Chibiy

Ini kunjungan pertama saya ke Warung Kopi Purnama. Awalnya penasaran karena kedai kopi ini konon sudah berdiri sejak jaman dahulu kala dan masih eksis sampai sekarang, yang ternyata akhirnya saya baca di menu-nya, established sejak tahun 1930.

Begitu memasuki Jl. Alkateri, kesan "jadul" memang sudah sangat terasa dengan deretan bangunan tua ber-GSB nol. Sempat bingung mau parkir dimana karena jalan tersebut cukup sempit. Ternyata tidak jauh dari Warung Kopi Purnama, ada parkir basement milik Hotel di seberangnya (saya lupa namanya), jadi bisa parkir mobil di sana.

Kesan "jadul" kembali terasa pada interior Warung Kopi Purnama. Saya memilih tempat duduk outdoor untuk dapat bisa merasakan sejuknya udara Bandung pagi itu. Meja dilapisi dengan keramik motif jadul. Begitu pula dengan kursinya. Walaupun ada beberapa orang yang merokok di bagian outdoor terrace ini, namun karena penghawaan yang baik, bau rokok menjadi tidak terlalu menganggu.

Sesuai beberapa review yang pernah saya baca, saya pesan roti tawar kukus dengan selai srikaya mereka. Memang benar, rotinya sangat lembut dan rasa selai srikaya homemade-nya memiliki rasa manis yang pas. Very recommended! Panganan lain yang saya pesan adalah lumpia goreng (saya lirik-lirik beberapa meja di sekitar saya, mereka pun memesan lumpia goreng ini). Ukurannya pas untuk jenis bite sized, rasa isi dan tekstur kulitnya pun garing dan enak, namun a little bit oily seperti belum ditiriskan sempurna.

Untuk minumannya, saya pesan kopi hitam panas dan kopi susu panas. Overall sebenarnya oke, namun menurut saya masih kurang strong rasa kopinya. Untuk kopi susunya, terlalu manis untuk saya.

But sure I will be back here untuk mencoba menu lainnya dan repeat order si roti selai srikaya . And I love the ambience here...

Setiap ke Bandung, hampir selalu pasti makan di Rumah Makan Laksana ini. Walaupun cabangnya ada beberapa tersebar di Bandung (ada juga di Jakarta), tapi tetep ngerasa lebih "afdol" kalo makan yang di cabang Jl. Soekarno-Hatta, Bandung. Tempatnya sekarang sudah direnovasi jadi lebih nyaman dan lapang.

Seperti layaknya rumah makan khas Sunda, segala macam panganan diperlihatkan di depan mata untuk kita ambil sendiri (makanya bisa kalap kalo nggak tahan iman), kemudian baru kita bayar di kasir. Beberapa jenis makanan biasanya dipanaskan terlebih dahulu kembali oleh mereka (digoreng/dibakar kembali).

Favorit saya tetap sambelnya. Dulu mereka sempat menyediakan dua jenis sambel, yang satu si super pedas, yang lainnya lebih "wajar" pedasnya. Namun sekarang sudah kembali ke hanya satu jenis sambel, si sambel super pedas yang dihidangkan. Walaupun saya selalu end up kepedesan, tapi nggak pernah kapok buat selalu "nyocol" sambelnya. Dan menariknya lagi, sambelnya GRATIS dan overflow yang disajikan dengan lalapan. Lapapannya segar sekali, daun seladanya benar-benar terlihat fresh dan dicuci bersih. Begitu juga dengan kemangi dan kol putihnya.

Dikarenakan saya pecinta jeroan, dan menurut saya iso di RM Laksana ini so far the best iso i've ever tasted! Rasanya sangat gurih dengan taburan bawang goreng di atasnya. Paru gorengnya pun sangat lembut dan empuk. Ayam goreng dan ati ampla goreng juga digoreng dan dibumbui dengan tekstur yang sangat pas, tidak terlalu kering. Hidangan lain yang saya pesan adalah oncom leunca, porsinya cukup banyak (cukup untuk berdua).

Untuk harga, sebenarnya cukup pricey tapi masih worthed. Untuk jeroan, dihargai 15k/pcs. Namun tidak pernah kapok "kepedesan dan kepedesan lagi" di RM Laksana ini.