Darsehsri

Banyak kelebihan Kenjiro yang menurut saya ideal buat sebuah restoran jepang. Mulai dari eksterior yang nampak apik, desainnya mirip sebuah rumah besar bergaya arsitektur jepang, parkiran juga luas. Bagian interior diberi sentuhan serba kayu, serba berwarna krem tua, juga bebatuan yang sengaja di pajang, menambah kesan artsy. Lighting cukup soft, dibantu pencahayaan alami, memudahkan buat foto makanan.
Selain ambiance yang nyaman, restorannya juga bersih, di lantai satu terdapat sushi bar dan meja kursi yang bisa menampung banyak pengunjung, juga dua private dining room yang bisa dipakai dengan nominal minimum order tertentu.
Sementara di lantai dua yang dilalui lewat anak tangga di balik pintu yang ngga saya sangka ternyata menuju lantai dua, seluruh ruangan diisi oleh private dining room.

Pelayanan disini juga cukup baik, staff ramah dan selalu siap membantu kala dibutuhkan. Standby di dekat meja pengunjung.

Pesan beberapa menu diantaranya :
Jalapeno Tuna Roll (93k)
Sushi yang berjumlah 8 potong ini so pinkish, tuna segar menutup bagian atas sushi, sedikit pedas dari mayonaisenya. Sushinya enak, terasa ngeblend di mulut antara avocado dan kyuri segar bertemu jalapeno pedas.

Mentaiko Yaki Onigiri (65k)
Onigiri paling menarik, bagian atas onigiri diberi telur ikan pollack yang digarami, asin banget soalnya. Sementara onigirinya padat, berwarna kecokelatan dan terasa gurih, ini bikin ketagihan, meskipun bagian atasnya terasa asin tapi sensasi gurih dari telur ikannya tetap terasa kok.

Beberapa menu kushiyaki disini juga cukup bikin penasaran, pilihannya bisa berbumbu manis atau asin. Diantara Gyutan Kushiyaki (26k),Chicken Wings Kushiyaki (23k),Chicken Skin Kushiyaki (18k), Sishamo Kushiyaki (27k),Chicken Heart Kushiyaki (17k), favorit saya chicken skin sukiyaki, renyah dan asin.

Coffee shop baru di kawasan bantarjati, bersebelahan dengan barbershop. Fasodera terdiri dari dua lantai, ngga menghilangkan desain awal sebuah rumah, tapi hanya menambah beberapa ornamen aja pada interiornya.

Masuk kesini mengikuti protokol kesehatan, cek suhu tubuh pakai mesin monitor dan cuci tangan/pakai hand sanitizer dahulu sebelum masuk.

Staffnya ramah semua, mereka cukup care sama pengunjung. Selama disana ditanya soal rasa makanan dan minuman.

Fasodera famous jadi minuman signature rekomendasi baristanya, memang enak, creamy banget tapi rasa kopinya tetap terasa.

Hot Latte juga tampil rapih, selain itu rasanya juga bold, seneng deh kalo ngopinya enak begini.

Buat makanan pesan Baked Broccoli Potato (kalau ngga salah namanya) disajikan hangat, enak, creamy dan cheesy, bertabur parsley diatasnya, simple tapi enak.

Lain halnya sama Pizzanya, terlalu asin buat saya, jadi makan satu aja kayanya udah enek.

CLC menempati bangunan ex janjian coffee, sekarang lebih luas sedikit dan tetap menarik, terutama bagian outdoor belakang alias pine backyard yang tentunya dihiasi pohon pinus rindang.
Jajaran meja kursi cukup menampung banyak tamu, disini bawaannya betah kalau nongkrong, hawanya adem.
Area indoor diisi coffee bar yang cukup luas dan beberapa pasang meja kursi juga. Pelayanan disini cukup baik, staff ramah sama pengunjung.

Pesan Es Kopi Cinta, cukup strong meski tetap creamy, enak kalau es batunya mulai meleleh. Segelas aja udah puas banget sama rasanya.

Es Kopi Klepon juga unik, sekilas mirip matcha setelah di aduk, minuman ini manisnya pas, rasanya tentu saja klepon banget, ada sensasi manis kelapa dan sedikit pandan didalamnya.

Rasanya kaya bukan lagi di bogor barat, resto ini kental sama nuansa oriental china, dari tampak muka aja sudah di sambut gerbang berwarna merah. Masuk ke dalam, ada outdoor seating area diantara pepohonan, mirip hutan mini. Pilihan tempat duduk lainnya ada di bagian kanan resto, masih dengan konsep yang sama. Umbrella chinese menggantung di sana sini, perabot jadul lainnya menghiasi setiap sudut resto. Tempatnya luas, sudah pasti banyak spot foto juga.

Menu yang ditawarkan cukup variatif dan rasanya juga lumayan enak, hanya saja pelayanannya lama. Saya suka olahan mie kuah (27k) disini, seger, kuah kaldunya terasa.
Nasi kerucut paru goreng (40k) juga nikmat, satu paket sudah lengkap dengan tempe tahu dan sayur asem.
Kalau untuk siomay, tahu goreng, pisang kipas dan roti maryam rasanya biasa aja, semua menu tadi harganya di pukul rata, 20k/porsi.
Es jeruknya layak dicoba, segar, sayang sekali lupa foto.

Dinamakan rumah matoa dengan salah satu alasan di halaman area coffee shop ini ditanami pohon matoa. Coffee shop ini sendiri pindahan dari area cimanggu. Jarak dari pintu masuk sampai rumah matoa agak jauh dan unik, kita melewati area hutan kecil dulu, tapi pas sampai terbayar sama suasana dan pemandangannya.

Menempati sebuah rumah sederhana, Rumah Matoa cukup homey buat bersantai. Pilihan tempat duduk, bisa di area dalam coffee shop, teras halaman belakang atau yang lebih asyik lagi area piknik di halaman depan coffee shop. Betul, pengunjung bisa piknik disini, disediakan alas piknik dan bean bag, tinggal bilang aja sama ownernya yang ramah sekali, atau melalui staff disitu juga bisa.

Menu cukup variatif, mulai dari cemilan sampai makanan berat. Karena habis makan siang, jadi kesini memang berniat ngopi sambil ngemil aja.

Saya suka Es Kopi Susunya, rasanya pas, ngga terlalu kental juga ngga encer. Kudapan yang saya pesan juga cukup enak, ada churros, colenak dan pisang bakar.