanan empang yang ramai, sesekali saya lihat foto foto sejarah di dinding toko kopi sambil ngunyah bakpao isi coklat berbentuk landak gemoy. Staffnya juga ramah ramah dan cekatan pas bikin kopinya.

Yang demen suasana kedai santai plus decor serba vintage, mampir deh ke kedai aruna, asli enggan pulang..

Jajan teh telang lemon atau teh sereh lemon ditemani sepiring ketan keju atau pisang goreng bertabur gula aren, nikmat. Per orang cukup merogoh kocek 15-30rb an. Penikmat kopi bisa pesan kopi tubruk, salah satu andalan disini, yang mungkin saya pesan kalo mampir lagi, biar ga penasaran.

Bukanya sore, jadi pas banget pulang wara wiri mampir kesini. Nyantai bareng teman atau berduaan sama pacar di bawah pohon, ih syahdu tenan😍

Akhirnya Djournal mendarat juga di bogor, posisinya ex tom tom, bersebelahan sama the people’s cafe tentunya. Jarak tempat duduk berdekatan, tapi kursinya cukup nyaman. Ada ruang semi outdoor yang juga smoking area di bagian teras.

Saya pesan Es Kopi Susu Batavia, favorit sejak lama, udah coba yang versi latte dan frappe, sama sama suka. Kopi susunya creamy tapi wangi kopinya tercium tajam, enak.

Pesanan suami berupa americano ditemani croissant coklat yang agak keras. Saya sendiri suka banget sama cake nastar yang manis asam, cocok buat pairing sama minuman apapun.

Staff disini ramah ramah, nawarin produknya santai, tapi justru malah bikin pembeli mau ngeluarin uang kalo kaya begini.

Ini outlet keduanya the people’s cafe di bogor, disini pengunjungnya rame dari awal opening, antusiasme pengunjung cukup tinggi dari awal opening.

Tempat duduk menyatu sama djournal, nah ini saya setuju banget. Kan kita satu meja pesanan ga harus selalu sama, bisa ada yang mau makan atau hanya sekedar ngopi sambil nemenin yang makan.

Pesanan saya :
Es Podeng Lapis Ijo
Rekomen staffnya, ternyata emang enak, tanpa tambahan gula udah pas manisnya. Santannya di blender lalu dikasih potongan lapis ijo yang agak kenyal, legit dan gurih, enaak.

Bakso Goreng
Cemilan yang selalu bikin nagih, di TPC ini baksonya dijual satuan, 13rb/pcs. Tekstur kulitnya garing tapi dalamnya agak kenyal, gurih kaya pake keju, celupannya saus sambal cair, yang pasti makan satu ngga cukup.

Pastel
Seharga sama bakso goreng, pastel disini juga favorit saya, rasanya enak, kulitnya lembut dan isiannya padat.

Seblak
Pengen yang seger lalu direkomendasiin ini, tampak menggiurkan, ada potongan sosis, cireng ( enak cirengnya), kerupuk dan telur. Enak kata teman saya yang suka makan seblak.

Tongseng
Kuahnya super medok, enak cuma pelan pelan kalo makan takut keselek karena kuahnya beneran bold, rempahnya kuat dan potongan dagingnya cukup banyak.

Tetiba ngidam shabu shabu, tapi pengen juga makan bbq. Akhirnya makan disini, tempatnya luas dan nyaman, tamu ditempatkan di lantai 2, mungkin kalo pengunjung lagi rame, lantai 1 juga dibuka.

Sebelum dapat tempat duduk, pilih menu dulu, saya dan teman pilih paket premium, dominan beef tongue dan rekomen buat yang ngga bisa makan daging banyak.

Semua menu yang ada di paket premium langsung disajikan tanpa kita order dulu, konsepnya memang begitu. Tamu boleh nambah daging, tinggal bilang sama staffnya.

Satu meja bisa menikmati shabu, bbq dan agemono atau gorengan sekaligus karena tersedia tiga tungku untuk masing masing.

Buffetnya juga komplit, ada sayuran, daging, sushi dan dimsum dan dessert. Paling menarik di area pasta corner ada jajaran mangkuk berisi adonan untuk lapisan makanan yang akan digoreng, kurang lebih mirip adonan corndog.

Menyore di Alto Social Coffee House and Kitchen dan masih agak ngga percaya ada resto sekeren ini di bogor. Bukan hanya nyaman, tapi juga luas tempatnya, di bagian belakang ada ruang semi outdoor dengan atap buka tutup yang menarik, pagi hingga sore dijadikan latar berfoto pengunjung, menjelang malam jadi panggung mini tempat live music yang pentas setiap hari.

Disini ada menu asian food juga western. Pizza yang di panggang dalam tungku aesthetic dekat bar wajib dicoba, quatro formaggi-nya lezat, perpaduan wangi truffle oil dan cheese-nya manggil manggil sewaktu disajikan. Ukurannya besar, bisa untuk sharing. Pengunjung juga bisa menyaksikan langsung live cooking saat chef-nya membuat pizza.

Yang ngga bisa absen dari nasi, ada menu nasi goreng iga yang adudu potongan dagingnya banyak dan iganya lembut, bumbu nasgornya medok, dilengkapi acar dan emping.

Makan enak ngga afdol tanpa ditutup dessert nikmat, Tiramisu disini salah satu yang terbaik, mascarpone tebal diselingi lady fingers dan di tutup dark chocolate, yummy banget.

Saya juga mencicipi The OG, kopi susu dalam kemasan kaleng, rasanya agak manis dan memang disarankan penyajiannya pakai es batu. Minuman lainnya ada Butterscotch Coffee, tersaji dengan crumbs cookies di pinggiran gelasnya, rasa kopinya sendiri cocok dengan selera saya, bold sekaligus creamy, sengaja request less sugar.

Kalo suka yang tampilannya cantik dan rasanya unik, pesan aja mocktail hasil kreasi bartender handal, hasil ngintip buku menu, ada beberapa varian menarik.