Eliza Saliman

Saya ingat - ingat terakhir saya makan disini adalah 10 tahun yang lalu dan sampai sekarang bakmi ini masih banyak penggemarnya.
Saya datang ke cabang yang di Kelapa Gading, tempatnya seperti kedai bakmi pada umumnya. Saya memesan bakmi ayam karet. Tektur bakmi nya tebal dan ayam nya cukup empuk. Namun, saya kurang suka tekstur nya, kurang pas buat saya, tapi dibumbui dengan baik kok. It's about preference!

Dari semua kwetiaw sapi yang pernah saya coba, ini memang sudah favorit saya dan bahkan keluarga saya dari dulu. 

Porsi nya banyak dan harga nya juga reasonable. Favorit saya di sini ada kwetiaw goreng. Rasa nya pas dan akan terasa "char" nya yang khas. Isian daging nya bisa dipilih, daging, urat atau babat atau bisa campur. Biasanya saya campur saja semua untuk menambah tekstur dan rasa dari kwetiawnya.

I've been eyeing on this restaurant for quite long time. Tapi baru bisa mencoba nya akhir - akhir ini. Apalagi ternyata restoran ini punya salah satu MC kondang Indonesia lho.
Berlokasi di daerah Senopati, seperti biasa, untuk parkir harus menggunakan jasa vallet. Dari luar mungkin terlihat kecil, namun interior nya besar, bisa occupy cukup banyak orang, hanya saja waktu saya datang ke sana, tidak banyak yang berkunjung, jadi terasa kosong restorannya.
Saya memesan spaghetti tuna aglio olio dan salmon salad. Salmon salad nya enak, salmon nya segar, namun menurut saya dressing nya kurang banyak. Yang membuat kecewa adalah spaghetti nya, berair. Karena berair, jadi terlihat berminyak sebenarnya dan bumbu nya kurang terasa. Semoga next time sudah improve ketika saya makan di sini lagi.
Saya sebenarnya masih berharap pada restoran ini, next time saya akan coba menu lainnya. Khususnya menu pizza!

Karena memang on a mission to find the best Mee Karet, saya eksplor lagi untuk mencoba mie Asuk yang sebenarnya dulu pernah makan dan saya tidak suka. But anyway, karena saya pikir selera makan saya sudah sangat berbeda sekarang, tidak ada salahnya untuk mencicipi bakmi karet satu ini lagi.

Dan sayang sekali, setelah mencicipi lagi, saya tetap kurang suka. Kekenyalannya tidak pas walaupun ayam nya cukup enak dan empuk. Saya juga pesan bakso goreng nya yang menurut saya terlalu kenyal.

Saya sangat penasaran dengan bakmi karet satu ini yang kata nya sangat enak. Kebetulan mereka ada cabang di daerah rumah, jadi saya mencoba nya dengan ekspektasi yang cukup tinggi.

Sebagai bocoran, saya sebenarnya tidak suka dengan mee dengan tekstur tebal dan keras seperti ini, namun saya ingin lebih mengekplorasi cita rasa lidah saya jadi saya memutuskan untuk mencoba bakmi ini.

Untungnya, rasa penasaran dan ekspektasi tinggi terbayarkan dengan rasa yang memang membuat saya berubah pikiran akan bakmi karet. Best one so far! Tekstur nya pas, tidak terlalu kenyal atau keras dan dibumbui juga dengan baik. Ayam nya juga empuk dan gurih. Namun, kalau next time saya makan sini lagi, saya akan minta minyak nya (non-halal) dikurangi. 

Saya juga mencoba bakso kuah nya yang menurut saya tidak terlalu istimewa.

Tanamera adalah salah satu pelopor kafe Indonesia di Jakarta dan sampai sekarang tetap menjadi favorit kafe dan biji kopi. Hal tersebut membuat saya penasaran untuk mencoba kopi yang satu ini.

Saya datang pada saat akhir pekan, cukup ramai tapi masih bisa mendapat tempat duduk, yaitu dekat roasting machine mereka. Saya rasa cukup aneh meletakkan roasting machine di sana dan membuat saya kurang nyaman duduk di daerah sana. Bisa jadi alesan mengapa banyak orang tidak suka dengan meja tersebut.

Seperti biasa, saya memesan hot cappuccino (IDR 35k) dan satu cheese quiche yang ada di food counter. Rasa kopi nya kuat dan pas sekali komposisi nya dengan susu nya. Namun, saya mengharapkan rasa yang cukup kompleks dari kopi tersebut. Ya, mungkin memang tergantung tipe kopi yang mereka sediakan pada saat itu.

Untuk cheese quiche, saya kurang suka, karena keju nya kurang dan pastry shell yang kurang matang. Namun, akhirnya saya masih bisa recommend tempat ini untuk chill out (jangan duduk di dekat roasting machine) dan pasti balik lagi untuk coba yang lain.

Cong Sim Athek sudah lumayan banyak cabangnya di Jakarta, salah satunya di mangga besar ini. Tempat nya tipikal kedai bakmi pada umumnya dengan tempat duduk yang cukup banyak dan ruangan yang cukup besar. 

Hanya ada satu jenis bakmi di sini dan bentuknya halus dan kecil - kecil, hampir menyerupai bakmi hongkong yang sayangnya saya tidak suka. Ketika melihat nya, saya agak sedikit skeptikal bahwa saya akan suka, tapi ternyata teksturnya tidak sekaku bakmi hongkong dan bumbunya juga meresap. Enak!

Daging babi merah dan cincangnya juga lumayan banyak. Untuk semangkuk bakmi dibanderol dengan harga yang cukup mahal, yaitu IDR 35k. Ya sekali - sekali boleh lah apalagi rasa bakmi nya juga enak. 

Cukup struggle untuk menemukan parkir di PIK waktu weekend,  tapi resto ini tidak terlalu ramai, which is good. Saya masih bisa mendapatkan tempat duduk walaupun tempat nya tidak besar juga.

Saya pesan nasi goreng kimchi dengan daging ayam. Porsi nya banyak juga dan rasanya juga lumayan enak. Pedas, gurih dan manis nya pas. Topping nya juga banyak, baik daging dan sayur-sayurannya. Nasi nya juga tidak terlalu berminyak. Worth to try! 

Next time saya mau coba bingsu nya

Saya pesan spicy tonkotsu dan cha su rice bowl di sini. Ramen di sini noodle nya kecil dan halus, jadi typical hk noodle, tp saya sebenarnya lebih prefer yang sedikit lebih besar dan keriting. Lalu rasa kaldu nya kurang kental menurut saya, jadi tidak ada kesan istimewa.
Nah yang surprising itu cha su rice bowl nya, porsi kecil, tapi topping cha su nya lumayan banyak dan juga bumbu nya nyerep dan tidak berlebihan. Karena beberapa rice bowl yang saya coba either terlalu manis kecap atau tidak ada rasa sama sekali. So, I like it!