Marissa Setiawan

First thing in mind kalau ngomongin Locale 24 adalah dekorasi luar restorannya yang unik dan lucu! Eye catching banget di antara restoran-restoran sekitarnya yang hanya bermodalkan papan nama ataupun outdoor dining. Resto yang satu ini memajang bus di depan restonya yang ngebuat kita penasaran seperti apa sih dalamnya. Untuk dekorasi indornya, bisa dibilang mirip dengan diner-diner yang kita liat di film-film luar negeri, dengan tema warna turquoise. Ada pilihan untuk duduk di bar untuk sekedar minum-minum, tapi ada juga table-table untuk makan. Waktu saya ke sana, saya pesan makanan andalannya yakni Surf and Turf yang pada intinya menyajikan daging ayam, sapi dan ikan. Untuk rasa yah boleh lah, tapi menurut saya mereka cukup royal dalam penyajiannya dagingnya. Kenyang deh makannya. One good place to hang out in Jakarta!

Es krim yang satu ini punya moto yang unik banget! Served upside down or it's free! Sebenernya tujuannya lebih ke nyajiin es krim yang belum mencair sih. Jadi sebelum dikasih ke kita, pelayannya bakal nunjukin ke kita es krimnya di tebalikin dan ga tumpah. lucu yah! dari dulu sampe sekarang saya masih demen aja sama es krim ini. 

Resto yang satu ini terletak di Plaza Indonesia, tepatnya di Plaza Indonesia extention. Resto ini untuk suasananya biasa saja dan terkesan hanya seperti pop up restoran saja karena ada di pinggiran jalanan tempat orang berlalu lalang yang hanya disekat dengan dinding pendek saja. Untuk makanan pun menurut saya juga standard dengan harga yang standard juga. But apparently tempatnya sering ramai sih. Mungkin tastenya ga begitu cocok yah di lidah saya. 

Kalau kepengen makan western food yang enak tanpa perlu merogoh kocek yang dalam, tempat yang satu ini perlu di coba. Dibanding dengan harganya yang terbilang murah untuk makanan sebangsanya, rasanya pun tergolong enak. Makanan favorit saya adalah Chicken Maryland Steak. Enak lho dan dilengkapi dengan sejumput salad dan french fries. Untuk resto yang lokasinya di Kota Kasablanka, suasananya biasa saja. Menurut saya kurang enak buat nongkrong. Tapi oke lah buat makan. 

Salah satu makanan favorit saya selama saya belajar di Beijing adalah ayam Korea yang crispy dan berbumbu yang yummy banget buat di makan. Setelah pulang sekitar 2 tahun dan terus ngidam-ngidam ayam Korea yang enak itu, akhirnya teman saya yang dulunya juga kuliah di Beijing memberitahu saya kalau ada ayam Korea yang enak di Jakarta, namanya Chicken Phong. Jadi resto ini ada di Senopati dan ada juga yang di MOI Kelapa Gading. Untuk suasana, saya lebih prefer yang di Senopati. Tempatnya luas dan suasananya yang lebih cozy untuk makan, nongkrong dan minum soju. Penerangannya dibuat temaram yang membuat kita santai dan relax. Untuk rasa, i have to saya that this one is good. Hampir menyamai kelezatan ayam Korea kesukaan saya di Beijing. Yang membedakannya adalah ayam yang di Chicken Phong ini masih ada tulangnya dan tidak dibuat seukuran bite size. Jadi perlu effort lah buat makannya. But, it is totally worth it!!!! Recommended place to have Korean Chicken!

Setelah capek jalan-jalan mengitari Grand Indonesia, adik saya yang notabene perokok mencoba buat cari tempat untuk melepas lelah sejenak di tempat yang menyediakan smoking room. Karena ga mau makan berat, akhirnya kita memutuskan untuk santai sejenak di Excelso yang terletak di depan Air Mancur yang ada di West Mall. Untuk non smoking area, letaknya di luar ruangan dan langsung menghadap air mancur. Selain bebas asap rokok, kalau tidak banyak penonton yang berjubel buat non air mancur yang menari-nari setiap 1 jam nya kita bisa loh menikmati show nya sambil duduk ngopi-ngopi di sini. Sedangkan untuk para perokok, seperti yang saya bilang sebelumnya, ada smoking roomnya. Ukuran smoking roomnya jauh lebih besar dari pada non smoking space nya. Yang ngerokok pas lagi saya di sana juga banyak banget. Bau banget deh tuh asep rokok. Tapi adik saya yang perokok sih santai aja dengan baunya. Untuk non smoker justru yang kalau bisa jangan nongkrong di sini, yang judulnya udah pasti jadi perokok pasif. Waktu itu saya coba pesen apple crumble. Rasanya sih lumayan lah. Boleh lah dipesan kalau lagi kepengen nyemil-nyemil.

