I vote this one as the worst sundanese food I've ever eaten so far. I don't know why people even bother to queque to get this terrible food.
Yes it's quite cheap but there was nothing nice here. All the food were cold even the rice was cold. When you eat this kind of food rice must be steaming hot or at least warm. I order tutut (kind of shellfish) because It's look unique and yummy however it was so bad... i try to sucked and it didn't even move so you have to use toothpick even that it was still need lots of hard work and at the end we gave up to eat it and still left 3/4 bowl.
All 3 Sambals also not tasty at all. Maybe the only things edible were the eggplants, fish head and the drinks.
Eating here was bad choice and won't not come back.
Menu yang dipesan: sotong, terong balado, Jengkol, kepala ikan, tutut, tumis daun ubi, bandeng presto, Cumi
Tanggal kunjungan: 05 Agustus 2017 Harga per orang: Rp. 50.000 - Rp. 100.000
Restoran ala sunda dengan sistem prasmanan alias ambil sendiri. Menunya cukup bervariasi. Gua ambil ayam goreng,tutut(keong sawah),jengkol,tahutempe,pepes usus,perkedel dan ada cendol yang lumayan menyegarkan. Makan tutut lumayan ribet,mesti dicongkel pake tusuk gigi atau garpu kecil sambil disedot. Rasanya cenderung ke tawar dan amis,tapi ini menu yang banyak dipesan. Honestly rasanya sih biasa aja. Mungkin yang bikin rame harganya lumayab murah,gua makan segitu banyak cuma 70k.
Tanggal kunjungan: 05 Agustus 2017 Harga per orang: < Rp. 50.000
Saya tahu warung nasi ini dr medsos, udh dr bbrp tahun lalu. Baru sempet nyoba pas liburan Lebaran 2017 ini.. haha (saking banyaknya kuliner Bdg yg hrs dicobain)
Suasananya warung Sunda-an dgn lauk pauk berjejer yg bikin bingung. Penggunaan alat makan jadoel, yg bikin warung ini unik. Piring dan cangkir kaleng, ala jaman saya anak2 dulu.
Rasa masakan Sunda nya otentik banget. Ada masakan2 Sunda yg justru jarang ada di resto2 Sunda fushion, spt : ulukutek leunca, tutut (keong sawah), jengkol balado, PEDA bakar dan lalapan dedaunan mentah macam selada air dan seledri.
Saya pribadi mmg penggemar makanan Sunda dan lalapannya. Dan menurut saya Nasi Bancakan ini mirip bgt dgn menu lauk pauk Sunda yg saya suka makan di Kasepuhan (desa adat Sunda) di daerah Sukabumi.
Meja2 nya memang ala kadar, tp pemiliknya cukup smart dengan mengatur pengunjung utk tidak duduk dulu sblm antri ambil makanan. Pelayannya jg sigap membersihkan meja setelah ditinggalkan pengunjung. Teh hangat gratis ambil sendiri sekembungnya.. haha
Harga nya relatif sih. Kalau kalap, ambil macem2 lauk pauk yg menggiurkan, ya pasti jadi mahal. Tapi kalo menu minimalis cuma nasi sama peda bakar, lalap pete bakar dan dedaunan sih, murmer jadinya...
Seru dan kalap makan di sini..!!
Menu yang dipesan: Nasi merah (setengah), peda bakar, tempe balok, Bakwan Jagung, ulukutek leunca, cumi kecap, sambal lalap
Tanggal kunjungan: 01 Juli 2017 Harga per orang: < Rp. 50.000
Nasi Bancakan di Bandung ini emank terkenal karena dia autentik (kata temen2 bule gua). Setelah gua masuk, gua mengerti karena emank dekorasinya autentik banget. Tempat duduknya ada yang lesehan dan kursi. Trus yang jaman2 kuno gitu
Tipe makanannya seperti pada masakan sunda lainnya, ngambil2 gitu. Kalau nasi dan sayur2an, terserah kita mau ambil brp banyak. dia sediain banyak. Kalau mau hemat, bisa ambil nasi segunung dan sayur 1 biji tapi banyak banget Kalau ayam atau ikan gitu sih yah itungannya per potong
Sayang sekali namun, rasanya itu ga enak! Gua jarang banget ga abisin makanan, tapi disini makanan gua ga abis Ayamnya keras, daging ikannya kayak ga mateng sayur kentangnya kayak udah dingin dan dah lama banget Paling mending cuma nasi liwetnya doank, lauk pauknya sih parah banget deh
Hal lainnya juga ga mendukung seperti harga dan kebersihan. Harganya tergolong mahal sih kalo menurut gua. Terus piring yang dipake tuh bener2 yang piring jaman dulu, ada bekas2 paku gitu, jadi berasa ga bersih makannyaGa akan gua kesini lagi
Tanggal kunjungan: 12 Juni 2016 Harga per orang: Rp. 50.000 - Rp. 100.000
baru kemarin kami kesini, kami org jakarta yg lagi jalan2 ke Bandung, dan mau mencicipi makanan sunda di Bandung yg terkenal, tapi apa yg kami dapat tidaklah sesuai seperti yg kami bayangkan,restoran ini ternyata tidak sesuai dgn lidah kami org Jakarta. variasi makanannya memang luar biasa banyak, tapi tidak fresh, kami datang pukul 2 siang, jadi semua makanan yg kami makan seperti tumis kankung, cah jamur, terong balado,sotong,bahkan nasi liwetnya semuanya disajikan dalam keadaan dingin, entah jam berapa mereka selesai memasak masakan tersebut, yang bener2 nikmat cuma sambal terasi,lalapan mentah,ayam goreng, dan udang goreng,karna memang lauk-pauk tersebut akan digoreng lagi sebelum disajikan,tapi aneka makanan yg banyak disajikan prasmanan itu rasanya biasa saja, mirip kaya masakan di warteg,nothing special, memang rasa makanan panas yg disantap lansung setelah selesai dimasak gak bisa disamakan sama masakan yang sudah dingin karna dimasak 3-4 jam yang lalu
Menu yang dipesan: Nasi Liwet, tumis kankung, cah jamur, ayam goreng pejantan, ayam goreng broiler, es gobyong, terong balado, Udang Goreng, Cumi
Tanggal kunjungan: 19 September 2020 Harga per orang: < Rp. 50.000