Darsehsri

Banyak resto atau cafe yang baru buka outlet pertamanya di Bogor, tepatnya di Aeon sentul city, salah satunya Haagen Dazs. Cafe khusus yang menjual ice cream dan minuman berbasis ice cream.
Tempatnya nyaman, kurang lebih modelnya sama dengan outlet-outlet lainnya di Jakarta.

Saya pesan Flower Blossom (Rp.100k), beberapa scoop kecil ice cream yang di topang crunchy waffle. Meskipun sempat agak kecewa karena varian ice creamnya lagi banyak yang kosong, terutama kesukaan saya coffee dan matcha, tapi ternyata rasa mango raspberry dan strawberry juga enak. Asem seger dengan potongan buah didalamnya. Wafflenya gurih manis, dilengkapi potongan strawberry dan whipped cream. Memang rasa sesuai harga.

Pecinta surabi duren sukasari pasti ingat kalau dulu lokasinya berada persis di ujung belokan menuju jalan pajajaran kalau dari arah siliwangi. Sekarang lokasinya bergeser sedikit ke kanan, beberapa meter sebelum belokan.

Menempati sebuah rumah tua, posisinya agak ke dalam, signage terlihat jelas, kalau sudah lihat tungku berjejer, udah deh ngga salah lagi.
Selain semi outdoor juga ada ruangan indoor, tempatnya sederhana, cukup bersih buat saya, paling minta di lap lagi meja yang posisinya di luar, soalnya dekat jalan.

Duren Nangka Keju (13k)
Ini menu surabi manis favorit keluarga, wangi duren dan nangkanya kencang, taburan kejunya melimpah, surabinya berrongga, super enak, moist dan manisnya pas meskipun durennya udah dalam bentuk kinca.

Oncom Keju SPC (13k)
Kalau ini menu asin, lagi lagi favorit keluarga juga, oncomnya gurih, granular gitu, diatasnya diberi mayonaise pedas dan taburan keju parut, kalap deh makan ini, enak banget.

Mozzarella Duren (15k)
Kalau menu ini baru cobain kemarin, enak juga, mozzarella-nya lumer di bagian tengah, antara surabi dan kinca duren, sedap nikmat.

Duren Nangka (11kk)
Ini melted banget, kinca duren sama potongan nangka menuhin surabi yang karena berongga jadi kincanya langsung menyerap ke dalam surabi, nikmat banget.

Pilihan minuman banyak, saya pesan
Es Milo (9k)
Milo Panas (9k)
Es Teh Tarik (9k)

Tapi sebetulnya kalau menikmati surabi ini paling cocok sama teh tawar hangat atau kopi hitam encer khas kota bogor.

Bukan Golfer? Tenang, kamu tetap bisa menikmati makanan di resto ini sambil menikmati pemandangan indah lapangan golf yang hijau dengan latar perbukitan, memanjakan mata dan lidah tentunya dengan aneka sajian menarik disini.
Staff friendly dari mulai kedatangan sampai pulang.

Siang itu saya pilih menu nusantara, Buntut Bakar ala Batu Jimbar (150k), porsinya bikin shock, besar dan potongan buntutnya sedang tapi berdaging tebal. Pelengkapnya ada clear soup, emping dan sambel ijo, nah ini sambelnya mantap banget, super pedas, cocok banget sama selera saya.

Tahu Isi Highland (35k) terasa istimewa karena renyah dengan isian ngga terlalu padat, tapi tasty. Cocolan berupa sambel kecap dengan irisan cabe rawit hijau juga tambahan cabe rawit utuh disebelahnya jadi condiment yang tercocok di lidah.

Burger Gandum (55k) jadi pilihan makan siang saya, sepertinya saya salah baca buku menu yang di scan dari table flyer. Sempat mengira burgernya komplit dengan sidedish dan harganya sekitar 130k, sudah membayangkan tampilannya. Ternyata yang saya order single burger untungnya dari segi rasa memuaskan lidah. Bun gandum charcoal bertekstur lembut, beef patty juicy dan meaty, aroma grilled tercium kuat, dilengkapi cheese dan caramelized onion yang sedikit manis. Super yummy, ada rasa truffle oil diantara patty dan cheese, cmiiw dan meski ukurannya terlihat kecil, tapi mengenyangkan banget.

Orange Juice (45k) berupa jus segar pakai perasan jeruk asli, manis dan asam, pakai es sedikit, jadi puas banget.

