Lomie Hokian Karuhun pertama kali direkomendasikan seorang teman yang memang dulu kuliah di Bandung. Jadi tempat ini salah satu tujuan kuliner yang direkomendasikan kalo lewat jalan pasirkaliki. Lokasinya cukup strategis, tinggal belok kanan dari depan stasiun. Nanti sekitar beberapa ratus meter ada di kanan jalan. Tempatnya sendiri di sebelah Refleksi Kakiku juga sebelahnya ada cabang BCA, ada signagenya juga sih, tapi kadang gue suka kelewatan karena tempatnya tidak sebombastis tampilan luar bangunan-bangunan disampingnya.
Setelah masuk, nuansa tipikal rumah toko yang disulap jadi tempat chinese food sangat terasa. Di pojokan ada juga vinyl-vinyl yang dipajang dan bisa kita beli. Kesan pertama sih tempatnya cukup tertata rapih dan lega, untuk kebersihan mungkin perlu diimprove. Yang jadi input dari gue adalah meja makan yang memang terlihat bersih tapi masih berbau, seperti makanan orang yang telah dibersihkan tapi gak seksama bersihinnya, jadi masih meninggalkan bau yang somehow mengingatkan gue akan typical oldskool, family-business chinese food restaurant.
Makan siang hari itupun jatuh pada Lomie Kangkung Bakso yang memang semacam signature dishnya, gie pribadi bukanlah penggemar makanan becek atau nyemek tapi gue rasa mumpung disini perlu gue rasakan seperti apa lomie yang direkomendasikan temen gue itu.
Setelah makanan datang, seperti yang bisa dibayangkan, hadirlah semangkuk mie dengan kuah kental dengan telur macam egg drop serta topping kangkung, ayam cincang, juga ebi. Kalau bisa gue simpulkan, lomie kangkung ini adalah variasi pada mie kangkung dengan gaya bandung. Dan saat sudah gue aduk bersama lada, kecao manis dan sambel, juga kucuran jeruk limau, nikmat terasa dari seporsi lomie ini. Daging cincangnya cukup banyak, ebinya juga menghadirkan aroma dan rasa gurih tersendiri apalagi dipadu jeruk limau. Kangkung dan bakso juga menambah sensasi makan lomie hangat. Ada rasa gurih, ada segar, ditambah berbagai tekstur yang bikin lomienya enjoyable, tekstur mienya pun lembut tapi karena disajikan dengan kuah kental ya jadinya sedikit terlalu lembek buat selera gue.
Satu hal lagi yang jadi note gue adalah penyajian, walaupun porsinya cukup bikin gue kenyang, tapi saat disajikan ada kuah kental yang seperti tumpah-tumpah sedikit dari pinggiran mangkok, jadi mangkoknya lengket saat kita pindahkan atau geser. Selain itu sambalnya, terlalu encer buat gue, semoga racikannya bisa lebih diperbaiki di kemudian hari.
Seporsi lomie kangkung bakso dan segelas teh tawar hangat dihargai 55 ribu rupiah saat gue makan, untuk seukuran lomie menurut gue agak kemahalan sih, bahkan lomienya yang enak pun belum sebanding dengan harganya.