thomas muliawan

Masih belum nemu bihun bebek yg enak banget di Jakarta. Tapi bihun bebek di sini lumayan juga karena rasa kuahnya tidak pahit seperti bihun bebek pada umumnya di Jakarta. Bihunnya sedikit berminyak, tidak terlalu kering sehingga tidak seret waktu dikunyah. Dagingnya juga empuk dan tidak garing.

Iseng ngemil popia sebelum makan malem. Bentuknya dan rasanya mirip lumpia basah. Dimakan pakai bumbu yg rasanya manis. Isinya ada sayuran dan togenya. Rasanya enak sih, saya suka rasa bumbunya.

Jarang-jarang nemu martabak yg ala medan jadi saya tertarik utk coba. Bentuknya seperti martabak telor biasa, hanya bumbunya yg bikin sedikit beda. Martabak dinikmati dengan cara dicocol atau dicelup ke dalam bumbu karinya. Bumbu ini paduan kaldu ayam dan santan, tidak terlalu kental dan terlihat berminyak. Rasa bumbunya tidak terlalu pedas namun manis dan gurih, aromanya wangi rempah. Martabaknya sendiri berisi daging dan tebal. Kulitnya tidak terlalu garing. Porsinya cukup banyak, bisa utk 4 orang.

Bentuk dan wanginya sudah mirip seperti martabak Bandung, tapi rasanya belum bisa mengobati rasa kangen dengan martabak Bandung. Martabak manisnya terlalu kering, kurang berminyak sehingga kurang legit rasanya. Bagian kulitnya jg kurang garing.

Martabak asinnya juga terlalu tipis. Kulitnya renyah tp isi telornya rerlaku sedikit sehingga tidak balance.

Sinsa hanya ada 2 menu utama yaitu ramyun dan rice bowl. Menunya jg ada yg non halal. Sayangnya semua yg pakai kimchi non halal.
Saya pesan galbi ramyun yg pakai kuah. Utk harga 40rb an dan foto yg menarik di menunya, saya punya ekspektasi cukup tinggi. Waktu pesanan datang, ramyun disajikan dalam ember kecil, isinya ada ramyun, 1 lembar daging galbi (sapi), telor dan lobak. Menurut saya porsinya sangat sedikit, baik ramyun dan toppingnya.
Mienya cukup tebal dan kenyal, daging sapinya jg tebal dan empuk. Utk rasanya sebenarnya muncul dari kuahnya, rasa kuahnya ada perpaduan manis dan lada. Lobaknya rangu dan segar, tapi sayangnya hanya ada 1 potong, gak memuaskan, malah bikin rasanya jadi nanggung. Rasa kuah yg harusnya jadi keunggulan segera hilang karena menunya kurang berisi.
Minumnya kita dikasih air lemon, bukan jus tapi air dgn potongan lemon, gratis.
Tempatnya cukup kecil, tempat utk lalu lalang sangat sempit, jadi pelayan bolak balik cukup mengganggu. Selain itu ruangan agak panas.

Nasi timbel komplit terdiri dari ayam bakar, tahu, tempe, jambal dan nasi. Daging ayamnya empuk merata, bumbunya juga meresap di semua bagian ayamnya. Rasanya dominan manis, tapi saya ga ngerasa bedanya ayam dibakar biasa dan dibakar pake madu dari menu yg saya pesan ini. Aromanya harum tp waktu dimakan sama nasi tahu dan tempe, rasanya ga bisa menyatu. Mungkin kalau tahu dan tempenya dibakar madu (bukan digoreng biasa) rasa keseluruhan akan lebih mantap. Terus pas makan dengan nasi rasanya kurang bumbu, saya akan lebih puas kalau bumbu ayamnya agak banyak dan bisa ditabur diatas nasi.