Review Pelanggan untuk Jigoku Ramen

Sejujurnya, dari luar tempatnya agak sedikit kurang meyakinkan, entah karena identitas restorannya yang terkesan seadanya atau karena tanda-tanda kehidupan dari luar tidak terlalu kentara. Saat saya memberanikan diri untuk masuk ke dalam restorannya, saya lumayan amazed karena restorannya lumayan ramai. Tempatnya tidak begitu luas, bahkan boleh dibilang agak sempit, namun didesain ala-ala mezanine gitu. Interiornya juga agak sedikit boring, saya agak suka ‘gatel’ sih melihat wallpaper-nya yang tidak terpasang rapi. 

Service:
Impresi awal saya terhadap pelayanan di restoran ini tidak terlalu baik. Saat masuk, waitress-nya melakukan pengecekan suhu serta memberitahu kalau metode pembayaran yang berlaku hanyalah metode non-tunai. Sayangnya pelayannya lebih mirip sedang menginterogasi ketimbang sekadar memberi tahu. Cara komunikasi seperti ini menurut saya perlu diperbaiki--impression does matter. Selain itu pelayannya juga agak lalu chatty dengan pelayan lain. Untungnya food-serving-nya lumayan cepat.  

- Ramen Iga Spicy Moyasu (27K)
Saya memilih ramen dengan kuah Jigoku dengan Level 10. Menurut saya ramen ini bukan ditujukan untuk yang mencari ramen dengan citarasa otentik Jepang. Citarasa ramennya malah lebih mirip mie rempah khas Indonesia, dengan kuah yang merah menyala, kuah yang bold dengan citarasa herbs dan spices yang intens. Kuahnya menurut saya lumayan pedas, namun bukan tipikal pedas yang neraka banget kok. Isian ramennya terdapat mie, potongan wortel, nori, bakso aci, siomai kering (gaada mirip siomay-nya), dan iga. Isian ramennya sejujurnya biasa aja kecuali iganya yang lumayan besar dan empuk banget

Notes:
Pembayaran cashless-nya menurut saya agak membingungkan. Mesin EDC-nya saat itu tidak bisa digunakan. Katanya sih Gopay atau OVO tersedia, tadi yang diberikan nomor rekening bukan nomor HP atau scan barcode. Kurang efektif dan ada biaya tambahan lagi.