Resto yang satu ini cocok banget buat ngadain acara keluarga, terutama untuk orang-orang Chinese. Suasananya mirip seperti restoran-restoran Chinese pada umumnya, dilengkapi dengan meja-meja bundar berukuran besar. Untuk makanan sih lumayan cocok di lidah saya yang dibesarkan oleh papa saya yang notabene cinta banget sama Chinese food sampai mao kemana-mana aja (Bali, Singapur, Malaysia, dll) yang dicari tetep Chinese food. Kalau mao family gathering tapi udah bosen sama resto Chinese food yang lain, boleh cobain resto yang satu ini. Harganya juga ga mahal kok.

Pertama kali denger nama Lotteria, ga kebayang sih makanan apa yang ditawarkan. Yang langsung kepikiran di otak saya pasti ini makanan Korea. Yah bener sedikit sih. Secara yang dijual Lotteria lebih seperti fast food yakni burger dan french fries. Tapi ada juga sih menu koreanya, yaitu chicken ala Korea. Kalau menurut saya, resto ini masih kalah sih sama resto sekalibernya yang juga mengusung fast food sebagai menu utamanya. Ayam koreanya juga tergolong biasa saja. Mungkin kalau buat cobain aja sih oke lah sekali-sekali, cuma kalau untuk balik lagi mungkin enggak yah.

Setelah lama ngidam makan makanan yang banyak dipinggir jalanan Beijing, yakni shao kao dan ma la tang, akhirnya ada juga yang buka di Jakarta, tepatnya di PIK. Shao kao sendiri sebenarnya adalah bermacam-macam makanan, seperti crab stick, baso, daging, jamur, dsb yang ditusukkan ke tusuk sate yang kemudian dipanggang. Ma la tang sebenarnya juga sama seperti shao kao, tapi sate-sate tersebut bukan dipanggang, tetapi direndam di kuah yang dicampur dengan ma la. Ma la itu sendiri adalah cabai khas Cina yang tidak terlalu pedas, tapi membuat rasa lidah kita menjadi baal. Kalau di Beijing, biasanya shao kao dan ma la tang dijual di pinggir jalan dan hanya ada saat malam hari saja. Untuk ma la tang biasanya ditambahkan lumuran saus kacang yang tidak terlalu kental yang enak dimakan terutama di malam yang dingin. Pas saya datang ke resto yang satu ini, saya excited banget. Kangen sama makanan Beijing. Saya cukup kaget dengan penyajian ma la tang nya berbeda dengan yang di Beijing. Di sini ma la tang nya tidak diberikan bumbu kacang, namun disajikan dengan kuah-kuahnya. Padalah waktu di Beijing kuahnya itu hanya untuk rendaman saja lho, bukan untuk di makan. Suasananya sih tipikal suasana resto di pik yang santai-santai. Kalau kangen Beijing, boleh lah mampir ke sini untuk sekedar melepaskan kangen sama makanannya. Tapi jangan over expected yah.

Tempat curry yang satu ini terletak di City Walk Sudirman. Suasana yang ditampilkan lebih seperti restoran cepat saji. Untuk memesan makanannya, kita harus memesan langsung ke depan, dan bukan didatangi dan diberi menu untuk pesan dari meja. Untuk rasa, menurut saya kurang yah. Porsinya juga tidak terlalu besar. Tapi resto ini menyajikan ocha yang bisa di refill. Jadi mungkin kalau untuk nongkrong atau belajar lama-lama di sini mungkin lumayan cocok mengingat resto yang tidak terlalu ramai juga.