Jessica | IG: @snapfoodjourney

Bertolak belakang dengan kunjungan pertama saya di kafe ini yang saya berikan 5 bintang untuk semua aspek, kali ini saya terpaksa harus memberikan 1 bintang.

Cerita bermula dari saat saya akan menuju kafe ini. Pada kunjungan pertama, saya menuju ke kafe ini menggunakan jasa transportasi online pada weekday. Kali ini, saya menggunakan mobil pribadi saat weekend. Tempat parkir saat itu cukup penuh, mobil-mobil diparkir baik di kiri maupun kanan jalan. Saya pun akhirnya parkir di area parkir persis di sebelah Suave, yang berlokasi di seberang Roempi. (Di sebelah Suave, ada sebuah tempat semacam klinik atau semacamnya). Kebetulan, saya juga ingin mencoba Suave yang saat kunjungan pertama ke sini tidak kesampaian. Saat parkir, tidak ada petugas yang membantu saya parkir, saya melihat hanya ada satu petugas parkir yang sedang mengatur parkir di seberang jalan, depan Roempi.

Saya pun turun dan melihat sepintas Suave yang tiada pengunjung. Ternyata, Suave sedang ditutup dan baru akan buka hari Minggu jam 1 siang. Saya pun akhirnya menuju ke seberang jalan ke arah Roempi dan makan di situ.

Suasana Roempi saat saya datang cukup ramai dan penuh, dengan adanya live music. Seru dan pas buat nongkrong.

Makanan yang saya pesan:

-Nasi goreng cikur: nasi goreng dengan kunyit dan kencur. Rasanya agak pedas dan aroma seperti jamu. Aromanya terlalu kuat menurut saya.

-Nasi goreng kampung: ini enak! Gurih dan semua teratsa pas.

-Nasi campur bandung daratan: saya suka tahu goreng tepungnya, gurih di luar dan empuk di dalam. Lauk lainnya juga tak kalah enak.

Selesai makan, saya kembali ke mobil. Namun, ternyata area parkir tersebut sudah dipagari karena lampu klinik dan Suave juga sudah dimatikan. Saya pun akhirnya mencoba untuk membuka pintu pagar yang tidak digembok tersebut lalu mencoba mengeluarkan mobil saya, namun tiba-tiba ada petugas yang keluar dari klinik gigi di sebelah Suave tersebut lalu menggedor mobil saya. Terjadi keributan dengan petugas tersebut karena petugas tersebut menganggap saya tidak minta izin terlebih dahulu sebelum memarkirkan kendaraan saya di area tersebut. Saya sudah meminta maaf berkali-kali dan meminta agar dibukakan pintu pagarnya serta menawarkan uang balas jasa, namun petugas tersebut masih marah-marah dan mengancam akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, berkata bahwa petugas tersebut sudah keluar masuk penjara dan membunuh orang, dan lain sebagainya.

Setelah kurang lebih 5 menit kemudian, petugas parkir Roempi yang saya lihat saat awal saya parkir baru menghampiri mobil saya dan bertanya apa yang terjadi. Petugas parkir Roempi tersebut kemudian bernegosiasi dengan petugas di klinik, barulah kemudian dibukakan pintu pagarnya oleh petugas parkir Roempi.

Saat saya kembali ke tempat tinggal saya di Bandung, saya sempat memutar balik dan lewat di depan tempat parkir saya lagi. Saya melihat petugas parkir Roempi tersebut masih mengobrol dengan petugas di klinik. Semoga saja hal ini tidak terulang lagi di kemudian hari.