Definisi restoran ngumpet ya bisa disematkan kepada Woow Resto. Karena kalo dari pinggir jalan dia engga kelihatan, jadinya seolah-olah keberadaannya agak tersembunyi. Sebelum masuk sini terlebih dulu saya harus melewati sebuah coffeeshop sederhana bernama Kopi Kawan Kita. Nah baru setelah itu terlihat lah Woow Resto yang diawali oleh sebuah taman cantik dengan bertengger sebuah kereta kuda dengan latar sebuah lukisan mural bergambar barong khas Bali.
Restoran terdiri dari dua lantai yang keduanya tanpa pendingin udara. Dari kedua lantai pengunjung dapat menikmati pemandangan taman karena memang dibuat menghadap kearah yang sama. Perabot banyak menggunakan material kayu. Beberapa ornamen dipasang sebagai pemanis ruang, terutama beberapa lukisan khas pulau dewata dan figura foto bergambar panorama tempo dulu. Kalau dari segi pelayanan, bisa dibilang siap engga siap sih. Tapi meski demikian engga sampe yang mengecewakan kok.
Karena sekalian makan malam, saya memesan Bihun Goreng (Rp.20.000,-) dan Nasi Goreng (Rp.20.000,-) keduanya digoreng bersama caisim, bakso, telur, ayam dan sosis. Saya lebih suka Nasi Goreng karena bumbunya lebih berasa ketimbang Bihun Goreng. Alasan lain adalah penampakan bihun yang seolah benyek dan pendek-pendek.
Sebagai penutup ada seporsi Pisang Bakar (Rp.18.000,-) pisangnya terlalu sedikit jadi tenggelam oleh balutan topping yang terdiri dari parutan keju, meses dan susu kental manis. Rasanya manis, cheezy dan nyokelat, hanya bahan utama pisangnya ada beberapa bagian yang asam. Tapi sebenarnya masih enak, hanya porsi pisangnya aja yang terlalu sedikit.
Karena cuaca tengah hujan, jadi makan kali ini ditemani oleh dua minuman hangat berupa Red Velvet Latte (Rp.20.000,-) dan Green Tea Latte (Rp.20.000,-) keduanya kaya susu, manis dan cukup kental. Hanya karena disajikan didalam gelas plastik, jadi terkesan kurang menarik...
Tanggal kunjungan: 15 Maret 2020 Harga per orang: < Rp. 50.000