Lychee Tea (40k) kesukaan ibu saya juga oke, segar dengan buah lychee kemasan yang mengendap di dasar gelas.

Stunning, itu kata pertama dalam hati saya ketika melihat ambiance UD. Djaya. Gimana ngga, warna merah menyala menghiasi decor coffee shop yang dari luar ngga nampak sama sekali, saya aja sempat ngintip dulu, apa benar letaknya sesuai maps.

Menempati bagian teras rumah, UD. Djaya dari luar hanya berupa rumah mewah dengan garasi terbuka. Banyak kendaraan parkir tapi tanpa papan nama, bikin saya sempat maju mundurin mobil buat meyakinkan haha.

Ruang duduk di dalam hanya diisi kursi bar dan meja panjang, bersebrangan sama coffee bar dengan perabot serba merah dan putih.
Bagian outdoor lebih menarik perhatian saya, sebagian kursi mengisi taman, sisanya adalah area duduk yang mirip konsep washitsu ala Jepang, mohon koreksi kalau saya salah.

Pesan Japanese (21k) dari dua biji kopi yang tersedia saya pilih biji argopuro, aromanya cukup tajam, tapi saat di seruput terasa lembut dan manis, saking enak dan fokus sama cangkirnya sampai lupa foto.

Aneka Cookies(15k/pcs) saya pilih buat menemani ngopi, yang berwarna tosca menarik perhatian, isinya PB&J dan coklat, yummy. Kalau yang merah jelas red velvet, ini juga ngga kalah enak.

Martabak yang paling sering dibeli kalau malam malam lapar, letaknya ngga jauh dari rumah, tapi tetap beli via online karena males keluar rumah dan nunggu.

Ngga pernah mengecewakan, biasanya beli yang classic series. Martabak Keju Coklat Kacang, tekstur kulit martabaknya lembut meskipun tebal. Topping cukup padat, rada susah memang nyuapnya hahaha. Sempat beli yang versi sultan, itu lebih parah usahanya, super tebal dan heboh makannya.

Martabak Tipker Coklat Keju juga wajib order, ukurannya lebih lebar dan tebal dari Tipker kebanyakan, tapi tetap renyah dan puas sama isiannya.

Awalnya agak ragu waktu mengunjungi silver fox karena papan nama kurang jelas, tapi setelah diperhatikan seksama, silver fox memasang papan hanya berlogo fox alias rubah saja. Tapi saat ini udah lebih gampang, ada tulisan Bike2wash besar di area depan gedung yang menaungi beberapa tenant didalamnya.

Dua kali berkunjung kesini pesanan saya masih sama, Japanese (40k) dengan biji puntang. Meski pakai es batu agak banyak, tapi rasa manis masih berjejak di lidah setelah menyeruputnya.

Chocolate Croissant jadi pilihan kudapan, terlihat biasa tapi ternyata cukup buttery dan isian coklatnya dark chocolate yang ngga terlalu manis.
Sayang sekali outlet makanan disebelahnya tutup kalau malam, padahal waktu kunjungan pertama saya dibuat ketagihan karena selain enak juga harganya sangat terjangkau.

Mengusung konsep semi outdoor, Milang Kala menempati sebuah rumah di jalan raya utama yang ramai. Area parkir untuk kendaraan roda dua tersedia di dekat pintu masuk, sementara roda empat selain bisa di tepi jalan juga bisa menumpang di area parkir mini market sebelah.

Area tempat duduk cukup nyaman dan bersih, playlist enak kalau aja suaranya sedikit kecil. Dinding coffee shop di hiasi foto foto jaman dulu, wastafel kecil dibuat menarik dengan hiasan tanaman hijau disekitarnya.

Milang kala di ambil dari bahasa sunda yang berarti mengejar waktu, sudah pasti ada filosofi di balik pemilihan nama, tapi saya ngga menanyakan lebih jauh sama baristanya.

Siapa sangka minuman non kopi disini bikin saya ketagihan berat, Es Goela Kelapa (19k) saya pesan dengan request gula sedikit. Minuman manis segar tapi ngga bikin enek ini sungguh cocok pas lagi craving minuman non kopi. Buah kelapa muda di blend, tapi ngga sampai lumat, dengan tambahan coconut cream sauce, vanilla ice cream dan palm sugar.

Es Kopi Nusantara (23k) terlihat creamy tapi pas di seruput ternyata cukup bold, ini juga enak sesuai selera saya.