Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di pulau Jawa dengan panjang mencapai sekitar 548,53 km yang mengaliri provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sungai ini mengalir dari Wonogiri, Solo dan bermuara di Gresik. Pada masa lalu sungai ini pernah dinamakan Wuluyu, Wulayu dan Semanggi. (wikipedia)
Tapi kalo di Jakarta, kalau mendengar nama itu selain teringat akan nama sungai dan judul lagu, juga pasti otomatis akan langsung ingat dengan nama sebuah coffeeshop, yaitu Bengawan Solo Coffee. Outletnya sudah tersebar di hampir tiap sudut ibukota, salah satunya di D’Mall Depok, Jawa Barat.
Sebelum lokasinya disudut paling kiri depan mall seperti sekarang ini, Bengawan Solo Coffee di D’Mall sudah mengalami dua kali pindah area. Nah, di tempat yang terakhir ini mereka tampil begitu nyaman dengan konsep masa kini yang kental. Ornamen-ornamen ruang berupa unfinishing wall dengan bata merah, sebuah mural dan beberapa keranjang bunga yang menempel, memberikan nilai seni yang tinggi.
Disini ukuran minumannya hanya dua, kalo engga alit (small) ya sedeng (medium). Minuman pertama yang saya coba adalah Cappuccino (Rp.35.000,-) lapisan susu kukus, espresso dan foam yang saling melengkapi dalam membangun sebuah minuman bernama cappuccino ini terasa slight baik unsur kopi maupun susunya. Ledakan-ledakan pekat atau asam yang kentara khas cappuccino seolah hanyut dalam lelehan es yang mencair. Akan jauh lebih enak kalau ketebalan rasanya dinaikan lagi satu atau dua tingkat lebih tinggi.
Lanjut ke minuman kedua ada Deluxe Chocolate (Rp.35.000,-) gelas kertas yang menampung minuman cokelat berbalut susu ini menampilkan jati diri kafe melalui logo yang tercetak dibagian tengahnya. Sebagai ornamen, siraman saus cokelat yang membentuk pola zig zag, tampak begitu sederhana namun terlihat cukup menarik. Sentuhan rasa cokelat terasa milky dengan intensitas yang tidak begitu berani alias cenderung medium light.
Sebagai temen ngopi, saya pesen Sate Pisang (Rp.28.000,-) ide yang sangat brilliant dengan membuat pisang goreng dalam bentuk seperti sate. Jadi si pisang berlumur tepung yang sudah digoreng lalu dipotong-potong menjadi bagian kecil untuk selanjutnya ditusuk menggunakan gagang kayu. Tak lupa sepiring kecil karamel disajikan terpisah sebagai bahan dipping supaya terasa makin manis. Tekstur pisangnya renyah dan manis alami karena sudah matang dengan sempurna. Saya sih suka banget ya sama cemilan BengSol yang satu ini. Juvvara deh.
Terakhir saya juga cobain Cinnamon Roll (Rp.19.000,-) sekeping roti kayu manis gulung yang diberi siraman lelehan gula bubuk, serta ditaburi kismis pada bagian dalamnya. Tekstur roti empuk, lembut dan agak basah. Meski kayu manisnya kurang begitu dominan, tapi sensasi manisnya cukup menggoyang lidah, apalagi ditambah dengan sensasi nyegerin dari kismisnya. Secara keseluruhan saya sih lebih suka menu kudapannya ketimbang minumannya...