Darsehsri

Konsep resto satu ini tematik dan terasa berbaur dengan lokasinya, berada di ujung area pecinan surya kencana bogor, tampilan exterior Hawche Dimsum Bar berwarna merah menyala, dengan hiasan lampion dan aksara cina menyambut pengunjung.

Bangunan yang ditempati Hawche sendiri berupa bangunan kuno dengan tiang besar, masuk ke dalam, suasananya mirip kedai makanan yang suka tampil di film film mandarin, didominasi warna merah dan coklat, penerangan juga redup, ditemani track list lagu lagu shanghai yang legendaris dan populer, momen makan dimsum pun terasa beda jadinya.
Rasa makanan juga enak, sesuai tagline "a taste you won't forget"

Pilihan dimsum cukup variatif, semuanya no pork dan no lard, jadi aman. Harga juga sangat terjangkau. Hampir semua menu disini sudah saya coba dan hampir semuanya juga favorit saya, sebut saja dimsum mentai, Lo hai Mai, rou Mai, di cocok ke dalam dipping sauce atau chili oilnya enak banget.

Untuk minum, pilihan favorit ada Huang Cha yang segar atau minuman botolan legendaris, cap badak.

Semakin banyak resto yang hadir di Aeon mall Sentul city, salah satunya Ta Wan yang cabangnya ada di mana mana.
Interior di cabang ini lebih modern dan fresh, biasanya interior Ta Wan di dominasi warna coklat saja, tapi disini ada unsur tosca dan gold juga, terlihat lebih Lux.

Salah satu alasan setiap mampir Ta Wan, pasti karena lagi kangen sama buburnya. Bubur Ta Wan memang beda, smooth dan tasty, favorit saya bubur ikan dan bubur sapi.

Lumpia Lie Hong Kian juga masih jadi favorit saat pesan bubur, teksturnya padat, rasanya enak.

Satu lagi, Kulit Ayam Cabe Garam di pesan buat jadi pelengkap bubur, sayang sekali rasanya agak enek dan cabenya terasa pahit di lidah, mungkin masaknya kelamaan.

Bukan pecinta otomotif aja yang nongkrong disini, tapi yang suka kopi enak juga kumpul di Otobull. Konsepnya oke banget, sesuai sama hobi owner-nya yang suka otomotif, setiap sudut coffee shop ini penuh atribut otomotif.

Satu motor gede alias moge menghiasi sudut ruangan dekat tangga, bagian kasir juga pakai bagian depan sebuah mobil kenamaan di jamannya.
Mural mobil, onderdil motor juga menghiasi lantai dua yang ruangannya ngga kalah luas dengan lantai satu, dilengkapi peralatan untuk sisha juga.

Mampir sebentar sebelum kembali beraktivitas, saya dan teman pesan Fish n Chips (35k), enak juga, porsinya lumayan banyak, potongan ikan dorinya juga agak tebal, French fries renyah dan agak asin sesuai selera saya.


Kopi Susu Otobull (25k) juga ngga mengecewakan, meski kelewat bold tapi masih oke, rasa cream-nya juga masih terasa di lidah.

Pesanan teman saya berupa Coffee Latte (28k) juga cukup bold, cocok buat yang suka latte kental dan rasa kopinya sedikit lebih strong.

Tanpa basa basi, Sama Dengan Coffee membuka cabang terbarunya dengan nama yang sama dengan nama lokasinya, Pasir Angin. Bagi yang akrab dengan area sekitar puncak, pasti sudah ngga heran dengan suasasa asri adem, tapi di Pasir Angin sedikit berbeda. Spot ciamik jadi sasaran pengunjung disini, kalau cuaca lagi cerah, kita bisa melihat pemandangan tiga gunung terkenal di bogor dari kejauhan.

Bisa ditempuh sekitar 15 menit dari pintu tol ciawi bila kondisi sedang lancar. Area outdoor luas, hutan Pinus mengelilingi area resto. Tersedia musholla juga di bagian indoor.

Disini ada beberapa menu yang ngga saya jumpai di cabang lain, seperti Putri Mandi (48k), dessert cantik yang punya tiga varian berbeda, ada yang isi kacang merah, kacang tanah dan original. Secara tampilan juga cukup menarik.

Tiga pesanan main course saya dan teman teman, ada Ravioli Chicken (70k), Mie Tek Tek (58k) dan
Ravioli Sweet Potato (65k).
Pesanan saya ravioli chicken yang cukup creamy, tekstur ravioli juga lembut dengan isian minced chicken cukup padat dan enak.

Sweet Potato Fries (45k) seharusnya jadi menu pembuka acara makan siang, tapi malah saya order saat tengah menyantap main course. Ubi goreng berbentuk stik ini cukup renyah.

