Darsehsri

Mampir buat sarapan, wahh menu cukup lengkap tapi saya udah ngiler duluan pas baca menu ada nasi pecel. Asyiknya disini ada dua jenis nasi pecel, ada nasi pecel solo yang cenderung pedas dan ada nasi pecel madiun yang cenderung manis.

Saya pilih nasi pecel solo, nasinya sedikit banget, sayurannya segar, bumbunya medok dan pedas banget, cocok sama lidah orang timur kaya saya. Ini mirip sama yang biasa saya beli di pasar tradisonal sekitaran solo.

Pelengkapnya ada kerupuk gendar renyah gurih, enak banget, ini bisa dibeli terpisah juga.

Selain menjual menu nasi dan lontong, juga menjual menu angkringan, ini juga enak enak deh. Sate kulit dan parunya enak.

Disini juga menjual jamu yang dikemas dalam botol, saya cobain kunyit asemnya, enak segar dan cukup kental, ngga asal asalan.

Tempatnya bersih, gabung sama beberapa tenant dalam sebuah rumah joglo, view ke arah pemukiman, kadang keliatan gunung kalo lagi cerah.

Ini outlet yang ada di luar stasiun, jadi bisa diakses sama pengunjung luar, posisinya dekat parkiran stasiun.

Biasanya outlet dalam menyarankan buat mampir kesini kalo stock disana belum ready.

Paling suka yang varian daging, gurih, asin, berempah, enak pokoknya. Selagi hangat harus cepat disantap, tekstur rotinya renyah dan ukurannya besar, makan satu aja udah kenyang banget.

Sepanjang kulineran di kota bogor, baru kali ini menemui resto bergaya fine dining dengan decor yang terlihat cantik, jok sofa suede, warm lighting, ambiance asyik, menu yang enak dan staff ramah, sayangnya waktu penyajian agak lama.

Makan sore saya diawali dengan Beef sliders (45k), tiga tangkup burger dengan Beef patty tebal, pineapple puree dan thousand island sebagai sauce-nya, enak, memang cocok buat starter.

Lanjut ke main course, sirloin wagyu (250k) tersaji dengan tingkat kematangan medium, katanya sudah standar restonya begitu, beberapa bagian ada yang lembut, beberapa bagian lainnya agak keras dan butuh waktu buat ngunyah.

Chuck Tender Au jus (150) justru bikin ketagihan, serat daging besar tapi mudah dikunyah karena pakai metode slow cooked selama 5jam, sauce medok sedikit manis, yang bikin ketagihan karena mashed potatonya milky, tertimbun daging dan sauce, ada jagung serut dan ercis segar sebagai pelengkap sayurannya.

Brisket On Aglio Olio (80k) pesanan teman juga oke banget, wangi basil dan oil membalut spaghetti yang matang al dente, beberapa potong brisket tender dan juicy yang lagi lagi sudah dimasak selama 5 jam juga dijadikan topping.

Untuk minuman, saya pesan Latte (30k) agak watery, sementara iced chocolate (35k) cukup recommend, pakai coklat lokal, sulawesi celebes, dark chocolatenya cukup pahit tapi masih ada manisnya sedikit, suka banget.

Sebagai penutup pesan Panna Cotta (40k), silky pannacota dengan garnish buah jeruk, ada orange zest-nya juga dan brown sugar crumbles, ini cocok buat yang suka dessert dengan rasa manis yang cukup kuat, meskipun disantap pakai jeruknya yang manis asam, tetap aja rasa manis panna cottanya tetap terasa.

Masih satu grup sama coffee shop handoko, anami coffee justru tampil lebih simple desain bangunanannya, hanya berbentuk segi empat dengan jendela panjang kecil tapi tetap fotoable.

Area outdoor juga luas, ada juga ruangan semi outdoor di belakang bangunan utama. Tersedia juga musholla kecil dan bersih dekat area outdoor. Parkiran bisa menampung cukup banyak kendaraan.

Waktu saya mampir belum ada menu makanan, setelah agak siang baru owner datang mengisi showcase dengan makanan ringan seperti pastry dan cake.

Japanese drip pesanan saya enak, pakai beans ijen keluaran smith. Kopi susu juga ngga kalah enak, light dan creamy. Yang menarik disini ada menu bernama strawberry Field forever, isinya susu, syrup strawberry dan fruit loops, segar dan bisa juga buat menu sarapan karena coffee shop ini sudah buka dari jam 7 pagi.

Staff dengan ramah jelasin disini menu bebek ada dua macam, ada bebek goreng bumbu hitam dan bebek goreng rempah, saya nyobain keduanya dong karena penasaran.

Ukuran bebek lumayan besar buat harga paket yang terbilang masih terjangkau ini, dagingnya lembut, well marinated, bumbu meresap sampe ke tulang, ngga amis dan dada bebek lemaknya cukup tebel, yummy.

Buat bebek bumbu hitam, bumbunya royal, rasanya serba pas, ngga terlalu oily juga, pilihan sambal ada tiga macam, sambal korek/matah/hijau, saya pilih sambal korek yang pedasnya jeletot atau buat yang ngga suka pedas bisa tanpa sambel dan pake bumbu hitamnya aja udah enak banget.

Yang suka rasa bebek original, pasti cocok sama bebek bumbu rempah, saya request jangan terlalu garing, khusus yang ini minta pakai sambel matah yang enak banget, irisan sambal matahnya tipis halus, jadi pas makan lebih ngeblend aja di mulut ketimbang irisan kasar.

Porsi nasi beneran nendang dan aromatic, tekstur pas, ngga lembek juga ngga ampyar jadi cocok buat disantap bareng bebek gorengnya.

Disambut fasad bergaya minimalis dan kece saat ke seremoni, dari jauh terlihat seperti sebuah frame bagian indoornya. Area sini masih adem, outdoor luas dan kadang masih banyak burung berterbangan.

Indoor ngga kalah luas juga, backyard pun ngga ketinggalan tampil memikat, asyik lah buat nongkrong.

Selain kopi dan cemilan yang koleksinya belum lengkap, ada juga menu makanan berat. Harga masih terjangkau, pelayanan juga ramah cuma yang taking order kurang fokus, ada menu yang terlewat.