Review Pelanggan untuk Ragil Coffee & Roastery

Joglo adalah rumah tradisional masyarakat Jawa atau daerah lain di Indonesia yang terdiri atas 4 tiang utama.

Rumah tradisional jawa terbagi menjadi dua bagian, yakni rumah induk dan rumah tambahan. Rumah Induk terdiri dari beberapa bagian yaitu pendopo, pringitan, emperan, omah njero, senthong kiwa, senthong tengah, senthong tengen dan gandhok.
Ngomong-ngomong soal Joglo, di bilangan Senopati, tepatnya di jalan Daksa II, terdapat sebuah coffeeshop dengan bentuk bangunan berupa rumah joglo. Saat mampir kesini saya langsung seolah dibawa ke daerah Jawa atau Jogja, karena memang desain interior nya pun dipenuhi material kayu, baik dinding, furnitur maupun perabot pendukung lainnya.
Tak hanya ngopi, disini pun pengunjung dapat memesan aneka makanan berat ala prasmanan Jawa nih. Beberap menu masakan tradisional mereka sajikan diatas meja panjang yang dapat dipilih langsung sesuai selera. Bicara soal pelayanan, mereka sangat ramah dan bersahabat. Tak segan salah seorang disana, entah pemilik atau pegawai, menyapa dan menawarkan untuk memfoto saya bersama teman-teman.
Kopi Susu Ragil menjadi minuman pilihan saya dan beberapa teman saat nongkrong disini. Sengaja saya pilih untuk disajikan didalam cup take away, karena penasaran dengan gelas yang ada logo Ragil nya. Tulisan Ragil dibuat seolah seperti huruf Jawa kuno yang kruwel kruwel mirip mie dan itu cukup artistik. Untuk soal rasa, Kopi Susu Ragil mengadopsi gaya manis gula aren seperti es kopsus kekinian lainnya. Unsur kopinya terbalut oleh susu dan manisnya gula.
Selain minuman dingin, kami pun mencoba secangkir Hot Cafe Latte. Tampil artistik dengan hiasan latte art berbentuk kelinci diatasnya, minuman ini terasa milky dengan unsur kopi bernuansa asam pada single shot espresso yang dituang kedalamnya. Meski belum memenuhi kriteria sebagai jenis cafe latte kesukaan saya, tapi bukan berarti kamu akan engga suka lho ya, balik lagi ke selera masing-masing.
Sebagai cemilan kami memilih Kue Cubit, Sarang Laba-Laba dan Pisang Goreng Kampung. Baik kue cubit maupun sarang laba-laba menggunakan adonan yang sama keduanya kurang mampu membawa cita rasa yang saya harapkan. Seperti ada yang kurang, baik dari segi rasa, taburan topping maupun teksturnya. Pun demikian halnya dengan pisang goreng, karena mereka menggunakan pisang tanduk yang bukan jenis pisang favorit saya, jadi terasa kurang manis, kurang lembek dan kurang sensasi karamel alami...