Harus diakui, secara interior ini restoran sangat menarik untuk pencinta K-pop. Hype-nya masih terasa, bayangkan saja, Jumat siang tapi masih ada waiting list (walau cuma sedikit). Dari luar, kelihatannya seperti sedang ada di kantin sekolah Korea, ada layar yang menunjukkan menu makanan menggiurkan beserta keterangannya.
Tetapi sayangnya rasanya semenjana alias biasa-biasa saja, padahal saya dan teman datang karena kami suka banget sama makanan di 88 Kitchen Senopati yang katanya punya Chef Jun, yang bikin Iruum juga.
Untung kami cobain menu yang semua ada di satu wadah, yakni tokpoki, kimbab, ayam goreng, kinmari. Semuanya biasa aja, lebih enak beli di K-Bunshik yang ada di Dharmawangsa. Karena sehari sebelumnya baru makan di K-Bunshik, kerasa banget bedanya sama di Iruum. Di sini, rasanya kuah tokpoki lebih cair dan condong mecinnya. Ini juga berlaku untuk kuah odeng. Overall semua rasanya condong ke bumbu instan.
Kami juga pesan cabe pedas goreng (enggak pedas), corndog (lumayan), sama jajangmyeon (standard). Minumannya terbatas, padahal pengin teh jagung, tapi enggak ada.
Stafnya banyak banget, jadi cepat sih ngelayaninnya, tapi kalau dilihat kayaknya banyak yang rada nganggur saking banyaknya. Mungkin kalau weekend lagi ramai semua sibuk kali ya.
Apakah saya akan balik lagi? Kayaknya mau ke 88 Kitchen aja kalau mau yang rasa endolita otentik. Tapi kalau penasaran dan mau sekalian foto-foto lucu, Iruum bisa jadi pilihan.