Untuk minuman, saya pesan Infused Water (35k) segar, cocok buat sesudah makan.
Dua menu minuman berikutnya ngga boleh dilewatkan, karena special disini memang kopinya. Saya pesan Mochachinno (35k) dan teman saya pesan V60 (35k), untuk Mochachinno cukup bold, enak diseruput saat kondisi masih hangat, maklum udara mulai dingin menjelang sore hari. Sementara V60 pesanan kelihatannya juga enak, sayang sekali saya ngga bisa cicip karena perut sudah full.

Agak tergelitik sama nama cafe ini, bukan cuma berlogo monyet, tapi didalamnya juga berhias boneka monyet besar dengan pernak pernik kekinian.

Sudah dua kali mampir buat menikmati pisang gorengnya, yup! Pisang goreng crunchy disini memang juara, potongannya tipis-tipis dengan kulit tebal tapi renyahnya bukan main. Disajikan dalam box berwarna coklat yang siap di takeaway atau santap di tempat, sesuai kehendak pembeli.

Favorit saya Pisang Goreng Original (15k) ini udah pakai taburan gula aren, jadi makin mantap. Rasa pisangnya sendiri sudah manis, kulitnya agak asin sedikit.

Satu lagi yang topping keju (25k), sama enaknya hanya ditambahi parutan keju saja.
Kalau suka varian lain, ada yang oreo dan coklat juga.

Untuk minuman yang ditawarkan, selain kopi juga ada non kopi. Saya kurang cocok sama es kopi susunya yang terlalu manis karena pakai susu kental manis.

Sedikit mengarah ke selatan Bogor, contrive hadir di area yang cukup jarang ada coffee shop. Konsepnya mengutamakan area outdoor, kalau datang di pagi atau sore oke juga nongkrong di rooftopnya. Area duduk indoor menyatu sama coffee bar, ngga terlalu luas tapi cukup nyaman.

Contrive by lampion, kalau pecinta mochi sukabumi pasti ngga asing lagi dengan brand lampion yang sudah terkenal itu. Betul sekali, jadi ini satu grup dengan lampion mochi.
Sayangnya disini ngga menjual mochi yang saya maksud, padahal lumayan banget kalau ada bisa untuk buah tangan dan ngga perlu jauh jauh ke sukabumi.

Saya pesan menu :
Es Kopi Susu (25k)
Cukup bold dan creamy, enak, sesuai selera, saya request less sugar.

Risoles Smoked Beef (15k)
Ini risoles Smoked Beef mayo yang banyak ditemui di tempat lain, untuk ukuran dan rasa kurang sesuai sama harga, agak pricey.

Soes Durian (30k)
Isinya empat buah soes kecil kecil dengan filling durian yang cukup enak, kalau ini sesuai harga, mengingat buah duriannya sendiri cukup mahal kan.

Dengan lahan parkir terbatas, Juliette tampil berupa rumah mewah dan vintage decor yang cukup menawan. Saya suka sama ceiling tinggi, dengan sentuhan rustic-nya, bunga artifisial yang nampak dramatic di area tangga, perabot vintage dengan warna warna bold, juga lighting yang terkesan deep, cocok buat dinner disini.

Menu makanan disini kebanyakan fusion japanese-indonesia dish, ekspektasi cukup tinggi saat melihat menu makanannya. Ini beberapa yang saya coba :

Pandora's Box (84k)
Beef Hamburg dengan demiglaze sauced yang tersembunyi di dalam alumunium foil. Ukurannya sedang dan teksturnya cukup padat, meskipun saucenya cukup banyak tapi beef hamburg-nya sendiri agak kering bagian dalamnya. Sauce-nya cenderung manis dan agak asin, jadi bukan gurih, ada beberapa potongan jamur dan bawang bombay menyatu dengan sauce.
Pelengkapnya ada kentang rebus dan veggie yang sudah di grilled, rasanya cukup enak, agak manis.

Rare Cheese Cake (45k)
Secara presentasi cukup oke, untuk rasa ini kurang lebih seperti cream cheese yang dibekukan dengan based crackers, diatasnya ada sepotong lemon glazed dan sauce lemon? sayang sekali rasanya nanggung, kurang asam dan kurang manis.

Croquette (35k)
Ini menu yang paling lumayan, bagian luarnya renyah dan isiannya lembut. Dagingnya terasa, asinnya juga pas dan condiment-nya enak.

Peach Tea (25k)
Tempat vintage, keren, ekspektasi udah tinggi aja, ternyata pas datang peach tea dalam gelas yang biasa buat menu minuman dingin, tanpa buah peach, cuma sirup, sekian.

Hot Tea (15k)
Overpriced, teh tawar lima belas ribu dengan gelas minuman tinggi kaya buat soft drink. Kalau tempat cakep gini minimal pakai cangkir cakepan dikit biar ngga merasa kemahalan karena teh tawar pahit lima belas ribu